PENDAHULUAN
Dalam
kehidupan sehari-hari terdapat beberapa kejadian atau peristiwa yang dapat
dijelaskan berdasarkan sifat-sifat koloid. Misalnya cara sabun dan detergen mengangkat
kotoran dari tubuh, pakaian maupun barang-barang kebutuhan lain, mengapa langit
berwarna biru disiang hari tetapi jingga disore hari, terbentuknya delta di
muara sungai, pengolahan air bersih dan cara-cara mengurangi pencemaran udara.
Dalam bidang industri sifat koloid dimanfaatkan untuk memproduksi berbagai
jenis produk. Dalam bidang forensik sifat koloid dimanfaatkan dalam
identifikasi DNA.
Selain itu, beberapa proses kimia dalam tubuh juga melibatkan
sifat-sifat koloid. Sifat koloid secara garis besar sebagai berikut.
1.
Sifat yang berkaitan dengan optik, seperti gerak Brown dan efek tyndall.
2.
Sifat yang berkaitan dengan kelistrikan seperti elektroforesis, koagulasi dan
dialisis.
3.
Sifat yang berkaitan dengan gaya dipermukaan partikel koloid seperti adsorbsi,
koloid pelindung, serta koloid liofil (hidrofilik) dan liofob (hidrofobik).
A. GERAK BROWN
Partikel-partikel
dalam suatu zat cair selalu dalam keadaan bergerak sehingga dapat bertabrakan
dengan partikel-partikel lain yang ada disekitarnya. Gerakan partikel-partikel
ini awalnya diragukan kebenarannya.
Salah satu teori yang menguatkan gerakan
partikel-partikel dalam zat cair adalah gerak Brown. Jika suatu sistem koloid
diamati menggunakan mikroskop ultra akan diketahui bahwa, partikel-partikel
yang ada terus bergerak secara acak dan beliku-liku (zig-zag), yang disebut
gerak Brown.
Nama gerakan ini diambil dari nama Robert Brown ahli botani asal
Inggris yang pertama kali mempelajari gerakan tersebut pada tahun 1827.
Gambar
Gerak Brown partikel koloid dibawah mikroskop ultra dan Robert Brown (1773–1858). Brown dilahirkan di
Montrose, Skotlandia, pada 21 Desember 1773. Brown adalah seorang pakar botani
Inggris yang mengemukakan gerak acak partikel koloid dalam suatu medium.
Gerak
zig-zag dari partikel koloid disebabkan oleh adanya tumbukan-tumbukan yang
tidak seimbang pada sisi partikel koloid oleh partikel-partikel medium
pendispersi.
Selain itu, tumbukan dapat pula terjadi antar sesama partikel
koloid, dengan ketentuan berbeda muatan. Tumbukan-tumbukan partikel medium
pandispersi terhadap satu partikel koloid dan arah pergerakannya ditunjukan
pada Gambar.
Gambar Tumbukan partikel-partikel medium pendispersi
terhadap satu partikel koloid
Tabrakan
yang tidak seimbang inilah yang menyebabkan partikel-partikel koloid bersifat
stabil atau tidak mengendap ketika didiamkan. Makin kecil ukuran partikel
koloid, makin cepat pula gerak Brown.
Gerak Brown semakin cepat seiring
bertambahnya suhu. Hal ini disebabkan peningkatan suhu menyebabkan energi
kinetik partikel-partikel koloid bertambah besar, sehingga partikel-partikel
koloid makin cepat bergerak.
Partikel-partikel
zat terlarut dalam larutan juga selalu dalam keadaan bergerak namun karena ukurannya
sangat kecil sehingga gerakan yang terjadi tidak dapat diamati. Pada suspensi
tidak terjadi gerakan. Hal ini disebabkan partikel-partikel suspensi sangat
besar, sehingga tidak mampu bergerak dengan bebas.
B. EFEK
TYNDALL
Salah
satu cara yang digunakan untuk membedakan larutan dengan suatu sistem koloid
yaitu efek tyndall. Efek tyndall merupakan penghamburan cahaya oleh
partikel-partikel koloid dalam suatu sistem koloid. Partikel-partikel zat
terlarut dalam larutan sangat kecil sehingga tidak mampu menghamburkan cahaya.
Penghamburan cahaya oleh partikel koloid dalam kehidupan sehari-hari dapat
diamati pada cahaya yang masuk ke dalam suatu ruangan melalui suatu celah
kecil. Cahaya ini menyebabkan partikel-partikel debu yang merupakan suatu
koloid dapat teramati sebagai titik-titik terang.
Sebenarnya yang terlihat
bukan debu tetapi cahaya yang dihamburkan oleh partikel-partikel debu yang ada.
Cahaya yang dihamburkan inilah yang disebut efek Tyndall.
Efek Tyndall diambil
dari nama John Tyndall ahli fisika Inggris, merupakan orang yang mempelajari
penghamburan cahaya oleh partikel koloid setelah dikemukakan oleh Micahel Faraday. Untuk memperjelas perbedaan efek Tyndall
pada larutan dan sistem koloid perhatikan Gambar.
Gambar Penghamburan cahaya oleh sistem koloid dan
larutan yang tidak menghamburkan cahaya
Menggunakan
efek Tyndall dapat dijelaskan mengapa langit berwarna biru. Langit berwarna
biru disebabkan oleh adanya partikel-partikel koloid di udara yang
menghamburkan cahaya dari matahari.
Partikel-partikel koloid yang ada di udara
dapat berupa debu, asap, awan, kabut maupun partikel-partikel koloid yang lain.
Walaupun demikian terkadang langit tidak bewarna biru tetapi berwarna-warni
ataupun hitam. Hal ini disebabkan adanya perbedaan konsentrasi
partikel-partikel koloid yang ada di udara.
Contoh lain efek Tyndall dalam
kehidupan sehari-hari yaitu sebagai berikut.
1.
Sorot lampu mobil dimalam hari yang berkabut.
2.
Sorot lampu bioskop yang berdebu atau adanya asap rokok.
3.
Cahaya matahari dipagi hari (terutama yang berkabut).
4.
Cahaya matahari yang melewati celah-celah pohon yang rindang.
C. ADSORBSI
Partikel-partikel
koloid memiliki luas permukaan yang cukup besar bila dibandingkan dengan
partikel suspensi yang massa molekulnya sama atau hampir sama. Pada permukaan
ini terjadi gaya Vander Waals sehingga mampu menyerap partikel-partikel pada
permukaannya.
Partikel-partikel lain ini dapat berupa atom, ion maupun molekul.
Penyerapan partikel-partikel zat lain oleh suatu zat disebut adsorbsi. Adsorbsi
berbeda dengan absorbsi. Adsorbsi hanya terjadi pada permukaan zat sedangkan
absorbsi bagian dalam (di bawah permukaan) ikut menyerap.
Walaupun
partikel-partikel koloid bersifat netral, tetapi akan bermuatan jika
partikel-partikel yang diserap adalah suatu ion. Contohnya sol besi(III)
hidroksida (Fe(OH)3) bersifat netral namun dalam pembentukannya
mampu menyerap kation Fe3+ sehingga menjadi bermuatan positif.
Demikian pula untuk sol arsen(III) sulfida (As2S3).
Walaupun bersifat netral tetapi dalam pembentukannya mampu menyerap ion sulfida
(S2-) sehingga menjadi bermuatan negatif.
AgI yang diperoleh dari reaksi antara
larutan AgNO3 dan larutan KI.
Persamaan reaksinya sebagai berikut.
AgNO3(aq)
+ KI(aq) ⟶
AgI(koloid) + KNO3(aq)
Partikel koloid AgI yang terbentuk akan karena
menyerap ion Ag+ dan I- dari larutan. Muatan yang
dimiliki partikel koloid AgI tergantung pada konsentrasi AgNO3 dan
KI yang digunakan.
Bila konsentrasi AgNO3 berlebih (lebih pekat KI)
maka partikel koloid bermuatan positif, sedangkan bila kalium iodida berlebih
(lebih pekat AgNO3), maka partikel koloid bermuatan negatif.
Berdasarkan contoh ini dapat disimpulkan bahwa muatan yang dimiliki partikel
koloid tergantung pada lingkungannya. Oleh sebab itu, muatan yang dimiliki
suatu partikel koloid biasanya ditentukan secara eksperimen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar