a. Elektroforesis
Elektroforesis
merupakan pergerakan partikel-partikel koloid dibawah pengaruh medan listrik.
Seperti yang telah disinggung bahwa partikel koloid akan bermuatan jika
partikel yang diserap berupa ion. Muatan yang dimiliki oleh suatu koloid dapat
ditentukan dengan cara elektroforesis.
Jika
ke dalam sistem koloid dalam tabung U diberi dua buah elektroda yang telah
dihubungkan dengan sumber arus searah. Ketika arus listrik dijalankan,
partikel-partikel koloid akan bergerak menuju salah satu elektroda. Gerakan ini
bergantung pada muatan partikel koloid.
Jika partikel koloid bermuatan positif,
maka partikel koloid akan bergerak menuju elektroda negatif. Begitupun
sebaliknya bila partikel koloid bermuatan negatif, maka partikel koloid akan
bergerak menuju elektroda positif.
Sol emas dalam air bermuatan negatif dan
bergerak ke elektroda positif (anoda) seperti yang ditunjukkan pada Gambar berikut.
Gambar Ilustrasi Pemurnian sol emas secara elektroforesis |
Partikel-partikel koloid yang bermuatan negatif meliputi sol dari kanji, damar,
logam, sulfida-sulfida logam dan perak halida. Sedangkan partikel-partikel
koloid yang bermuatan positif meliputi sol-sol dari hidroksida logam.
Dalam
suatu sistem koloid, biasanya semua partikel koloid bermuatan sama misalnya
semuanya negatif ataupun semuanya positif, namun ada pula yang tidak sama.
Karena hal tersebut, maka elektroforesis dapat digunakan untuk memisahkan
koloid.
Dalam bidang biokimia elektroforesis digunakan untuk analisis
biomolekul seperti identifikasi DNA.
b. Koagulasi
Selain
karena adanya gerak Brown, suatu sistem koloid distabilkan juga muatan
partikel-partikel koloid itu sendiri.
Partikel-partikel koloid dalam satu
sistem koloid yang bermuatan sama akan tolak menolak ketika dua partikel atau
lebih saling mendekati.
Hal inilah yang menyebabkan partikel-partikel koloid
tersebar ke segala arah dalam medium pendispersinya.
Lalu,
apa yang terjadi jika muatan tersebut dihilangkan atau dilucuti?
Jika muatan
partikel koloid dihilangkan, maka kestabilan koloid akan berkurang.
Partikel-partikel koloid yang telah netral akan bersatu membentuk
kumpulan-kumpulan (agregat) yang lebih besar akhirnya mengendap.
Peristiwa
pengendapatan partikel-partikel koloid dari sistem koloid disebut koagulasi atau penggumpalan atau aglutinasi.
Koagulasi
dapat terjadi secara fisika (mekanik) dan secara kimia. Secara fisika dapat
dilakukan dengan sentrifugasi (pemusingan atau pemutaran), pemanasan,
pendinginan dan pengadukan.
Pada suhu rendah tabrakan antar partikel koloid
tidak memiliki cukup energi untuk menembus penghalang ion dan agregat tidak
terbentuk seperti diilustrasikan pada gambar berikut.
Gambar:
(a) Partikel koloid yang tidak membentuk agregat ketika bertababrakan karena
energi tidak cukup.
(b)
Partikel koloid yang membentuk agregat ketika suhu dinaikan.
Sedangkan
cara kimia dapat dilakukan dengan cara elektroforesis seperti yang telah
dijelaskan dan dengan penambahan zat kimia, biasanya dengan penambahan
elektrolit.
Contoh koagulasi partikel koloid besi (III)
hidroksida ketika ditambahkan NaCl.
Proses koagulasi diilustrasikan pada gambar
berikut.
Selain
itu, koagulasi dapat terjadi jika dua jenis sol yang berlawanan muatan
dicampur.
Misalnya sol besi(III) hidroksida yang bermuatan positif dicampur
dengan sol arsen(III) sulfida yang bermuatan negatif.
Pencampuan ini akan menyebabkan kedua sol sama-sama mengalami koagulasi karena adanya penetralan
muatan.
Koloid
Pelindung
Untuk
menghindari terjadinya koagulasi partikel koloid dalam suatu sistem koagulasi,
maka ditambahkan koloid lain, yang disebut koloid
pelindung atau koloid protektif.
Koloid
pelindung biasanya bekerja secara maksimal untuk koloid yang zat terdispersi
dan medium pendispersinya berupa cairan atau yang disebut emulsi.
Emulsi
merupakan dispersi koloid
diperoleh dengan cara memadukan atau mencampur dua yang cairan tidak saling
melarutkan.
Contoh emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak. Emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak ditunjukan pada gambar ilustrasi berikut ini.
Cara
kerja koloid pelidung yaitu membentuk suatu lapisan yang membungkus
partikel-partikel koloid sehingga dapat mencegah tumbukan langsung antar
partikel-partikel koloid. Berikut beberapa contoh dari koloid pelindung.
- 1. Pada pembuatan es krim ditambahkan gelatin untuk menghindari terbentuk es batu dan gumpalan gula yang besar.
- 2. Dalam pembuatan mayones ditambahkan kuning telur untuk menstabilkan. Mayones merupakan suatu lemak cair seperti minyak saitun atau minyak jagung dalam air.
Dalam
beberapa kasus, koloid pelindung ada secara alami seperti pada lateks, sehingga
perlu dihilangkan terlebih dahulu untuk mendapatkan partikel-partikel koloid
yang dilindungi.
Berikut
beberapa contoh penerapan sifat koagulasi partikel koloid dalam kehidupan
sehari-sehari.
1. Pengolahan Karet
Getah yang dihasilkan dari pohon karet
merupakan suatu sol yaitu partikel-partikel karet yang terdispersi dalam getah
karet. Oleh sebab itu, untuk memperoleh karet, paartikel-partikel koloid karet
harus digumpalkan dari medium pendispersinya.
Partikel-partikel karet biasanya
digumpalkan menggunakan asam format (HCOOH) atau asam asetat (CH3COOH).
Dalam larutan asam, pelindung partikel-partikel karet akan rusak kemudian ion H+
akan menetralkan muatan partikel-partikel karet sehingga diperoleh
gumpalan-gumpalan karet.
Selanjutnya gumpalan karet, digiling, dicuci lalu
dikeringkan. Karet yang telah kering siap digunakan untuk proses selanjutnya.
Biasanya
sebelum digunakan karet diolah terlebih dahulu menjadi lembaran-lembaran karet (crepe rubber).
2. Pembentukan delta di
muara sungai
Dalam air sungai terdapat
partikel-partikel tanah liat yang merupakan suatu koloid, sehingga akan
mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit-elektrolit yang berada
dalam air laut.
3. Proses penjernihan
air
Air
yang digunakan dalam rumah, pertanian dan industri biasanya diambil dari alam
seperti telaga, sungai atau bawah tanah. Air ini masih mengandung berbagai
macam pengotor.
Oleh sebab itu, air yang akan dikonsumsi harus dilakukan proses
penjernihan untuk menghilangkan partikel-partikel padat, material koloid,
bakteri dan material berbahaya lainnya.
Proses penjernihan air pada umumnya
melalui beberapa tahap yakni :
- penyaringan (filtration)- pengendapan (sedimentation atau settling)- penyaringan pasir (sand filtration)- aerasi (aeration)- sterilisasi (sterilization).
Proses sedimentasi dilakukan dengan cara menambahkan kapur tohor (CaO) dan tawas aluminium
sulfat (Al2(SO4)3).
Persamaan reaksi:
CaO(s) + H2O(l) ⟶
Ca2+(aq) + 2OH–(aq)
Al3+(aq) + 3OH–(aq) ⟶ Al(OH)3(s)
Ketika
dimasukan dalam air tawas akan terurai menghasilkan ion Al3+. Ion
inilah yang menetralkan muatan pada partikel-partikel koloid lumpur ataupun
tanah liat sehingga mengalami koagulasi.
Tawas juga akan membentuk koloid Al(OH)3 yang
dapat mengadsorpsi zat pencemar lain seperti detergen dan pestisida
yang terdapat dalam air.
Akhir
dari proses penjernihan air adalah sterilisasi. Sterilisasi dilakukan dengan
cara memasukan gas klorin (Cl2) atau ozon (O3). Cl2
dan O3 merupakan agen oksidasi kuat yang mampu membunuh bakteri
dalam air.
4. Alat pengendap
Cottrel
Dalam
kehidupan sehari-hari, prinsip koagulasi diaplikasikan pula untuk mengurangi
zat-zat pencemar udara dari suatu pabrik.
Hal ini biasanya dilakukan dengan cara
memasang sebuah alat yang disebut pengendap
Cottrel pada cerobong asap pabrik, seperti yang tertera pada Gambar.
Gambar
Alat pengendap Cottrel pada cerobong asap pabrik
Sebelum
asap pabrik meninggalkan cerobong, asap dialirkan melalui ujung alat pengendap
Cottrel yang terdiri dari ujung-ujung tajam yang bermuatan dan diberi tegangan
tingggi (sekitar 20.000 sampai 75.000 volt). Ujung-ujung ini akan mengionkan
molekul-molekul yang terdapat di udara.
Ion positif yang dihasilkan, diserap
oleh asap pabrik sehingga asap bermuatan positif. Partikel-partikel koloid yang
telah bermuatan selanjutnya ditarik dan diikat oleh elektroda yang berlawanan
muatan.
Partikel asap atau partikel-partikel koloid lain yang bermuatan positif
ditarik dan diikat oleh elektroda negatif, sedangkan partikel-partikel koloid
yang bermuatan negatif ditarik dan diikat oleh elektroda yang bermuatan positf.
Setelah
tiba di elektroda, muatan partikel koloid dinetralkan. Lama kelamaan partikel
koloid yang dinetralkan semakin banyak kemudian jatuh ke dasar cerobong.
Dalam
dunia industri, terdapat 2 tujuan penggunaan alat pengendap Cottrel yaitu:
1. Untuk
membuang partikel-partikel pencemar dari gas buangan industri.
2.
Untuk mengendapkan partikel-partikel halus zat padat yang berharga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar