Zat Peningkat dan Penghambat Penyerapan Zat Besi dalam Menghadapi Anemia



1. Pendahuluan

Tubuh manusia merupakan mesin alami yang sangat kompleks. Hingga saat ini tak ada satu pun mesin buatan manusia yang lebih kompleks dibanding berbagai metabolisme yang terjadi di dalam tubuh manusia.

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa, agar mesin tubuh manusia bisa beroperasi dengan baik, maka dibutuhkan dua jenis zat, yakni makronutrien dan mikronutrien. 

Makronutrien adalah segala zat atau nutrisi yang diperlukan dalam jumlah banyak. Karbohidratnya, lemak, dan protein merupakan makronutrien esensial yang diperlukan oleh tubuh, guna menghasilkan energi tubuh. 

Sedangkan mikronutrien adalah segala zat atau nutrisi yang diperlukan dalam jumlah kecil. Vitamin dan mineral merupakan dua jenis mikronutrien bagi tubuh.

Meskipun jumlahnya sedikit, mikronutrien mempunyai peranan yang sangat penting bagi tubuh. Di dalam tubuh, mikronutrien berperan dalam mengatur fungsi sistem imun, sistem reproduksi, pembentukan hormon, dan aktivitas enzim. 

Tubuh manusia tidak mampu memproduksi mikronutrien sesuai dengan kebutuhan tubuh. Oleh sebab itu, perlu diasup melalui makanan dan atau suplemen. 

Kekurangan mikronutrien dapat menyebabkan masalah yang serius bagi tubuh. Hal ini disebabkan, kekurangan mikronutrien membuat daya tahan tubuh menurun sehingga rentan terserang penyakit. Pada kondisi tertentu, kekurangan mikronutrien, bisa menyebabkan kematian.

Menurut WHO (World Health Organization), terdapat lebih dari 2.000 juta penduduk dunia yang mengalami kekurangan vitamin dan mineral, terutama vitamin A, iodium, zat besi, dan seng (zink).

Ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak berusia di bawah 12 tahun, merupakan kelompok yang paling banyak mengalami kekurangan mikronutrien. Hal ini disebabkan mereka membutuhkan lebih banyak mikronutrien dibanding kelompok lainnya, namun jumlah yang tersedia sedikit.

 

2. Anemia

Salah satu masalah kesehatan yang terjadi karena kekurangan mikronutrien adalah anemia atau yang dikenal pula dengan sebutan 'kurang darah". Saat ini anemia menjadi masalah nasional, sehingga perlu dihadapi bersama-sama demi terciptanya generasi yang sehat dan kuat.

Sebenarnya bukan hanya Indonesia. Anemia telah menjadi masalah serius di banyak negara.

Anemia adalah suatu kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat. Anemia juga bisa terjadi jika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik.

Di dalam sel darah merah terdapat sebuah protein kaya zat besi, yang disebut hemoglobin (Hb). Hemoglobin bertugas mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Hemoglobin juga yang memberi warna pada sel darah merah. Singkatnya, sel darah merah bisa berwarna merah karena ada hemoglobin. Tanpa hemoglobin, sel darah merah tidak akan berwarna merah.

Kadar hemoglobin dalam darah setiap orang berbeda-beda, tergantung pada umur dan jenis kelamin.

Kadar hemoglobin bayi yang baru lahir adalah 17-22 gram per desiliter (g/dl), pada anak-anak 11-13 g/dl, pria dewasa 14-18 g/dl, dan wanita dewasa 12-16 g/dl.

Seseorang dikatakan telah mengalami anemia, jika kadar hemoglobin darahnya kurang dari nilai tersebut.

Kadar hemoglobin seseorang hanya dapat diketahui melalui tes darah lengkap, yang diawali dengan mengambil sampel darah dari pembuluh darah vena pada lengan.

 

3. Dampak Buruk Anemia


Anemia bisa menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang jenis kelamin dan usia. Meskipun demikian, sebagian besar penderita anemia saat ini adalah anak-anak dan ibu hamil.

Dampak buruk anemia pada manusia, terutama anak-anak, sangat banyak. Beberapa diantaranya sebagai berikut. 

- Menurunnya daya tahan tubuh. 

- Menurunnya tingkat kebugaran tubuh. 

- Meningkatnya masalah infeksi dalam tubuh. 

- Menurunnya kinerja dan prestasi. 

 

Selain yang dampak di atas, masih terdapat dampak buruk lain bagi ibu hamil penderita anemia, yakni sebagai berikut.

- Pre eklamasia

- Prematur

- Infeksi

- Gangguan pertumbuhan janin

- Gangguan fungsi jantung 

- Pendarahan pasca melahirkan

 

4. Zat Besi

Zat besi memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan hemoglobin. Tanpa kehadiran zat besi, hemoglobin tidak dapat diproduksi.

Sama seperti mikronutrien yang lain, zat besi tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus dipasok dari luar, melalui makanan dan atau suplemen.

Jumlah kebutuhan zat besi harian setiap orang berbeda-beda, tergantung pada jenis kelamin dan usia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel di bawah ini.

Kelompok Umur

Kadar Besi (Fe)

(mg)

 

Bayi / anak

 

0 – 5 bulan

0,3

6 – 11 bulan

11

1 – 3 tahun

7

4 – 6 tahun

10

7 – 9 tahun

10

Perempuan

 

10 – 12 tahun

8

13 – 15 tahun

15

16 – 18 tahun

15

19 – 29 tahun

18

30 – 49 tahun

18

50 – 64 tahun

8

65 – 80 tahun

8

80+

8

Hamil (+an)

 

Trimester 1

+0

Trimester 2

+9

Trimester 3

+9

Menyusui (+an)

 

6 bulan pertama

+0

6 bulan kedua

+0

 

Tabel Kebutuhan zat besi harian tubuh

 

Berdasarkan Tabel di atas bisa diketahui bahwa jumlah zat besi harian yang dibutuhkan oleh setiap orang sangat sedikit. Meskipun demikian, 50% penderita anemia di dunia adalah karena kekurangan zat besi. Jenis anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi disebut anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi bisa terjadi karena asupan zat besi melalui makanan atau suplemen kurang memadai.

Ketika jumlah zat besi yang tersedia sedikit, maka jumlah hemoglobin yang terbentuk juga sedikit. Karena jumlah hemoglobin sedikit, maka oksigen yang dipasok ke jaringan tubuh juga sedikit. Akibatnya tubuh akan lemah, lemas, dan sesak napas karena kekurangan oksigen.

 

5. Zat Besi Heme dan Non-heme

Dalam acara "Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi", Dr. dr. Diana Sunardi, MGizi, SpGK, dokter spesialis gizi klinik Indonesian Nutrition Association (INA), menjelaskan bahwa terdapat 2 sumber zat besi yakni zat besi heme dan zat besi non-heme. 

Zat besi heme adalah zat besi yang bersumber dari hewan (hewani), sedangkan zat besi non-heme merupakan zat besi yang bersumber dari tumbuhan (nabati).

 

Pada acara, kerja sama antara Danone Indonesia dengan INA dalam rangka merayakan Hari Gizi Nasional tersebut, dr. Diana juga memaparkan jenis makanan dan kandungan zat besinya. Jenis bahan makanan dan kandungan zat besi-nya disajikan pada Tabel di bawah ini.

Sumber Zat Besi

Nama Bahan

Kadar

(mg/100)

Hewan (Hewani)

Daging ayam

Daging sapi

Daging domba

Hati ayam

Hati sapi

Hati domba

Ikan salmon

1,03

2,06

1,57

8,99

4,9

7,37

0,38

Tumbuhan (Nabati)

Bayam

Wortel

Kangkung

Tempe

Tahu

Brokoli

Asparagus

Jamur

Daun singkong

Kecipir

Kacang buncis

2,71

0,3

1,47

2,7

1,98

0,36

2,14

0,5

4,09

13,44

1,8

 

Tabel Bahan makanan sumber zat besi

 

6. Penyerapan Zat Besi

Penyebab terjadinya anemia difisiensi besi bervariasi. Secara umum terdapat 4 hal yang dapat menyebabkan terjadinya masalah tersebut, yakni sebagai berikut. 

1. Kehilangan zat besi melalui darah, misalnya karena menstruasi, terluka, peradangan lambung, kanker usus, ataupun wasir.

2. Kehilangan zat besi karena hamil. 

3. Mengkonsumsi makanan yang rendah zat besi. 

4. Tubuh tidak menyerap zat besi.

 

Dalam keadaan normal, zat besi heme mudah diserap tubuh, sedangkan zat besi non-heme sukar diserap oleh tubuh.

Laju penyerapan zat besi non-heme, tergantung pada kehadiran zat-zat lain. Dalam tubuh terdapat zat yang mampu memperlambat penyerapan zat besi non-heme, dan adapula zat yang dapat mempercepat penyerapan zat besi non-heme.

Zat yang mampu menghambat dan mempercepat penyerapan zat besi non-heme ditunjukan pada Tabel di bawah ini.

Penghambat Penyerapan

Peningkat Penyerapan

 

§  Fitat

§  Tannin

§  Polifenol

§  Kalsium

§  Seng (zink)

§  Asam askorbat (Vit C)

§  Asam sitrat

§  Komponen makanan lain

 

Tabel Zat penghambat dan peningkat penyerapan zat besi non-heme

 

Kehadiran zat penghambat, membuat tubuh tak mampu menyerap zat besi secara maksimal. Akibatnya tubuh tetap kekurangan zat besi meskipun asupannya sudah sesuai dengan ambang batas yang dianjurkan.

Walaupun demikian, kita tak perlu berkecil hati karena masih ada zat lain -vitamin C dan asam sitrat- yang mampu meningkatkan penyerapan zat besi non-heme di dalam tubuh.

 

Selain vitamin C dan asam sitrat, anak-anak usia 1-12 tahun,disarankan untuk mengkonsumsi pula susu pertumbuhan.

Salah satu susu pertumbuhan yang disarankan adalah SGM Eksplor Pro-gress Maxx dengan IronC. Kombinasi unik zat besi dan vitamin C dalam susu pertumbuhan ini, dapat membantu menyerap nutrisi-nutrisi yang penting bagi tubuh.


Tidak ada komentar:

IKUTI

KONTAK

Nama

Email *

Pesan *