Titrasi adalah
penambahan larutan baku (larutan yang telah diketahui dengan tepat
konsentrasinya) ke dalam larutan lain dengan bantuan indikator sampai tercapai
titik ekuivalen. Titrasi dihentikan tepat pada saat indikator menunjukkan perubahan
warna. Saat perubahan warna indikator disebut titik akhir titrasi (James
E. Brady, 1990).
Reaksi
penetralan termasuk reaksi pada larutan elektrolit yaitu reaksi antara asam
dengan basa sampai terjadi suasana netral. Bagaimana terjadinya penetralan pada
larutan asam dan basa?
HCl(aq)
+ NaOH(aq) ⟶
NaCl(aq) + H2O(l)
asam basa garam air
Pada
reaksi antara asam dan basa, ion hidrogen, H+(aq) dan ion
hidroksida, OH–(aq) bergabung membentuk molekul air yang bersifat netral.
H+(aq) + OH–(aq) ⟶ H2O(l)
Ion
Na+(aq) dan ion Cl–(aq) tetap di dalam larutan NaCl. Jika
diuapkan akan dihasilkan NaCl padat atau garam dapur.
Jika
jumlah mol ion H+ dari asam sama dengan jumlah mol ion OH–
dari basa maka hasil reaksi akan bersifat netral. Karena hal inilah, reaksi asam
basa sering disebut sebagai reaksi penetralan atau reaksi pembentukan air.
Contoh
reaksi penetralan yang lain yaitu:
-
HCl(aq) + KOH(aq) ⟶ KCl(aq) + H2O(l)
-
HCl(aq) + NaOH(aq) ⟶ NaCl(aq) + 2H2O(aq)
-
H2SO4(aq) + Mg(OH)2(aq)
⟶
MgSO4(aq)
+ 2H2O(l)
-
H2SO4(aq) + Ba(OH)2(aq)
⟶
BaSO4
+ 2H2O(l)
-
HNO3(aq) + Ca(OH)2(aq)
⟶
Ca(NO3)2(aq)
+ H2O(l)
BEBERAPA
HAL PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MELAKUKAN TITRASI
Tahu
tentang pengertian titrasi saja tidak cukup. Bagaimana cara melakukan titrasi
yang benar sangat penting untuk diketahui. Untuk itu simak baik-baik
langkah-langkah titrasi berikut.
1. CARA TITRASI
Untuk
lebih mudah belajar cara titrasi, perhatikan langkah-langkah berikut ini.
Langkah 1 :
Larutan yang akan diteteskan dimasukkan ke dalam buret (pipa
panjang berskala). Larutan dalam buret disebut penitrasi.
Langkah 2: Larutan yang akan dititrasi dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan
mengukur volumenya terlebih dahulu memakai pipet gondok.
Langkah 3: Memberikan beberapa tetes indikator pada larutan yang dititrasi
(dalam erlenmeyer) menggunakan pipet tetes. Indikator yang dipakai adalah yang
perubahan warnanya sekitar titik ekuivalen.
Langkah 4 :
Proses titrasi, yaitu larutan yang berada dalam buret diteteskan
secara perlahan-lahan melalui kran ke dalam erlenmeyer. Erlenmeyer
digoyang-goyang sehingga larutan penitrasi dapat larut dengan larutan yang
berada dalam erlenmeyer.
Penambahan larutan penitrasi
ke dalam erlenmeyer dihentikan ketika sudah terjadi perubahan warna dalam
erlenmeyer. Perubahan warna ini menandakan telah tercapainya titik akhir
titrasi (titik ekuivalen).
Langkah 5 :
Mencatat volume yang dibutuhkan larutan penitrasi de ngan melihat
volume yang berkurang pada buret setelah dilakukan proses titrasi.
2. MENENTUKAN TITIK AKHIR TITRASI
Kurva
titrasi dapat dibuat dengan menghitung pH larutan asam/basa pada
beberapa titik berikut.
1. Titik
awal sebelum penambahan asam/basa.
2.
Titik-titik setelah ditambah asam/basa sehingga larutan mengandung garam yang
terbentuk dan asam atau basa yang berlebih.
3. Titik
ekivalen, yaitu saat larutan hanya mengandung garam, tanpa ada kelebihan asam
atau basa.
Pada saat ini, berlaku rumus
berikut:
N1 x V1 = N2 x V2
Keterangan:
N1 =
normalitas larutan yang dititrasi (titran)
V1 = volume
titran
N2 =
normalitas larutan yang menitrasi (penitran)
V2 = volume
penitran
N = n x M
(dengan n =valensi asam/basa dan M
molaritas larutan)
Rumus di atas dapat pula ditulis sebagai
berikut.
Vasam x Masam = Vbasa x Mbasa
Catatan:
V = volum
Masam
= molaritas H+
Mbasa
= molaritas OH–
4. Daerah lewat
ekivalen, yaitu larutan yang mengandung garam dan kelebihan asam atau basa.
CONTOH SOAL 1
10
mL HCl yang tidak diketahui konsentrasinya dititrasi oleh larutan NaOH 0,1 M.
Pada titik akhir titrasi ternyata rata-rata volum NaOH 0,1 M yang digunakan
adalah 12,52 mL. Hitung konsentrasi HCl yang dititrasi.
PEMBAHASAN
Vasam
x Masam = Vbasa x Mbasa
10
mL x Masam = 12,52 mL x 0,1 M
Masam
= (12,52 mL x 0,1 M)
/ 10 mL
= 0,1252
M
Jadi
konsentrasi HCl adalah 0,125 M.
CONTOH SOAL 2
Larutan H2SO4
sebanyak 20 mL belum diketahui konsentrasinya, kemudian dititrasi dengan
larutan NaOH 0,1 M dengan menggunakan indikator fenolftalein. Pada saat volum
NaOH tepat 30 mL warna indikator mulai berubah.Tentukan konsentrasi H2SO4
tersebut.
PENYELESAIAN
Reaksi yang
terjadi:
H2SO4
⟶ 2H+ + SO42-
NaOH ⟶ Na+ + OH–
H2SO4(aq) + 2NaOH(aq) ⟶ Na2SO4(aq) + 2H2O(aq)
Rumus:
Vasam x Masam = Vbasa x Mbasa
20 mL x (2 x Masam) = 30 mL x 0,1 M
2 x Masam
= (30 x 0,1) / 20
2 x Masam
= 0,15
Masam = 0,15 / 2
Masam = 0,075 atau 0,08
CONTOH SOAL 3
10 mL larutan HCl x M dititrasi dengan menggunakan larutan
Ba(OH)2 0,1 M diperlukan 15
mL. Hitunglah konsentrasi larutan HCl yang dititrasi.
PENYELESAIAN
HCl(aq) ⟶ H+(aq) + Cl–(aq)
Ba(OH)2(aq) ⟶ Ba2+(aq) + 2 OH–(aq)
Rumus :
Vasam x Masam
= Vbasa x Mbasa
10 mL x Masam =
15 mL x (2 x 0,1 M)
10 mL x Masam =
15 mL x 0,2 M
Masam = 3/10
Masam = 0,3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar