Salah satu topik hangat yang berkembang
di Timur Tengah pada tahun 2004-2014 adalah berkaitan dengan penyebab kematian
Yasser Arafat. Terdapat dugaan bahwa mantan pemimpin Palestine Liberation Organization (PLO) itu meninggal karena
dibunuh menggunakan racun, bukan karena penyakit.
Pada 11 November 2004, Yasser Arafat
meninggal dunia pada usia 74 tahun, di rumah sakit Militer Percy di Clamart
pinggiran kota Paris, Prancis. Pada saat itu pahlawan Palestina ini telah
berusia 75 tahun. Catatan medis yang dikeluarkan rumah sakit Prancis menyebutkan
bahwa Yasser Arafat meninggal karena stroke yang disebabkan oleh gangguan atau
kelainan darah. Selain itu, ia juga mengalami masalah pencernaan.
Ketika berita kematian Yasser Arafat
diumumkan, rakyat Palestina berkabung duka.
Bacaan Al-Qur'an dari pengeras suara bergema di masjid-masjid sepanjang
Tepi Barat dan Jalur Gaza. Otoritas Palestina dan kamp-kamp pengungsi di
Lebanon mengumumkan masa berkabung selama 40 hari.
Atas permintaan istrinya, Yasser Arafat
tidak dilakukan otopsi setelah meninggal dunia. Namun pada tahun 2012, sesuai
dengan permintaan istrinya, Jasad Yasser Arafat diangkat kembali dari makamnya
untuk dilakukan otopsi. Setelah diambil sampel, jasad beliau dikuburkan kembali
dengan penuh penghormatan. Sampel yang diambil adalah sisa-sisa jenazah,
termasuk tulang belulang dan contoh tanah di makamnya.
Tindakan yang tidak lazim dilakukan di
negara Islam ini mempunyai satu tujuan yakni untuk menguak apakah kematian
simbol kemerdekaan Palestina itu benar karena sakit yang dideritanya atau
karena racun. Tiga negara yang terlibat pada saat itu adalah Inggris (Swiss),
Rusia, dan Perancis.
Pada tahun 2012, berdasarkan hasil
otopsi, tim peneliti dari Swiss menyimpulkan bahwa Yasser Arafat meninggal
karena racun polonium-210. Hal inidibuktikan dari keberadaan polonium-210 dalam
dosis tinggi di barang-barang pribadi mantan Presiden itu, seperti di sikat
gigi, pakaian, juga kain hitam putih yang selalu setia menutup kepalanya.
D ave Barclay, ahli forensik dan mantan
dekektif di kepolisian Inggris, mengatakan kadar polonium-210 di tubuh Yasser
Arafat sekitar 900 milibecquerels,
sekitar 18 atau 36 kali lebih tinggi dari rata-rata.
Hingga saat ini, polonium dianggap sebagai racun yang paling berbahaya di dunia, karena tidak banyak informasi yang tersedia berkaitan dengan penanganan racun tersebut. Polonium merupakan salah satu unsur semilogam yang lembut, berwarna perak, dan ditemukan bersama bijih uranium. Oleh sebab itu, Polonium merupakan hasil samping proses pengayaan uranium. Selain itu, uranium dapat pula dihasilkan dengan cara membombardir isotop bismuth-209 menggunakan neutron di reaktor nuklir.
Pada awal pengembangan senjata nuklir,
polonium digunakan sebagai pemicu ledakan bom atom. Belakangan, polonium
digunakan sebagai sumber energi satelit dan pesawat ulang-alik. Itulah
sebabnya, polonium sangat langka dan hanya dimiliki oleh negara pengembang
senjata nuklir. Israel juga diduga menjadi salah satu negara yang memiliki
polonium. Selain penanganannya yang unik dan ekstra hati-hati, polonium sulit
didapatkan orang biasa yang tidak ada akses ke fasilitas reaktor nuklir.
Setiap tahun hanya sekitar 100 gram
polonium yang diproduksi, dan hampir semuanya dihasilkan oleh di Rusia. Hal ini
memang wajar karena unsur kimia ini ditemukan oleh kimiawan Rusia, Marie Curie.
Nama unsur yang sangat berbahaya ini di ambil dari nama kampung halaman sang
penemu yakni Polandia.
Walaupun sangat beracun, namun daya
jangkau racun ini di udara sangat sempit, hanya beberapa centimeter saja.
Polonium juga sangat mudah dihentikan. Berada di udara, polonium bisa ditangkis
hanya dengan menggunakan secarik kertas ataupun kulit. Namun, kisahnya akan
berbeda jika zat ini masuk ke dalam tubuh, baik melalui makanan, minuman,
ataupun pernapasan.
Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa
hanya 0,1 mikrogram polonium-210, seperti sebutir debu, sudah dapat menyebabkan
kematian jika masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau cairan lainnya. Oleh
sebab itu, wajar jika polonium-210, dikatakan 250 miliar kali lebih beracun
dibandingkan sianida.
Jika seseorang menelan polonium-210,
sekitar 50-90 persen akan dikeluarkan melalui feses. Sedangkan sisanya akan
masuk ke aliran darah. Sekitar 40 persen polonium yang tertinggal akan masuk ke
limpa, ginjal, dan liver. Sementara 10 persennya lagi masuk ke sumsum tulang.
Akibatnya, akan terjadi kerusakan liver dan ginjal, diikuti mual dan sakit
kepala yang ekstrem. Korbannya kerap mengalami muntah, diare, dan kerontokan
rambut. Kematian akan datang dalam hitungan hari, kadang-kadang dalam beberapa
minggu. Gejala orang yang menelan polonium mirip seperti paparan racun radiasi
nuklir, sehingga akan sangat menyakitkan.
Hingga saat ini belum ditemukan obat
untuk mengobati polonium-210. Sebenarnya, telah terdapat sejumlah perawatan
eksperimental agar korban bertahan hidup, tetapi belum mendapatkan persetujuan
dari Badan Pengawas Makanan dan Obat AS, FDA.
Salah satu kendala keracunan polonium
sulit dideteksi adalah karena jumlah polonium akan terus berkurang seiring
berlalunya waktu. Jadi meski ditemukan jejak polonium-210 oleh tim peneliti
Swiss, namun sulit untuk memastikan jumlah polonium-210 yang membunuh Yasser
Arafat.
Mengapa Polonium-210 lebih berbahaya ketimbang racun lainnya? Apa sih keistimewaannya?
Ternyata Polonium-210 bisa
dijadikan sebagai larutan sitrat, nitrat atau garam lainnya, sehingga mudah
bercampur dengan air tanpa terdeteksi. Unsur ini juga memancarkan radiasi alfa
jarak pendek yang tidak bisa dilacak oleh detektor pemindai di bandara,
sehingga mudah diselundupkan ke luar negeri.
Pada tahun 2013 Rusia mengeluarkan
pernyataan yang mengagetkan seluruh dunia. Hal ini disebabkan, meskipun tim
forensik Swiss telah mengatakan bahwa penyebab kematian Yasser Arafat karena
polonium-210, namun hasil pemeriksaan tim forensik Rusia yang juga mengambil sampel
dari jenazah Yasser Arafat berbeda. Moskow mengumumkan bahwa berdasarkan
pemeriksaan yang dilakukan secara saksama, mereka tidak menemukan jejak
Polonium. Hal ini disampaikan oleh kepala lembaga forensik Rusia, FMBA,
Vladimir Uiba disebuah kantor berita Rusia, Rabu (16/10/2013).
Hingga saat ini belum ada kejelasan laporan Swiss atau Rusia yang benar. Sedangkan Perancis, hingga sekarang Perancis tidak mengumumkan hasil analisisnya kepada dunia. Entah apa alasannya, tidak ada yang tahu.
Meskipun demikian, sebagian besar orang yakin bahwa Yasser
Arafat meninggal karena dibunuh dengan racun polonium-210. Dan dalang dibalik
semua itu adalah Amerika Serikat dan atau Israel. Apakah anda juga yakin
seperti itu?
Selain Yasser Arafat, sebenarnya masih
terdapat beberapa orang lagi yang dilaporkan meninggal karena racun
polonium-210. Salah satu kasus yang terkenal adalah tewasnya Alexander
Litvinenko, mantan agen KGB Uni Soviet, yang membelot dan mencari suaka di
Inggris.
Litvinenko meninggal pada November 2006,
tiga minggu setelah bertemu beberapa orang Rusia di hotel Millenium London.
Menurut penyidik di Inggris, Litvinenko dibunuh dengan racun polonium yang
dimasukkan ke dalam cangkir tehnya.
"Polonium-210 adalah racun paling
aneh, ajaib, namun paling kejam," tulis Alan Cowell, dalam bukunya soal
kematian Litvinenko, "Terminal Spy".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar