Mikroorganisme
tertentu dapat menghasilkan obat untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan
mikroorganisme lainnya. Produk metabolisme yang dihasilkan oleh mikroorganisme
tertentu yang bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lainnya disebut
antibiotik.
Antibiotik
diartikan pula sebagai zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan, dan bahkan
menghancurkan, mikroorganisme berbahaya. Mereka berasal dari mikroorganisme
khusus atau sistem kehidupan lainnya, dan diproduksi pada skala industri
menggunakan proses fermentasi.
Meskipun
prinsip-prinsip tindakan antibiotik tidak ditemukan sampai abad ke-20,
penggunaan antibiotik pertama kali diketahui oleh orang Cina lebih dari 2.500
tahun yang lalu. Saat ini, lebih dari 10.000 zat antibiotik telah dilaporkan.
Penelitian
ilmiah tentang antibiotik pertama kali dilakukan oleh A. Gratia dan S. Dath.
Penelitian ini menghasilkan aktinomisetin dari galur Actinomycetes (bakteri
mirip kapang). Actinomycetes tidak digunakan untuk mengobati pasien, tetapi
dipakai untuk melisis kultur bakteri dalam pembuatan vaksin. Sejak 1940 hingga
saat ini, sudah banyak antibiotik kemoterapeutik yang telah diisolasi dari
Actinomycetes.
Antibiotik
modern pertama yang dipakai untuk mengobati penyakit pada manusia adalah
tirotrisin. Antibiotik ini diperoleh dari Bacilus brevis, suatu bakteri tanah
dan diisolasi oleh Rene Dubos dari Rokefeller Institute of Medical Research
di New York (sekarang Universitas Rokefeller).
Pada
tahun 1924, saat melakukan penelitian Alexander
Fleming menemukan bahwa cawan agar yang diinokulasi dengan bakteri Staphylococcus aureus telah
terkontaminasi sejenis kapang, dan koloni kapang tersebut dikelilingi oleh
suatu zona bening. Ketika diamati dengan saksama Fleming menemukan bahwa
pertumbuhan bakteri terhambat terutama di sekitar area zona bening tersebut.
Setelah diidentifikasi, ternyata kapang tersebut adalah spesies Penicillium sehingga Fleming menamakan
zat antibiotik tersebut dengan penisilin.
SEJARAH
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
Perkembangan
antibiotik modern bergantung pada beberapa individu kunci yang menunjukkan
kepada dunia bahwa bahan yang berasal dari mikroorganisme dapat digunakan untuk
menyembuhkan penyakit menular. Salah satu perintis pertama di bidang ini adalah
Louis Pasteur. Pada tahun 1877, ia
dan rekannya menemukan bahwa pertumbuhan bakteri antraks penyebab penyakit
dapat dihambat oleh bakteri saprofitik. Mereka menunjukkan bahwa sejumlah besar
basil anthrax dapat diberikan kepada hewan tanpa dampak buruk selama basil
saprofitik juga diberikan.
Selama
beberapa tahun berikutnya, pengamatan lain mendukung fakta bahwa beberapa bahan
yang berasal dari bakteri dapat mencegah pertumbuhan bakteri penyebab penyakit.
Alexander
Fleming merupakan salah satu ilmuwan yang mensponsori penggunaan antibiotik
untuk menyembuhkan penyakit. Pada tahun 1923 ia mempelajari bakteri Staphylococcus dalam cawan media biakan.
Karena laboratorium tidak steril, biakan Staphylococcus
tersebut terkontaminasi oleh jamur. Ternyata berdasarkan pengamatannya,
ditemukan bahwa koloni bakteri di sekitar jamur menghilang karena terhambat
pertumbuhannya oleh zat kimia yang dihasilkan oleh jamur itu. Jamur ini sama
dengan yang ditemukan pada roti dan keju yang sudah basi. Jamur tersebut adalah
Penicillium notatum, yang menghasilkan antibiotik penisilin.
Setelah
ditemukannya penisilin, antibiotik lain dicari. Pada tahun 1939, pekerjaan
dimulai pada isolasi produk antibiotik potensial dari streptomyces bakteri
tanah. Sekitar waktu inilah istilah antibiotik diperkenalkan. Selman Waxman dan
rekannya menemukan streptomisin pada tahun 1944.
Studi selanjutnya menghasilkan
penemuan sejumlah antibiotik baru yang berbeda termasuk aktinomisin,
streptotrikin, dan neomisin yang semuanya diproduksi oleh Streptomyces. Antibiotik lain yang telah ditemukan sejak itu termasuk
bacitracin, polymyxin, viomycin, chloramphenicol dan tetrasiklin. Sejak 1970-an, sebagian besar antibiotik baru
merupakan modifikasi sintetis dari antibiotik alami.
CARA
PEMBUATAN ANTIBIOTIK
Meskipun
sebagian besar antibiotik terbentuk secara alami di alam, namun biasanya
tersedia dalam jumlah kecil sehingga tidak bisa digunakan untuk diproduksi
dalam skala besar.
Zat
antibiotik mulai dipasarkan secara besar-besaran pada Perang Dunia Kedua (PD
II) oleh tim peneliti dari Inggris dan Amerika Serikat.
Untuk
alasan inilah, maka proses fermentasi dikembangkan. Proses ini melibatkan
mengisolasi mikroorganisme yang diinginkan, memicu pertumbuhan kultur dan
memurnikan dan mengisolasi produk antibiotik akhir. Salah satu hal penting yang
harus diperhatikan adalah kondisi steril selama proses pembuatan. Hal ini
disebabkan karena kontaminasi oleh mikroba asing akan merusak proses
fermentasi.
Gambar
Proses Pembuatan Antibiotik (Sumber gambar: www.madehow.com/Volume-4/Antibiotic.html)
Beberapa
tahap pembuatan antibiotik sesuai dengan gambar di atas adalah sebagai berikut.
a.
Mikroorganisme penghasil antibiotik dikembangkan.
b.
Mikroorganisme dipindahkan ke dalam bejana fermentasi yang menyerupai tangki
besar. Di tempat ini, mikroorganisme dipacu dengan lingkungan yang cocok agar
berkembang biak secara cepat.
c.
Dari cairan biakannini, antibiotik diekstraksi dan dimurnikan, selanjutnya
diuji dengan urutan sebagai berikut:
1)
Zat diuji dalam tabung reaksi, apakah dapat mematikan kuman atau tidak.
2)
kemudian zat diujikan kepada hewan percobaan, termasuk diteliti efek
sampingnya.
3)
jika berhasil barulah diujikan pada orang sakit dan selanjutnya dipasarkan.
KONTROL
KUALITAS
Kontrol
kualitas sangat penting dalam produksi antibiotik. Karena melibatkan proses
fermentasi, langkah-langkah harus diambil untuk memastikan bahwa sama sekali
tidak ada kontaminasi yang diperkenalkan pada titik mana pun selama produksi.
Untuk tujuan ini, media dan semua peralatan pemrosesan disterilkan dengan uap.
Selama pembuatan, kualitas semua senyawa diperiksa secara teratur. Yang paling
penting adalah pemeriksaan yang sering terhadap kondisi kultur mikroorganisme selama
fermentasi. Ini dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik kromatografi.
Juga, berbagai sifat fisik dan kimia dari produk jadi diperiksa seperti pH,
titik lebur, dan kadar air.
Di
Amerika Serikat, produksi antibiotik sangat diatur oleh Food and Drug
Administration (FDA). Tergantung pada aplikasi dan jenis antibiotik, lebih atau
kurang pengujian harus diselesaikan.Sebagai contoh, FDA mensyaratkan bahwa
untuk antibiotik tertentu setiap batch harus diperiksa oleh mereka untuk
efektivitas dan kemurnian. Hanya setelah mereka mensertifikasi bets, bilah itu
dapat dijual untuk konsumsi umum.
SUMBER RUJUKAN
-
D.A PRATIWI, SRI MARYATI, SRIKINI, SUHARNO, BAMBANG S. Buku Biologi untuk
SMA/MA Kelas XII. Penerbit Erlangga.
-
www.madehow.com/Volume-4/Antibiotic.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar