Jika
anda pernah jalan-jalan saat jam sekolah, maka saya yakin anda pasti pernah
melihat anak-anak yang nongkrong atau mejeng di pinggir jalan, di bawah pohon,
ataupun di tengah-tengah teriknya matahari.
Bukan
hanya itu, bahkan ada yang ugal-ugalan di jalan menggunakan motor. Uniknya
motor yang mereka gunakan hanya tersisa rangka dan bannya saja. Aksesoris yang
lain seperti kaca spion, sayap, aki atau accumulator, rem, lampu, bahkan tanki,
semuanya dibongkar.
Pernah
pada suatu hari yang tidak begitu mendung, saya melihat seorang siswa dengan
seragam lengkap, mengangkat ban depan motornya sambil berjalan. Jarak yang
ditempuh pun tidak main-main, yakni sejauh 2019 Km.
Saya
yang melihat hal itu langsung menghentikan langkah dan memandang aksi sang
siswa dengan raut wajah heran. Seorang warga yang kebetulan berada di situ
mengatakan kepada saya
"itu anak-anak
jurusan permotoran dan mereka sedang melakukan penelitian tentang cara
menerbangkan motor".
Setelah
mendengar hal itu, rasa heran saya langsung berubah menjadi rasa kagum.
Perubahan rasa ini terjadi sangat cepat bagaikan kedipan mata.
"Wahhh ternyata
anak-anak bangsa ini, semakin hari semakin hebat. Tidak sia-sia para pahlawan
negeri ini mengorbankan segalanya demi meraih kemerdekaan" gumanku
dalam hati.
Ingin
rasanya saya meminta tanda tangan dari sang siswa jurusan permotoran ini,
tetapi apa daya, ia telah pergi dan berlalu dengan sangat cepat, secepat
kecepatan cahaya.
Namun
rasa kagum saya tidak bertahan begitu lama. Tiba-tiba terdengar teriakan
seorang ibu di depan sana yang menenteng sebuah plastik hitam berisi
sayur-sayuran, seperti kangkung, bayam, dan terong.
"Dasar anak nakal!
Anak kurang ajar! Setiap hari tidak urus sekolah, tetapi hanya urus kaslari
motor. Urus angkat ban motor. Urus kashancur motor. Mereka pikir itu motor
penari balet apa?" omel sang ibu dengan suara yang
lumayan merdu. Saking merdunya satu keluarga dinosaurus, yang terdiri dari
papasaurus, mamasaurus, dan anaksaurus, yang sedang bersantai di bawah pohon
mendadak pingsan.
Akhirnya
saya pun kebingungan, sebenarnya siapa anak-anak yang berusaha menerbangkan
motor tadi? Benarkah mereka anak-anak jurusan permotoran? Ataukah mereka
anak-anak nakal dan kurang ajar seperti yang dikatakan sang ibu?
Saya
pun berbalik ingin bertanya pada warga yang tadi mengatakan bahwa anak-anak
tadi jurusan permotoran. Namun apa daya, ia telah menghilang bagai ditelan
udara. Demikian juga dengan sang ibu, ia menghilang bagai ditelan pohon ketika
saya hendak bertanya mengapa ia mengomel.
Karena
tak tahan lagi dengan kebingungan yang saya rasakan, akhirnya saya memutuskan
untuk menelepon markas BIN, MOSAD, CIA, dan FBI, agar mengirim agennya guna
melakukan investigasi.
Setelah
melakukan investigasi selama 2 menit, akhirnya para agen mendapatkan jawaban
siapa anak-anak yang berusaha menerbangkan motor tadi.
Ternyata
mereka bukan anak-anak jurusan permotoran. Mereka juga bukanlah anak-anak
nakal, apalagi anak kurang ajar. Mereka adalah anak sekolah yang sedang mencari
jati diri. Mereka adalah anak-anak baik yang kebetulan berhasil meloloskan diri
dari sekolah.
MENGAPA
HAL INI BISA TERJADI?
Ketika
saya melakukan diskusi dengan beberapa sahabat, akhirnya saya tahu jawaban
mengapa para peserta didik bebas berkeliaran dijam sekolah. Beberapa alasan
mengapa hal ini bisa terjadi adalah:
1.
Sekolah melakukan kerja dan atau kegiatan lain sehingga para murid pulang lebih
awal.
2.
Setelah ujian, pihak sekolah tidak mengadakan kegiatan yang menarik sehingga
para peserta didik lebih memilih untuk berada di luar sekolah.
3.
Sekolah tidak memiliki pagar sehingga siswa bisa keluar dari belakang dan lolos
dari pandangan guru.
4.
Belum ada sanksi yang tegas dari sekolah terhadap peserta didik yang bolos.
5.
Tidak ada ketegasan dari para sekuriti sehingga para siswa dan siswi bebas
keluar dari sekolah.
6.
Sekolah belum mempunyai 'SK tata tertib' yang jelas sehingga para guru dan
sekuriti kebingungan menangani siswa yang sebenarnya melanggar aturan.
7.
Pihak sekolah acuh tak acuh (dibaca: cuek) dan menganggap hal ini wajar.
8.
Dan lain-lain.
9.
Loading......
KENDALA
MENGAPA PIHAK SEKOLAH TIDAK MEMBERIKAN TINDAKAN YANG TEGAS
1. Takut
dipenjara
Pihak
sekolah tidak berani memberikan tindakan yang keras karena adanya undang-undang
perlindungan anak. Di zaman yang modern ini guru mencubit siswa saja maka
proses penyelesaiannya di kantor polisi. Bahkan sudah ada guru yang dipenjara
hanya karena mencubit siswa. Jadi tidak mengherankan jika siswa zaman now
sering mengatakan "jangankan lu cubit, lu tiup sa beta opname".
2. Takut
dengan orang tua murid
Ketika
terjadi masalah dan sekolah mengeluarkan surat panggilan terhadap orang tua
atau wali murid, maka ada dua kemungkinan yang bisa terjadi:
Kemungkinan
pertama: orang tua murid datang menemui para guru atau kepala sekolah untuk
menyelesaikan apa yang terjadi secara baik-baik.
Kemungkinan
kedua: Orang tua murid datang untuk mengomel dan mengancam para guru dan kepala
sekolah.
Kemungkinan
kedua ini memang jarang terjadi, tetapi ada yang seperti itu. Jika anda tidak
percaya, cobalah lakukan survei dengan cara menanyakan satu persatu sekolah
yang ada di Malaka. Saya yakin, anda akan menemukan bahwa beberapa sekolah di
kabupaten Malaka, pernah mengalami hal seperti itu.
3.
Kurikulum menuntut agar semua kompetensi siswa tuntas
Kurikulum
saat ini menuntut agar setiap kompetensi tuntas baru bisa dilanjutkan ke topik
pembelajaran berikutnya.
Oleh
sebab itu, daripada pusing mengurus satu atau dua orang peserta didik yang:
- hobinya alpa
- rajin bolos
- tak pernah
kerja tugas
- tak pernah
ikut ulangan
- nilai UTS 2
dari 100
- nilai ujian 10
dari 100
- senang merusak
fasilitas sekolah
- orang tuanya
selalu mengancam guru dan kepala sekolah
- tak bisa
dikeluarkan dari sekolah karena faktor tuan tanah,
mending
beri dia nilai 158 agar bisa naik kelas, dapat juara umum, dan cepat-cepat
lulus.
4.
Kendala lainnya
Sebenarnya
masih ada banyak kendala yang dihadapi. Namun karena saya telah kehabisan huruf
dan kekurangan kata-kata, maka pada artikel kali ini kita cukup mengulas secara
singkat dan tidak jelas tiga kendala di atas.
Agar
artikel kali ini semakin membingungkan, cobalah baca secara saksama satu cerita
usang di bawah ini.
Pada
zaman dahulu kala, ketika bumi masih bulat dan berputar mengelilingi matahari,
hiduplah seorang anak sekolah yang nakalnya overdosis. Semua guru yang pernah
mengajar atau masuk di kelas siswa tersebut berada pasti akan mengeluh. Hal ini
disebabkan, selalu saja ada hal aneh yang dilakukan oleh siswa ini.
Contohnya:
-
tidak mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru saat jam pelajaran.
Alasannya karena lupa bawa bolpoin dan buku.
-
tidak mengumpulkan tugas dari guru. Alasannya karena buku tugasnya dimakan ikan
ketika secara tidak sengaja jatuh ke dalam kolam renang.
-
Menaikan kaki ke atas meja saat jam pelajaran berlangsung. Alasannya karena lantai
licin, takut sepatunya lecet.
-
Izin ke toilet dan tidak pernah kembali lagi ke kelas walaupun saat itu sedang
ulangan. Alasannya karena ia tersesat di dalam kloset dan tak tahu arah jalan
pulang.
-
Saat ujian, jika soal yang diberikan berupa multiple choice maka, ia pasti
memilih opsen A dan B pada setiap nomor soal. Jadi dari nomor 1 - 50 semua
jawabannya adalah A dan B. Hal ini bukan terjadi pada satu mata pelajaran saja,
namun terjadi di semua mata pelajaran. Alasan ia sangat menyayangi huruf AB
adalah karena dirinya mempunyai golongan darah AB. Menurut dia AB artinya Amat
Baik. Jadi nilainya pasti akan memuaskan jika ia menulis Amat Baik (AB).
Karena
semua staf sudah pusing 8 keliling, maka kepala sekolah memutuskan agar
diadakan rapat dewan guru, khusus membahas siswa tersebut.
Dalam
rapat tersebut, semua dewan guru sepakat untuk mengeluarkan siswa nakal ini
dari sekolah.
Karena
sudah ada kesepakatan, maka dibuatlah sebuah surat pemberitahuan kepada orang
tua atau wali, yang mengatakan bahwa anaknya telah dikeluarkan dari sekolah
karena sangat nakal.
Surat
yang telah ditanda tangani oleh kepala sekolah ini, kemudian diberikan kepada
sang siswa untuk diantar kepada orang tua atau walinya.
Ketika
ayah dari anak nakal ini membaca yang dikirim dari sekolah tersebut matanya
langsung berkaca-kaca. Mungkin beliau terharu dengan isi surat tersebut.
"Berani sekali
mereka kas keluar saya pu anak" teriak sang ayah
dengan raut wajah merah bagaikan tomat. Ternyata matanya yang berkaca-kaca tadi
bukanlah karena terharu, namun karena menahan marah.
"Cepat ambil bapa
pun kelewang di kamar. Bapa mau lihat ini guru-guru deng kepala sekolah dong
pun jago" perintah sang ayah kepada anaknya.
Setelah
menerima kelewang dari anaknya, ia langsung berjalan ke sekolah. Ketika
mendekati gerbang sekolah, ia mulai berteriak dengan sangat lantang. Suaranya
menggelegar bagaikan petir di musim kemarau.
"di mana guru-guru
deng kepala sekolah yang kas keluar saya pun anak dari sekolah?"
teriaknya sambil mencabut kelewang dari sarungnya. Kelihatannya ia kesusahan
mencabut kelewang tersebut, karena panjang kelewang lebih panjang dari dirinya.
Kelewang panjangnya 3 meter, sedangkan dirinya 1 meter bersih.
Kepala
sekolah yang melihat hal ini, terpaksa memberanikan diri untuk menemui dan
bertanya kepada sang bapak itu.
"Ada apa bapak?
Mari kita omong baik-baik di kantor" kata kepala
sekolah dengan suara parau karena sedikit ketakutan.
"Saya tidak mau
omong baik-baik! Saya mau ketemu guru-guru yang kas keluar saya pun anak. Ini
hari saya mau lihat dong pu jago" jawab sang bapak
dengan nada tinggi.
"Baik kalo begitu.
Mari kita ke ruang guru"
Akhirnya
Kepala sekolah, dengan sang bapak dan kelewangnya menuju ruang guru. Saat tiba
di sana, semua guru panik serta sangat ketakutan.
"Siapa guru yang
berani kas keluar saya pun anak? Ini hari saya potong kas putus dia!
Teriak sang bapak.
Karena
semua ketakutan maka tak ada satu orang pun yang berani menjawab ataupun
mengeluarkan suara. Semuanya mendadak jadi bisu.
"Kamu semua yang
ada di sini tau tidak? Ini sekolah bangun di saya pun bai, dia pun bai pun
tanah. Jadi kami ini tuan tanah" lanjut sang bapak.
"ooooh yang orang
bilang pemilik tanah tu bapak kah? Kenapa bapak tidak omong dari tadi. Coba
tadi bapak omong memang kita tidak perlu ke sini. Kita selesaikan di kantor
saja" jawab kepala sekolah sok kenal.
"wahhh bapak
kepala su pernah dengar itu kah?" balas sang bapak
dengan senyum lebar. Kelewang panjang pun disarungkan kembali.
"Sudah eeww. Saya
su dengar lama, malah. Makanya selama ini saya ada cari bapak. Saya su tanya
orang-orang sekitar tapi mereka tidak tau. Mereka tidak gaul na"
Jawab kepala sekolah.
"Betul bapak.
Mereka tidak gaul, masa mereka son kenal bapak ni?"
sambung seorang ibu guru dengan suaranya yang
sangat lembut, selembut sutra.
Melihat
ibu guru anaknya yang sangat lembut, sang bapak pun akhirnya mulai merendah.
"Mereka sonde tau
wajar ibu. Beta ni bukan orang yang suka pamer. Tapi beta mau jujur. Bukan mau
omong sombong sih, tapi mereka semua yang ada di sekitar ini sekolah, sonde
ngaruh semua. Saya buka mulut satu kali sa, semua diam. Kalo sonde ada saya,
mereka semua orang su jual ke luar negeri sana! Ngali-ngali mereka tu"
jelas sang bapak penuh rasa bangga.
"kami semua su tau bapak pun kebaikan.
Seandainya kami tau dia anak tuan tanah, kami tidak mungkin kami kaskeluar dia.
Jadi kami minta maaf bapak. Sekali lagi kami minta maaf. Besok britau dia
datang kembali sekolah su. Britau dia juga, besok datang langsung duduk di
kelas 3 sa. Anak pemilik tanah tu, tidak boleh sekolah lama-lama. Melanggar
aturan pemerintah" jelas kepala sekolah.
"Oke bapak kepala.
Kalo begitu saya permisi dulu" jawab sang bapak dan
hendak melangkah pergi. Namun tiba-tiba ia berbalik dan berkata.
"Oyaa, kalo ada
yang datang ganggu bapak deng ibu dong di sini britau saya sa. Semua masalah
pasti bisa saya selesaikan. Tidak ada masalah yang tidak bisa saya
selesaikan" lanjut sang bapak.
Setelah
mendengar hal itu, Kepala sekolah dan guru-guru langsung bernapas lega karena
sang pelindung telah ada.
-masalah
selesai-
SIAPA
YANG BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP SISWA YANG BEBAS BERKELIARAN SAAT JAM SEKOLAH?
Sebagian
besar orang akan mengatakan bahwa yang bertanggung jawab untuk hal ini adalah
pihak sekolah. Namun jika kita berpikir
secara bijak, maka kita akan tahu bahwa terdapat tiga elemen penting yang
bertanggung jawab untuk hal ini, yakni:
1.
Orang tua (keluarga)
2.
Sekolah
3.
Pemerintah daerah.
APA YANG
HARUS DILAKUKAN UNTUK MENGATASI HAL INI?
Apa
yang harus dilakukan oleh orang tua, sekolah, dan pemerintah daerah sebenarnya
sudah jelas, karena telah ada aturan-aturan berupa peraturan pemerintah
(PERMEN). Namun dalam pelaksanaannya seringkali terhambat karena berbagai
alasan.
Oleh
sebab itu, pada artikel ini saya ingin menyarankan (jika bisa), kita melibatkan
juga Polisi Pamong Praja (Pol PP) untuk menertibkan siswa-siswi yang bebas
berkeliaran pada jam sekolah tanpa adanya surat izin dari pihak sekolah.
Hal
ini disebabkan, pihak sekolah tidak mungkin menyusuri satu persatu
siswa-siswinya yang berada di luar kompleks sekolah. Sangat banyak alasan
mengapa hal ini belum bisa dilakukan oleh sekolah sendiri. Beberapa diantaranya
adalah waktu, anggaran, dan jumlah staf.
Oleh
sebab itu, jika kita melibatkan pol PP maka peserta didik yang menggunakan
seragam sekolah, namun nongkrong di pinggir jalan, JJ di pasar, ataupun
ugal-ugalan menggunakan motor di jalanan bisa ditangani atau dikurangi.
Bagaimana
cara melakukannya?
Caranya
adalah pemerintah daerah menyediakan satu unit mobil - untuk sementara cukup
satu - bagi Pol PP mereka agar bisa digunakan untuk melakukan ronda. Ketika
menemukan anak sekolah yang mengenakan seragam namun berkeliaran bebas tanpa
surat keluar dari sekolah, maka Pol PP bisa mengangkut mereka ke dalam mobil.
Untuk sementara cukup dilakukan di sekitaran Betun, ibu kota Malaka. Setelah
itu, para peserta didik yang telah diangkut ini bisa dibawa ke kantor atau ke
mana saja, untuk dilakukan pembinaan.
Menurut
teman-teman sebaiknya bagaimana?
Jika
ada yang punya pandangan lain dan / atau tidak setuju dengan apa yang saya
kemukan, silahkan tulis pendapat anda di kolom komentar.
Perlu
diperhatikan bahwa, komentar Anda tidak akan dipublikasikan jika menggunakan
kata-kata yang tidak sopan ataupun berupa iklan.
Ohhh
yaa.. Jika pada artikel ini terdapat kata-kata yang salah ataupun kalimat yang
menyinggung perasaan anda, dari lubuk hati yang paling dalam saya memohon maaf.
TANGGAPAN
DARI PENGGUNA MEDIA SOSIAL
Ketika
artikel ini saya share di media sosial, terdapat beberapa tanggapan dari para
pengguna media sosial. Berikut beberapa komentar dari pengguna media sosial
(facebook) yang menurut saya bagus.
Hasrul Kaoonak
Terdapat
3 pilar dalam pendidikan:
1.
Orang Tua (masyarakat)
2.
Sekolah (guru)
3.
Pemerintah
Pendidikan
akan baik jika ke-3 pilar tersebut menjalankan fungsinya masing-masing.. Apa
hal tersebut sudah ada d Malaka?
Emi Bere
Sedikit
saran, Peraturan di Sekolah diperketat. Jangan ada ruangan kelas tanpa Guru.
Budayakan kebiasaan membaca di Perpustakaan sekolah kalo guru berhalangan.
Satpam sekolah difungsikan supaya anak-anak tidak diizinkan keluar dari
lingkungan sekolah saat jam Pelajaran untuk urusan yg tdk penting.
Putra Umc
Apa
yg dilakukan siswa di luar sekolah saat jam sekolah bisa dikatakan kebebasan
berekspresi... Saat mereka disekolah kemudian lolos saat jam sekolah bisa
dikatakan kelihaiaan, saat di rumah terlepas dari kontrol maka disebut ahli
strategi, sekarang bagaimana mereka lolos dari lingkup kecil lalu melakukan hal
tidak benar di ruang publik, dimana mereka seharusnya bisa dicegah tetapi
dibiarkan seperti itu....??
Nah
fungsi pemerintah yang menjadi dasar untuk sebuah pencegahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar