Mengapa Sianida Sangat Beracun dan Mematikan?



1. Pendahuluan
Cerita misteri pembunuhan dalam beberapa novel, terutama cerita detektif, sering kali menggunakan sianida sebagai racun yang bertindak cepat. 
Walaupun demikian, kita dapat terkena racun ini dari bahan-bahan kimia sehari-hari dan bahkan kita bisa terkena dari makanan yang biasa kita konsumsi.
Salah satu bahan makanan yang mengandung sianida dan sering kita konsumsi adalah ubi kayu atau singkong atau ketela pohon. Kandungan sianida dalam ketela pohon terkadang bisa memabukan, sehingga kita sering mendengar kasus keracunan ubi kayu.
Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana sianida mampu meracuni dan membunuh orang? Berapa banyak yang dibutuhkan dan apakah ada obatnya? Inilah beberapa hal yang mungkin bisa Anda ketahui setelah membaca artikel ini.

2. Apa itu Sianida?
Istilah "sianida" mengacu pada bahan kimia yang mengandung gugus siano (C≡N). Ion sianida sebagai berikut.
Banyak zat yang mengandung sianida, tetapi tidak semuanya beracun. Natrium sianida (NaCN), kalium sianida (KCN), hidrogen sianida (HCN), dan cyanogen chloride (CNCl) merupakan beberapa contoh senyawa sianida yang bersifat mematikan. 
Senyawa-senyawa tersebut sangat beracun, karena mampu melepaskan ion sianida (CN). Ion sianida inilah yang mematikan karena bertindak sebagai racun metabolik.
Ribuan senyawa ‘nitril’ walaupun mengandung gugus sianida tetapi tidak beracun. Bahkan, kita bisa menemukan sianida dalam nitril yang digunakan sebagai obat-obatan, seperti citalopram (Celexa) dan cimetidine (Tagamet). Nitril tidak berbahaya karena gugus -CN terikat kuat sehingga mereka tidak mampu melepaskan ion CN.

3. Bagaimana sianida menjadi racun?
Setelah terpapar, sianida dengan cepat memasuki aliran darah. Dalam dosis kecil, sianida dalam tubuh dapat diubah menjadi tiosianat, yang kurang berbahaya dan diekskresikan dalam urin. 
Di dalam tubuh, sianida dalam jumlah kecil juga dapat bergabung dengan bahan kimia lain untuk membentuk vitamin B12, yang membantu menjaga kesehatan saraf dan sel darah merah. Namun dalam dosis besar, tubuh akan kewalahan untuk mengubah sianida menjadi tiosianat.
Dalam dosis tinggi sianida menjadi racun karena mencegah sel menggunakan oksigen untuk memecahkan molekul-molekul menjadi energi. Ketika masuk ke dalam tubuh, ion sianida (CN), berikatan dengan atom besi dalam cytochrome C oxidase dalam mitokondria sel.
Artinya ion CN bertindak sebagai inhibitor enzim yang ireversibel, sehingga akan mencegah cytochrome C oxidase melakukan tugasnya, yaitu mengangkut elektron ke oksigen dalam rantai transpor elektron respirasi sel aerobik.
Tanpa kemampuan menggunakan oksigen, mitokondria tidak dapat menghasilkan pembawa energi adenosine triphosphate (ATP)
Jaringan yang membutuhkan bentuk energi ini, seperti sel otot jantung dan sel saraf, dengan cepat mengeluarkan semua cadangan energi mereka miliki sehingga mulai mati. Ketika sejumlah besar sel kritis mati, maka seseorang akan meninggal dunia.

4. Paparan Terhadap Sianida
Sianida dapat digunakan sebagai racun atau senjata perang kimia, tetapi kebanyakan orang tidak sengaja memaparnya. Beberapa hal yang bisa membuat seseorang bisa terkena sianida yaitu meliputi:
- Mengkonsumsi singkong, kacang lima, yucca, rebung, sorgum, atau almond.
- Mengunyah biji apel, ceri, aprikot, atau persik.
- Merokok.
- Membakar plastik.
- Membakar batu bara.
- Mengonsumsi produk berbasis asetonitril yang digunakan untuk menghilangkan kuku palsu.
- Bekerja di industry yang memakai sianida, seperti industri kertas, tekstil, fotokimia, plastik, pertambangan, dan metalurgi. 
- Minum air, makan makanan, menyentuh tanah, atau menghirup udara yang sudah terkontaminasi sianida.
- Paparan rodentisida atau pestisida yang mengandung sianida.

5. Gejala Keracunan Gas Sianida
Sianida memiliki aroma seperti almond. Tetapi harus diingat bahwa tidak semua senyawa beracun menghasilkan aroma dan tidak semua orang bisa mencium baunya. 
Massa jenis gas sianida lebih kecil dibanding udara, sehingga akan cepat naik ke atas. Artinya di tempat terbuka, gas sianida cepat menghilang.
Menghirup gas sianida dalam dosis tinggi, dapat menyebabkan ketidaksadaran dan seringkali kematian dalam waktu singkat. Sedangkan menghirup dalam dosis rendah masih dapat diselamatkan, terutama jika bantuan segera diberikan. 
Gejala keracunan gas sianida serupa dengan beberapa keadaan atau paparan terhadap sejumlah bahan kimia. Oleh sebab itu, segera cari udara segar atau keluar ruangan jika Anda merasa ada hal-hal tertentu yang tidak beres. Setelah itu segera cari pertolongan medis. 
Gejala yang terjadi dengan cepat saat anda terpapar sianida dalam dosis kecil yaitu sakit kepala, pusing, lemah, lelah, kebingungan, dan atau kurang focus. 
Sedangkan gejala yang terjadi jika seseorang terpapar sianida dalam dosis tinggi atau paparan dalam jangka panjang yaitu tekanan darah rendah, tidak sadarkan diri, kejang-kejang, denyut jantung lambat, paru-paru rusak, kegagalan pernafasan, koma atau meninggal.
Kematian akibat keracunan gas sianida biasanya disebabkan oleh gagal pernapasan atau gagal jantung. Seseorang yang terkena sianida bisa memiliki kulit merah ceri, hitam gelap atau biru prusia. 
Warna biru Prusia terjadi karena ion besi darah mengikat ion sianida. Selain itu, cairan kulit dan tubuh dapat mengeluarkan bau seperti kacang almond.

6. Berapa jumlah mematikan sianida?
Sianida membunuh dengan cepat. Kematian dapat terjadi dalam hitungan detik dari dosis mematikan gas sianida dan dalam beberapa menit menelan dosis mematikan garam sianida.
Walaupun demikian, jumlah mematikan sianida bagi manusia bergantung pada rute paparan, dosis, dan durasi paparan. Sianida yang dihirup memberikan risiko yang lebih besar daripada sianida yang tertelan. Sianida tidak terlalu berbahaya jika hanya terjadi kontak dengan kulit.
Karena dosis mematikan sianida tergantung pada jenis senyawa dan beberapa faktor lainnya. Secara umum, jika sianida masuk melalui mulut, maka hanya dibutuhkan sekitar ½ gram untuk membunuh satu orang dewasa dengan berat badan 160 pon.

7. Apakah ada pengobatan untuk keracunan sianida?
Karena sianida merupakan jenis racun yang relatif umum di lingkungan, secara alami tubuh dapat mendetoksifikasi sejumlah kecil sianida. Misalnya, Anda dapat memakan biji apel atau menahan sianida dari asap rokok tanpa mengalami kematian. 
Meskipun demikian, ceritanya akan berbeda jika sianida digunakan sebagai racun atau senjata kimia.
Perlu diingatkan bahwa, paparan sianida dalam dosis tinggi, baik secara oral maupun inhalasi, sangat mematikan sehingga biasanya tidak memungkinkan untuk dilakukan pengobatan. Namun tak ada salahnya jika kita sebagai sesama umat manusia mencoba memberi bantuan.
Bantuan pertolongan pertama untuk sianida yang dihirup adalah membawa korban ke udara yang segar atau memberikan oksigen melalui tabung oksigen. 
Baik sianida yang ditelan atau sianida yang terhirup dapat ditolong dengan memberikan antidot agar mendetoksifikasi atau mengikat sianida. Dua antidot sering digunakan untuk menghentikan efek keracunan sianida yang serius yaitu natrium nitrit dan natrium tiosulfat.
Natrium nitrit 300 mg ampul atau 10 mg/kg diberikan selama 3 sampai 5 menit pada orang dewasa. Dosis pediatrik pasien anak-anak adalah 0,2 mL/kg dan tidak melebihi 10 mL. 
Dosis natrium tiosulfat adalah satu ampul atau 12,5 gram dalam 50 mL, diberikan secara intravena selama 30 menit pada orang dewasa. Dosis untuk pasien anak-anak adalah 7 g/m2 dan tidak melebihi 12,5 gram.
Selain kedua obat di atas, obat lain mungkin diperlukan untuk mengendalikan efek kesehatan tambahan dari sianida seperti kejang. Orang-orang yang mengalami tanda-tanda dan gejala-gejala serius akan memerlukan perawatan di rumah sakit segera, terutama orang-orang yang "pingsan" atau tidak sadar. Penundaan apa pun alasannya, bisa berakibat pada kematian.

8. Sianida sebagai Agen Perang
Pemanfaatan sianida sebagai agen perang terekam dalam berbagai catatan sejarah. Penggunaan sianida dalam peperangan dimulai pada Perang Perancis-Prusia (1870-1871), di mana Napoleon III mendesak pasukannya untuk mencelupkan ujung bayonet mereka ke dalam racun. Kaisar Romawi Nero (37-68) juga menggunakan air ceri yang mengandung sianida sebagai racun.
Kedua Perang Dunia melihat penggunaan sianida. Selama Perang Dunia I, ia digunakan oleh pasukan Prancis dan Austria; dan Nazi Jerman menggunakan produk rodentisidaidal Zyklon B untuk membunuh jutaan orang selama Perang Dunia II. 
Pada 1980-an, sianida mungkin digunakan dalam Perang Iran-Irak, Kurdi di Irak, dan di Suriah.
Pada 1995, sekte Jepang, Aum Shinrikyo, menempatkan sianida di kamar mandi bawah tanah.
Senyawa beracun ini menimbulkan ancaman yang berkelanjutan sebagai senjata terorisme, apakah itu dikirim dalam bentuk oral melalui natrium sianida dan kalium sianida, atau sebagai gas melalui hidrogen sianida dan sianogen klorida.

Tidak ada komentar:

IKUTI

KONTAK

Nama

Email *

Pesan *