Anak-anak NTT yang menempati pulau Timor terutama yang berada di perkampungan atau desa-desa sangat gemar mandi hujan ketika musim hujan tiba.
Selain karena kekurangan air, mandi hujan telah menjadi tradisi sebagian besar perkampungan, yang mungkin diwariskan secara turun temurun.
Dua ekor katak sedang mandi hujan untuk mencoklatkan kulitnya yang berwarna hijau (Foto milik janrye di Pixabay) |
Ketika hujan mengguyur suatu daerah, anak-anak (terutama anak-anak SD) akan segera berhamburan menuju tanah lapang yang ada di kampung tersebut.
Di sana ada yang bermain sepok bola, ada yang berlari saling mengejar, ada yang bermain lumpur, dan adapula yang bermain terbang-terbangan bagaikan elang menglilingi cakrawala.
Sedangkan orang-orang dewasa akan sibuk membersihkan bak-bak air untuk menampung air hujan. Air-air ini yang kemudian digunakan untuk memasak, mandi, dan mencuci.
Anak-anak yang telah keasikan bermain selalu melupakan laju putaran waktu. Hal ini tentu saja sangat merisaukan para orang tua. Setelah beberapa lama, orang tua yang kwuatir dengan kesehatan anaknya akan segera menjemput anak mereka.
Di Wanibesak, Malaka-NTT, terkadang harus menggunakan sedikit bentakan dan banyak ancaman agar anak-anak bisa bubar dari tradisi mandi hujan ini.
“Hoiiii karawa..ket maris udan lae imi moras be..kal at maris, ba kuru hi bak neta!” Itulah sepenggal kalimat terbaik teriakan orang Wanibesak ketika melihat anak kecil mandi hujan atau untuk membubarkan anak-anak yang mandi hujan. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia seperti ini.
“Hoiiii monyet..tidak boleh mandi hujan nanti kamu sakit...kalau mau mandi, pergi timba di bak itu!”
“Ahhh mama..kami kan monyet jadi tidak akan sakit walaupun mandi hujan” jawab sang anak sambil meloncat gaya sabit bagaikan monyet di atas pohon.
“Hahh kau bilang apa?? Sekarang mau bubar atau kena falungku??”
Setelah berbicara seperti itu, para orang tua akan mencari rotan untuk memukul anak-anak dengan cara menoleh ke kiri, kanan, atas dan bawah. Tentu saja tidak bisa menemukan rotan karena saat itu berada di tanah lapang.
Selain itu, kegiatan menoleh yang dilakukan tersebut, hanyalah trik untuk mengelabui anak-anak agar bubar secepatnya.
Begitulah orang tua, selalu memiliki banyak trik agar anak-anak mengikuti apa yang mereka inginkan.
Anak-anak yang merasa terancam dalam bahaya, segera berlari menyelamatkan diri ke rumah masing-masing. Setibanya di rumah, anak-anak akan segera mengambil air yang ada di bak tampungan untuk mandi.
Namun jika dipikirkan dengan saksama hal ini sangat aneh karena air yang ada di bak tersebut adalah hasil tampungan air hujan.
Bukankah orang tua melarang anak-anak supaya tidak boleh mandi hujan? Lalu mengapa anak-anak diperbolehkan mandi air hujan yang telah ditampung? Apakah mandi air hujan langsung dari langit dapat membuat seseorang jatuh sakit, sedangkan mandi air hujan yang telah ditampung tidak tidak berpengaruh pada kesehatan walaupun keduanya sama-sama air hujan?
Aneh bin ajaib, hal ini hanya bisa dijawab oleh para orang tua. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar