Polonium, Racun Terkejam Di Dunia Yang Merebut Hidup Yasser Arafat

 
Pemimpin Palestina Yasser Arafat (kiri) bertemu dengan Menteri Luar Negeri Belgia Louis Michel pada 22 September 1999 di New York  (Sumber gambar: www.livescience.com/40448-history-of-polonium-yasser-arafat.html)

Salah satu topik hangat yang berkembang di Timur Tengah pada tahun 2004-2014 adalah berkaitan dengan penyebab kematian Yasser Arafat. Terdapat dugaan bahwa mantan pemimpin Palestine Liberation Organization (PLO) itu meninggal karena dibunuh menggunakan racun, bukan karena penyakit.

Pada 11 November 2004, Yasser Arafat meninggal dunia pada usia 74 tahun, di rumah sakit Militer Percy di Clamart pinggiran kota Paris, Prancis. Pada saat itu pahlawan Palestina ini telah berusia 75 tahun. Catatan medis yang dikeluarkan rumah sakit Prancis menyebutkan bahwa Yasser Arafat meninggal karena stroke yang disebabkan oleh gangguan atau kelainan darah. Selain itu, ia juga mengalami masalah pencernaan.

Ketika berita kematian Yasser Arafat diumumkan, rakyat Palestina berkabung duka.  Bacaan Al-Qur'an dari pengeras suara bergema di masjid-masjid sepanjang Tepi Barat dan Jalur Gaza. Otoritas Palestina dan kamp-kamp pengungsi di Lebanon mengumumkan masa berkabung selama 40 hari.

Atas permintaan istrinya, Yasser Arafat tidak dilakukan otopsi setelah meninggal dunia. Namun pada tahun 2012, sesuai dengan permintaan istrinya, Jasad Yasser Arafat diangkat kembali dari makamnya untuk dilakukan otopsi. Setelah diambil sampel, jasad beliau dikuburkan kembali dengan penuh penghormatan. Sampel yang diambil adalah sisa-sisa jenazah, termasuk tulang belulang dan contoh tanah di makamnya.

Tindakan yang tidak lazim dilakukan di negara Islam ini mempunyai satu tujuan yakni untuk menguak apakah kematian simbol kemerdekaan Palestina itu benar karena sakit yang dideritanya atau karena racun. Tiga negara yang terlibat pada saat itu adalah Inggris (Swiss), Rusia, dan Perancis.

Pada tahun 2012, berdasarkan hasil otopsi, tim peneliti dari Swiss menyimpulkan bahwa Yasser Arafat meninggal karena racun polonium-210. Hal inidibuktikan dari keberadaan polonium-210 dalam dosis tinggi di barang-barang pribadi mantan Presiden itu, seperti di sikat gigi, pakaian, juga kain hitam putih yang selalu setia menutup kepalanya.

D ave Barclay, ahli forensik dan mantan dekektif di kepolisian Inggris, mengatakan kadar polonium-210 di tubuh Yasser Arafat sekitar 900 milibecquerels, sekitar 18 atau 36 kali lebih tinggi dari rata-rata.

Hingga saat ini, polonium dianggap sebagai racun yang paling berbahaya di dunia, karena tidak banyak informasi yang tersedia berkaitan dengan penanganan racun tersebut. Polonium merupakan salah satu unsur semilogam yang lembut, berwarna perak, dan ditemukan bersama bijih uranium. Oleh sebab itu, Polonium merupakan hasil samping proses pengayaan uranium. Selain itu, uranium dapat pula dihasilkan dengan cara membombardir isotop bismuth-209 menggunakan neutron di reaktor nuklir.

Pada awal pengembangan senjata nuklir, polonium digunakan sebagai pemicu ledakan bom atom. Belakangan, polonium digunakan sebagai sumber energi satelit dan pesawat ulang-alik. Itulah sebabnya, polonium sangat langka dan hanya dimiliki oleh negara pengembang senjata nuklir. Israel juga diduga menjadi salah satu negara yang memiliki polonium. Selain penanganannya yang unik dan ekstra hati-hati, polonium sulit didapatkan orang biasa yang tidak ada akses ke fasilitas reaktor nuklir.

Setiap tahun hanya sekitar 100 gram polonium yang diproduksi, dan hampir semuanya dihasilkan oleh di Rusia. Hal ini memang wajar karena unsur kimia ini ditemukan oleh kimiawan Rusia, Marie Curie. Nama unsur yang sangat berbahaya ini di ambil dari nama kampung halaman sang penemu yakni Polandia.

Walaupun sangat beracun, namun daya jangkau racun ini di udara sangat sempit, hanya beberapa centimeter saja. Polonium juga sangat mudah dihentikan. Berada di udara, polonium bisa ditangkis hanya dengan menggunakan secarik kertas ataupun kulit. Namun, kisahnya akan berbeda jika zat ini masuk ke dalam tubuh, baik melalui makanan, minuman, ataupun pernapasan.

Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa hanya 0,1 mikrogram polonium-210, seperti sebutir debu, sudah dapat menyebabkan kematian jika masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau cairan lainnya. Oleh sebab itu, wajar jika polonium-210, dikatakan 250 miliar kali lebih beracun dibandingkan sianida.

Jika seseorang menelan polonium-210, sekitar 50-90 persen akan dikeluarkan melalui feses. Sedangkan sisanya akan masuk ke aliran darah. Sekitar 40 persen polonium yang tertinggal akan masuk ke limpa, ginjal, dan liver. Sementara 10 persennya lagi masuk ke sumsum tulang. Akibatnya, akan terjadi kerusakan liver dan ginjal, diikuti mual dan sakit kepala yang ekstrem. Korbannya kerap mengalami muntah, diare, dan kerontokan rambut. Kematian akan datang dalam hitungan hari, kadang-kadang dalam beberapa minggu. Gejala orang yang menelan polonium mirip seperti paparan racun radiasi nuklir, sehingga akan sangat menyakitkan.

Hingga saat ini belum ditemukan obat untuk mengobati polonium-210. Sebenarnya, telah terdapat sejumlah perawatan eksperimental agar korban bertahan hidup, tetapi belum mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawas Makanan dan Obat AS, FDA.

Salah satu kendala keracunan polonium sulit dideteksi adalah karena jumlah polonium akan terus berkurang seiring berlalunya waktu. Jadi meski ditemukan jejak polonium-210 oleh tim peneliti Swiss, namun sulit untuk memastikan jumlah polonium-210 yang membunuh Yasser Arafat.

Mengapa Polonium-210 lebih berbahaya ketimbang racun lainnya? Apa sih keistimewaannya? 

Ternyata Polonium-210 bisa dijadikan sebagai larutan sitrat, nitrat atau garam lainnya, sehingga mudah bercampur dengan air tanpa terdeteksi. Unsur ini juga memancarkan radiasi alfa jarak pendek yang tidak bisa dilacak oleh detektor pemindai di bandara, sehingga mudah diselundupkan ke luar negeri.

Pada tahun 2013 Rusia mengeluarkan pernyataan yang mengagetkan seluruh dunia. Hal ini disebabkan, meskipun tim forensik Swiss telah mengatakan bahwa penyebab kematian Yasser Arafat karena polonium-210, namun hasil pemeriksaan tim forensik Rusia yang juga mengambil sampel dari jenazah Yasser Arafat berbeda. Moskow mengumumkan bahwa berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan secara saksama, mereka tidak menemukan jejak Polonium. Hal ini disampaikan oleh kepala lembaga forensik Rusia, FMBA, Vladimir Uiba disebuah kantor berita Rusia, Rabu (16/10/2013).

Hingga saat ini belum ada kejelasan laporan Swiss atau Rusia yang benar. Sedangkan Perancis, hingga sekarang Perancis tidak mengumumkan hasil analisisnya kepada dunia. Entah apa alasannya, tidak ada yang tahu. 

Meskipun demikian, sebagian besar orang yakin bahwa Yasser Arafat meninggal karena dibunuh dengan racun polonium-210. Dan dalang dibalik semua itu adalah Amerika Serikat dan atau Israel. Apakah anda juga yakin seperti itu?

Selain Yasser Arafat, sebenarnya masih terdapat beberapa orang lagi yang dilaporkan meninggal karena racun polonium-210. Salah satu kasus yang terkenal adalah tewasnya Alexander Litvinenko, mantan agen KGB Uni Soviet, yang membelot dan mencari suaka di Inggris.

Litvinenko meninggal pada November 2006, tiga minggu setelah bertemu beberapa orang Rusia di hotel Millenium London. Menurut penyidik di Inggris, Litvinenko dibunuh dengan racun polonium yang dimasukkan ke dalam cangkir tehnya.

"Polonium-210 adalah racun paling aneh, ajaib, namun paling kejam," tulis Alan Cowell, dalam bukunya soal kematian Litvinenko, "Terminal Spy".

Tidak ada komentar:

IKUTI

KONTAK

Nama

Email *

Pesan *