A. SEL
GALVANI
WANIBESAKc - Suatu
elektroda logam yang dicelupkan ke dalam larutan ionnya sendiri dalam suatu
bejana disebut setengah sel.
Misalnya Zn yang dicelupkan dalam larutan ZnSO4
disebut setengah sel atau Cu yang dicelupkan dalam
larutan CuSO4 disebut setengah
sel. Logam seng dan logam Cu yang
dicelupkan ke dalam larutan ionnya, dapat dihubungkan dengan sebuah kawat
konduktor.
Kawat
yang digunakan untuk menghubungkan kedua setengah sel diberi lampu bohlam,
kemudian dihubungkan pada masing-masing elektrode. Lampu bohlam yang diletakan
pada kawat penghubung akan menyala apabila kedua setengah sel dihubungkan
dengan sebuah jembatan garam.
Gabungan
dua setengah sel ini, akan membentuk suatu sel elektrokimia yang disebut sel galvani
atau sel volta. Karena menggunakan jembatan garam sebagai penghubung, sel
galvani disebut juga sebagai sel dengan hantaran.
Sel galvani atau sel volta
dapat diartikan sebagai sel elektrokimia
yang dapat menghasilkan energi listrik, karena reaksi redoks yang terjadi
berlangsung secara spontan. Salah satu contoh sel galvani yaitu sel Daniell.
Gambar
Sel Galvani
Pada
sel galvani elektroda yang dihubungkan dengan kutub negatif dari voltmeter
disebut anoda dan merupakan tempat berlangsung reaksi oksidasi, sedangkan
katoda adalah elektroda yang dihubungkan dengan kutub negatif dari voltmeter
dan merupakan tempat berlangsung reaksi reduksi. Fungsi voltmeter pada sel
galvani untuk mengetahui besarnya potensial sel.
Reaksi
redoks yang terjadi pada sel volta, elektron berpindah secara tidak langsung
yakni melalui kawat konduktor, karena masing-masing setengah sel dipisahkan
menjadi dua tempat yang dihubungkan dengan jembatan garam. Jembatan garam
memiliki bentuk seperti huruf U terbalik dan diisi dengan elektrolit yang telah
diikat menggunakan agar-agar.
Setelah
elektrolit dimasukan kedua ujung pipa ditutup menggunakan tutup berpori,
misalnya kapas, agar tidak terjadi aliran mekanis. Elektrolit yang biasanya
digunakan dalam laboratorium adalah KCl, KNO3 dan K2SO4.
Jembatan garam yang digunakan memiliki tiga
fungsi yaitu sebagai berikut.
1.
Untuk menghantarkan arus listrik antara kedua
elektrolit yang berada pada masing-masing setengah sel.
2.
Untuk memelihara kenetralan muatan ion-ion yang
berada pada masing-masing setengah sel selama proses elektrokimia berlangsung.
3.
Agar arus listrik dapat mengalir. Hal ini sesuai
dengan teori kelistrikan dimana arus listrik hanya mengalir dalam sistem
tertutup.
Jembatan
garam memiliki fungsi yang sangat penting.
Oleh sebab itu tidak semua elektrolit dapat digunakan pada
jembatan garam. Syarat suatu elektrolit digunakan pada jembatan garam adalah
1.
Kaya akan elektron atau berupa elektrolit kuat.
2.
Tidak bereaksi dengan larutan yang berada di dalam
masing-masing setengah sel.
B. CARA
KERJA JEMBATAN GARAM
Dari
Gambar di atas dapat diketahui bahwa elektroda Cu dihubungkan dengan kutub
positif voltmeter (katoda) dan reaksi yang terjadi adalah reaksi reduksi,
sedangkan elektroda Zn yang dihubungkan kutub negatif voltmeter (anoda) dan
reaksi yang terjadi adalah reaksi oksidasi.
Berikut
adalah reaksi yang terjadi pada masing-masing elektroda:
Anoda
: Zn(s) ⟶ Zn2+(aq) + 2e (oksidasi)
Katoda
: Cu2+(aq) +
2e ⟶ Cu(s) (reduksi)
Reaksi
sel : Zn(s)
+ Cu2+(aq) ⟶ Zn2+(aq) + Cu(s) (redoks)
Dari
reaksi di atas diketahui Zn melepaskan 2 elektron. Elektron yang dilepaskan
mengalir melalui melalui kawat koduktor menuju setengah sel disebelah yang
menggunakan elektroda Cu.
Akibat
dari pelepasan elektron akan menggangu kesetimbangan muatan ion pada
masing-masing setengah sel. Pada setengah sel dengan elektroda Zn (anoda) akan
bermuatan lebih positif akibat hilangnya elektron, sedangkan pada setengah sel
lainnya akan bermuatan lebih negatif karena menerima elektron.
Untuk
menjaga kesetimbangan muatan pada masing-masing setengah sel, dalam hal ini
agar bersifat netral, maka jembatan garam akan memainkan perannya.
Jembatan
garam yang kaya akan ion, melepaskan ion negatif (anion) pada pada setengah sel
yang mengalami reaksi oksidasi dan melepaskan ion positif (kation) pada
setengah sel yang mengalami reaksi reduksi.
Misalkan
pada reaksi di atas jembatan garam yang digunakan adalah KNO3, maka
ion NO3‾ dilepaskan ke dalam larutan yang menggunakan elektroda zeng
dan ion K+ dilepaskan ke dalam larutan yang menggunakan elektroda
Cu.
Logam Zn akan teroksidasi membentuk ion Zn2+ dan melepaskan 2 elektron.
Kedua elektron ini akan mengalir melewati voltmeter menuju elektrode Cu.
Kelebihan elektron pada elektrode Cu akan diterima oleh ion Cu2+ yang
disediakan oleh larutan Cu(NO3)2 sehingga terjadi reduksi
ion Cu2+ menjadi Cu(s).
Ketika reaksi berlangsung, dalam larutan Zn(NO3)2 akan
kelebihan ion Zn2+ (hasil oksidasi). Demikian juga dalam larutan
CuSO4 akan kelebihan ion NO3– sebab ion pasangannya (Cu2+)
berubah menjadi logam Cu yang terendapkan pada elektrode Cu. Kelebihan ion Zn2+
akan dinetralkan oleh ion NO3– dari jembatan garam,
demikian juga kelebihan ion NO3– akan dinetralkan oleh
ion Na+ dari jembatan garam. Jadi, jembatan garam berfungsi
menetralkan kelebihan ion-ion hasil reaksi redoks. Dengan demikian, tanpa jembatan
garam reaksi berlangsung hanya sesaat sebab kelebihan ion-ion hasil reaksi
redoks tidak ada yang menetralkan dan akhirnya reaksi berhenti seketika.
Setelah
reaksi elektrokimia selesai kemudian kedua elektrode ditimbang, maka akan
diperoleh massa anoda berkurang sedangkan elektrode yang diletakan pada katoda
massanya bertambah.
Hal
ini disebabkan elektroda Zn yang digunakan pada anoda sebagian direduksi
menjadi ion-ion Zn2+ yang berdifusi ke dalam larutan, sedangkan Cu
yang digunakan sebagai katoda massanya bertambah karena ion-ion Cu2+
yang terdapat di dalam larutan sebagian teroksidasi menjadi padatan logam Cu
yang menempel pada katoda.
Hal
inilah yang menyebabkan massa kedua elektroda berbeda setelah proses
galvanisasi selesai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar