Setiap
negara pasti mempunyai banyak pahlawan yang berjasa bagi bangsanya. Salah satu
pahlawan yang menjadi kebanggaan kita adalah Jenderal Soedirman. Walaupun sakit
berat, beliau tetap memimpin pasukan untuk melawan penjajah Belanda. Bahkan
Beliau juga ikut berpartisipasi dalam perencanaan Serangan Umum 1 Maret.
Sedangkan Israel, memiliki seorang pria yang tak bisa diragukan lagi
kehebatannya dalam menyusun serangan cepat yakni Moshe Dayan.
Hingga
detik ini, Moshe Dayan dikenal oleh seluruh dunia sebagai ahli strategi perang.
Bahkan strategi darinya dianggap sebagai strategi paling brilian sepanjang
sejarah umat manusia.
Pada
awal Juli 1967, pasukan-pasukan negara Arab, terutama Mesir, Yordania, dan
Suriah mulai menghimpun kekuatan di perbatasan Israel guna menyerang dan
menghancurkan negeri Yahudi tersebut. Bahkan ketiga negara ini, mendapatkan
bantuan yang sangat besar dari beberapa negara Arab yaitu Arab Saudi, Irak,
Kuwait, Sudan, dan Aljazair.
Moshe
Dayan yang baru diangkat menjadi menteri pertahanan Israel beberapa hari
sebelumnya, mulai menyusun strategi untuk menghadapi pasukan yang sangat besar
ini.
Setelah dipikirkan dengan saksama, menteri pertahanan Yahudi ini pun
memutuskan untuk menyerang terlebih dahulu menggunakan operasi fokus. Hal ini
dilakukan karena Dayan tahu bahwa, jika hanya menunggu maka sudah pasti Israel
akan kalah.
Dalam
operasi fokus, Dayan benar-benar mengandalkan peranan dari pesawat tempur.
Sedangkan infantri dan tank, Dayan memerintahkan mereka untuk bertahan di
berbagai tempat strategis dekat perbatasan, sambil menunggu perintah
selanjutnya.
Pada
tanggal 5 Juni 1967, pukul 07.45, Israel mulai menerbangkan hampir seluruh jet
tempur mereka ke Mesir melalui Laut Tengah dan Laut Merah. Untuk menghindari
radar Arab maka Dayan memerintahkan mereka untuk terbang rendah yakni sekitar
60 kaki di atas permukaan laut.
Setelah
tiba di Mesir, mereka tidak langsung menyerang, karena Moshe memerintahkan
mereka untuk menyerang pada pukul 08.45 waktu Mesir.
Hal ini disebabkan
berdasarkan laporan yang diterima dari mata-mata Israel, mengatakan bahwa pada
pukul 08.45 waktu Mesir, kabut pagi yang berada di Delta Nil telah hilang.
Selain itu, pesawat-pesawat Mesir yang melakukan patroli fajar telah kembali ke
pangkalan untuk sarapan pagi.
Mata-mata
Israel juga melaporkan bahwa pada jam tersebut sebagian pilot dan kru darat
masih dalam perjalanan menuju bandara ataupun tempat kerja.
Dengan
memanfaatkan semangat juang para tentara, serta memperhatikan cuaca dan
ketepatan waktu, Moshe mulai melakukan penyerangan. Walaupun pada saat itu,
Israel hanya memiliki sekitar 200 pesawat tempur, ia tak gentar menghadapi
600-an jet tempur milik negara-negara Arab. Hanya dalam hitungan hari (6 hari),
semua tentara dan pesawat tempur milik negara-negara Arab dihancurkan.
Ketika
perang berakhir korban dari negara-negara Arab sekitar 20.000 orang, sedangkan
dari pihak Israel hanya sekitar 1000 orang.
Dengan melihat fenomena ini, tidak
berlebihan jika Moshe Dayan yang hanya memiliki satu mata dikatakan sebagai
orang paling hebat dalam perang modern.
Bagaimana tidak, negara Israel yang
begitu kecil dengan berbagai keterbatasan, mereka mampu mempermalukan
negara-negara Arab yang lebih hebat pada waktu itu. Jadi tidak mengherankan
jika sampai detik ini Israel sangat susah untuk ditaklukkan.
Karier
Dayan mungkin benar-benar tak tertandingi dalam sejarah singkat Israel. Seorang
pemimpin militer yang sangat sukses dalam mengembangkan status legendaris, juga
berhasil menyeberang ke politik dan memegang sejumlah jabatan pemerintah yang
sangat berpengaruh sebelum ia memutuskan untuk meninggalkan politik.
Hingga saat ini, banyak
tokoh militer senior telah mencoba melakukan hal yang sama - pindah dari
militer ke politik - tetapi banyak yang gagal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar