WARNING! Artikel-artikel
yang berkaitan dengan emas (gold): 1. Emas: 28 Fakta Menyilaukan Mata Tentang Emas 2. Perbedaan Emas Putih (Emas) dengan Emas Putih (Platina) 3. Pemakaian Senyawa Emas: Obat Radang Sendi dan Covid-19 4. Senyawa-Senyawa
Dari Unsur Emas 5. Sifat Fisika dan
Sifat Kimia (Reaksi Kimia) Unsur Emas 6. Bakteri
Cupriavidus metalliduran : Bakteri yang dapat Mengubah Racun Menjadi Emas
Murni 24K 7. Kegunaan Emas:
Gelas Cranberry atau Gold Ruby dan Lapisan Emas pada Badan Pesawat Pesawat
Luar Angkasa 8. Emas: Penggunaan
Emas di Bidang Industri, Kedokteran, Komputer, Perhiasan, dan Lain-Lain 9. Cara-Cara
Menambang Emas 10. Emas: Inilah
Jenis-Jenis Emas dalam Kehidupan 11. Emas: Sifat,
Karat, dan Uji Kemurnian Emas
Mohon maaf, karena
saya tidak mengaktifkan link pada judul artikelnya. Jika teman-teman tertarik
ingin membacanya, silahkan copy judul artikel, lalu masukan pada kotak "PENCARIAN"
yang ada di blog ini. |
Di beberapa Negara, emas(I) natrium tiomalat digunakan untuk mengobati efek rematik radang sendi (rheumatoid arthritis). Pemerintah AS telah menghentikan peredaran emas(I) natrium tiomalat dan Aurothioglucose.
Aurothioglucose, juga dikenal sebagai tioglukosa emas (gold thioglucose), adalah senyawa kimia dengan rumus kimia AuSC6H11O5. Sama seperti emas(I) natrium tiomalat, turunan dari gula glukosa ini sebelumnya digunakan untuk mengobati rematik radang sendi.
Saat ini hanya tersisa auranofin sebagai satu-satunya garam emas di pasar AS. Auranofin adalah garam emas yang diklasifikasikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai agen antirematik. Di pasaran, agen rematik ini memiliki nama merek Ridaura.
Auranofin sedang diselidiki penggunaannya dalam hal mengurangi virus HIV yang tersembunyi dalam sel-T tubuh, meskipun sudah diobati dengan terapi antiretroviral. Obat ini terbukti mengurangi jumlah virus tersembunyi dalam percobaan pada monyet. Beberapa penelitian penggunaan auranofin pada manusia sudah dilakukan. Hasil awal menunjukkan bahwa auranofin berkontribusi terhadap penurunan reservoir virus.
Bukan hanya itu, para peneliti dari Universitas Georgia menemukan bahwa obat rheumatoid arthritis auranofin cukup efektif menghambat coronavirus.
Sama seperti semua virus, SARS-CoV-2 tidak dapat bereproduksi secara mandiri. Ia harus menggunakan protein sel inang untuk membuat salinannya sendiri. Oleh sebab itu, obat-obatan yang efektif perlu diberikan untuk mengganggu proses replikasi ini. Tujuannya mematikan kemampuan virus untuk berkembang biak di dalam inang.
Dalam studi pendahuluan, sel-sel manusia yang telah terinfeksi virus diobati dengan auranofin . Dalam waktu 48 jam pengobatan, jumlah virus di dalam sel turun 95 persen. Pengobatan juga menghasilkan pengurangan signifikan peradangan yang disebabkan oleh coronavirus.
Auranofin juga secara dramatis mengurangi ekspresi sitokin - sinyal protein yang menarik sel kekebalan ke tempat infeksi - yang disebabkan oleh SARS-CoV-2. Biasanya, sistem kekebalan tubuh bekerja dengan cara melawan patogen yang menyerang dan memperbaiki kerusakan jaringan tubuh. Tetapi banyak pasien yang terinfeksi coronavirus meninggal karena sesuatu yang disebut "badai sitokin (cytokine storm)", di mana respon kekebalan tubuh terjadi di luar kendali, sehingga membunuh jaringan yang sehat dan menyebabkan kegagalan organ.
Hal ini menunjukkan bahwa obat Auranofin yang digunakan, tidak hanya dapat menghambat replikasi SARS-CoV-2, mengurangi infeksi, tetapi juga mengurangi kerusakan paru-paru terkait yang sering menyebabkan gangguan pernapasan parah dan bahkan kematian.
Badai sitokin adalah komplikasi umum, tidak hanya terjadi pada covid-19. Flu juga bisa menyebabkan terjadinya badai sitokin. Demikian juga dengan penyakit pernapasan lainnya yang disebabkan oleh coronavirus seperti SARS dan MERS. Mereka juga berhubungan dengan penyakit non-infeksi seperti multiple sclerosis dan pankreatitis.
Fenomena respons sitokin yang tidak terkendali mulai dikenal secara luas setelah wabah virus flu burung H5N1 pada tahun 2005, juga dikenal sebagai “flu burung”. Pada saat itu tingkat kematian yang tinggi dikaitkan dengan badai sitokin.
Badai sitokin mungkin menjelaskan mengapa beberapa orang memiliki reaksi parah terhadap virus corona, sementara yang lain hanya mengalami gejala ringan. Mereka juga bisa menjadi alasan mengapa orang yang lebih muda kurang terpengaruh, karena sistem kekebalan tubuh mereka kurang berkembang, sehingga menghasilkan tingkat sitokin penggerak peradangan yang lebih rendah.
Emas(I) natrium tiomalat disebut juga sebagai natrium aurotiomalat (sodium aurothiomalate), mercaptobutanedioic acid monogold (1+) sodium salt, Myochrysine, Mycocrisin, atau Shiosol.
Emas(I) natrium tiomalat adalah campuran garam mononatrium dan dinatrium dari emas tiomalat. Rumus molekul masing-masing garam adalah C4H4AuNaO4S (garam mononatrium) dan C4H3AuNa2O4S (garam dinatrium). Rumus strukturnya sebagai berikut.
Dalam laboratorium, emas(I) tiomalat dibuat dengan cara mereaksikan natrium tiomalat dengan emas(I) halida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar