A. POTENSIAL
SEL
Dari rangkaian pada Gambar dapat diketahui, elektron
hanya mengalir dari elektrode Zn melalui kawat konduktor menuju elektrode Cu.
Dari hal ini dapat disimpulkan elektrode Zn lebih mudah melepas elektron
dibanding elektrode Cu. Artinya seng lebih mudah teroksidasi dibanding tembaga.
Perbedaan inilah yang menyebabkan timbulnya arus
listrik di dalam sel sebagai hasil dari gerakan elektron-elektron dari kedua
elektrode melalui kawat konduktor. Gaya yang menggerakan aliran elektron
tersebut Gaya Geraks Listrik (GGL) yang diukur dalam satuan volt menggunakan
voltmeter.
Gaya gerak listrik yang dihasilkan oleh kedua
elektrode dalam dengan larutan ionnya pada sel gavani dikenal sebagai potensial
sel (Esel). Potensial sel tergantung pada konsentrasi ion-ion
yang dalam masing-masing setengah sel, temperatur dan tekanan parsial gas.
Oleh sebab itu, potensial sel yang dihasilkan oleh dua buah elektrode pada suhu 25°C,
tekanan 1 atm dan konsentrasi ion masing-masing setengah sel 1M disebut potensial
sel standar (E°sel).
Terdapat
beberapa rumus yang digunakan
untuk menghitung potensial sel dalam sel volta walaupun sebenarnya adalah sama.
Beberapa rumus tersebut sebagai berikut.
E°sel
= E°reduksi – E°oksidasi
= E°katode – E°anode
= E°besar – E°kecil
|
dimana:
Ek = potensial elektrode untuk setengah sel di
katoda
Ea = potensial elektrode untuk setengah
sel di anoda
Esel = Ek
+ Ea digunakan apabila potensial reduksi ditulis dalam bentuk
potensial oksidasi
Esel = Ek
– Ea digunakan apabila masih tetap menggunakan potensial reduksi
baik pada anoda maupun katoda
B. POTENSIAL ELEKTRODE STANDAR
Secara
eksperimen yang dapat diukur adalah potensial
sel, bukan potensial elektroda.
Harga potensial sel yang diperoleh merupakan penjumlahan potensial dari dua
elektrode dengan larutan ionnya pada masing-masing setengah sel. Walaupun
demikian potensial satu setengah sel (satu elektroda dengan larutan ionnya)
tidak dapat diukur.
Oleh
karena itu, untuk mendapatkan potensial elektroda, diperlukan elektroda
pembanding yang bertindak sebagai elektrode standar. Saat ini hidrogen yang
digunakan sebagai elektroda standar yang disebut elektroda hidrogen
standar (SHE = Standard
Hydrogen Electrode) dan ditetapkan mempunyai
potensial 0,00 volt. Semua potensial elektroda kemudian dihitung berdasarkan
pada skala hidrogen ini.
Elektroda
hidrogen standar terdiri dari sebuah lembaran platina yang dibungkus
menggunakan serbuk platina hitam dengan cara elektrolisis. Elektroda ini
dibenamkan ke dalam larutan asam klorida 1M, dalam praktek diperoleh dengan
cara melarutkan 1,184 mol hidrogen klorida dalam 1000 g air.
Setelah
itu, pada tekananan tertentu gas hidrogen dialirkan melalui elektroda platina
tersebut. Fungsi platina pada elektroda hidrogen yaitu sebagai penghubung logam
inert dengan sistem H2│H+ dan sebagai tempat gas H2
teradsorbsi. Berikut reaksi kesetimbangan yang terjadi:
2H+(aq) + 2e ⟷
H2(g)
Perbandingan potensial elektrode suatu logam dengan potensial elektrode
standar hidrogen disebut potensial elektrode (E).
Jika perbandingan elektrode suatu logam dengan potensial elektrode standar hidrogen dilakukan pada suhu 25 °C,
tekanan gas 1 atm dan konsentrasi ion-ion 1 M disebut potensial elektrode
standar (E°).
Karena merupakan perbandingan nilai, maka potensial elektroda standar
suatu logam bukan suatu nilai mutlak, melainkan relatif terhadap elektroda
hidrogen.
Ketika
elektroda hidrogen standar dipasangkan dengan elektroda lain membentuk sebuah
sel, reaksi setengah sel dari elektroda hidrogen dapat berupa reaksi oksidasi
atau reduksi tergantung pada potensial elektroda yang dipasangkan.
Jika
potensial elektroda yang dipasangkan lebih besar dari potensial elektroda
hidrogen, maka elektrode hidrogen mengalami reaksi oksidasi, sehingga diperoleh
E°sel negatif. Reaksi yang terjadi sebagai berikut.
H2(g) ⟶ 2H+(aq) + 2e
Sebaliknya
jika potensial elektroda yang dipasangkan lebih kecil dari 0,00 volt maka
elektroda hidrogen mengalami reaksi reduksi, sehingga diperoleh E°sel positif.
Berikut persamaan reaksinya.
2H+(aq) + 2e ⟶
H2(g)
Harga potensial potensial elektroda standar dari beberapa logam yang
ditulis dalam reaksi reduksi dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar Tabel Reduksi beberapa logam yang ditulis dalam reaksi reduksi
CONTOH
SOAL MENENTUKAN POTENSIAL ELEKTRODE STANDAR
Hitunglah
potensial elektrode Cu yang dihubungkan dengan elektrode hidrogen pada keadaan
standar jika voltmeter menunjukkan nilai 0,34 volt.
Penyelesaian
Persamaan
setengah reaksi sel yang terjadi:
Katode: Cu2+(aq)
+ 2e ⟶
Cu(s)
Anode: H2(g) ⟶
2H+(aq)
Nilai
GGL sel:
E°sel
= E°katoda – E°anoda
0,34 V = E0Cu - E0H2
0,34 V = E0Cu – 0,00
E0Cu = 0,34 V
Jadi,
potensial reduksi standar untuk elektrode Cu adalah 0,34 volt.
C. POTENSIAL REDUKSI DAN
POTENSIAL OKSIDASI
Pada penentuan potensial elektroda, elektroda yang akan dibandingkan
dengan potensial standar hidrogen selalu ditempatkan di katoda. Katoda
merupakan tempat berlangsungnya reaksi reduksi. Karena hal ini, potensial
standar elektrode suatu logam sering disebut sebagai potensial reduksi.
Potensial reduksi dapat dikatakan sebagai potensial oksidasi
tetapi memiliki tanda yang berlawanan. Misalnya potensial reduksi Au = +1,50
volt maka ptensial oksidasi Au = -1,50 volt.
Au3+ + 3e ⟶ Au E0reduksi
= +150 volt
Au ⟶ Au3+ + 3e E0oksidasi
= -1,50 volt
Potensial reduksi Au adalah +1,50 volt artinya untuk mereduksi 1 mol ion
Au3+ menjadi 1 mol logam Au diperlukan arus listrik sebesar 1,50
volt.
Sebaliknya potensial oksidasi Au adalah -1,50 volt artinya oksidasi 1 mol
logam Au menjadi 1 mol ion Au3+ menghasilkan arus listrik sebesar
1,50 volt.
D. POTENSIAL REAKSI
REDOKS
Potensial sel sering juga disebut sebagai potensial redoks (E°redoks)
dapat digunakan untuk meramal atau menentukan suatu reaksi redoks berlangsung
atau tidak. Reaksi redoks berlangsung jika potensial sel (E°sel) atau potensial redoks (E°redoks) bernilai positif.
CONTOH SOAL 1
Diketahui potensial reduksi standar beberapa
elektroda sebagai berikut.
Cu2+
+ 2e ⟶ Cu E°Cu = + 0,31 volt
Zn2+
+ 2e ⟶
Zn E°Zn = -0,76 volt
Dari dua reaksi berikut, reaksi manakah yang berlangsung secara spontan
1. Zn(s) + Cu2+(aq) ⟶ Zn2+(aq) + Cu(s)
2. Zn2+(aq)
+ Cu(s) ⟶ Zn(s)
+ Cu2+(aq)
PEMBAHASAN
REAKSI PERTAMA
Reaksi Zn(s) + Cu2+(aq) ⟶ Zn2+(aq) + Cu(s)
pada reaksi di atas Zn mengalami reaksi oksidasi sedangkan Cu mengalami
reaksi reduksi. Oleh sebab itu, Zn ditulis sebagai setengah reaksi oksidasi
sedangkan Cu ditulis sebagai setengah reaksi reduksi, lalu jumlahkan potensial
elektrodenya untuk memperoleh potensial sel (E°sel).
Oksidasi : Zn + 2e ⟶
Zn2+ E°Zn
= -0,76 volt
Reduksi
: Cu2+ + 2e ⟶ Cu E°Cu = + 0,31 volt
Redoks
: Zn + Cu2+ ⟶ Cu + Zn2+
E°sel = + 1,10 volt
Potensial sel dapat juga dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
E°redoks
= E°katoda - E°anoda
= E°Cu - E°Zn
= +0,34 volt – (-0,76 volt)
= + 1,10 volt
Karena
potensial sel (E°sel) atau potensial redoks (E°redoks) yang dihasilkan positif maka reaksi redoks
di atas dapat berlangsung secara spontan.
REAKSI KEDUA
Reaksi Zn2+(aq)
+ Cu(s) ⟶ Zn(s)
+ Cu2+(aq)
Pada
reaksi di atas Zn mengalami reaksi reduksi sedangkan Cu mengalami reaksi
oksidasi, sehingga E0sel yang dapat dihitung sebagai berikut.
Reduksi : Zn2+ + 2e ⟶
Zn E° =
-0,76 volt
Oksidasi : Cu ⟶
Cu2+ + 2e E°
= -0,34 volt
Redoks : Zn2+(aq) + Cu(s) ⟶ Zn(s) + Cu2+(aq) E°redoks
= -1,1 volt
Reaksi
redoks di atas tidak dapat berlangsung secara spontan karena potensial sel (E°sel) atau potensial redoks (E°redoks) yang dihasilkan bernilai negatif.
CONTOH
SOAL 2
Diketahui:
Cu2+(aq) + 2 e– ⟶ Cu(s) E° = + 0,34 V
Zn2+(aq) + 2 e– ⟶ Zn(s) E°
= – 0,76 V
Tentukan potensial sel (E°sel) dari kedua
elektrode tersebut!
PENYELESAIAN
Karena potensial elektrode Zn lebih negatif, maka Zn
harus melakukan oksidasi dan bertindak sebagai anode.
Katode : Cu2+ + 2 e– ⟶ Cu (s) E° = + 0,34 V
Anode : Zn (s) ⟶ Zn2+(aq) + 2 e– E° = + 0,76 V
Cu2+ + Zn ⟶ Cu + Zn2+ E° sel = +1,10 V
CONTOH
SOAL 3
Diketahui
Ca2+(aq) + 2e ⟶ Ca(s) E° = -2,87 volt
Ag+(aq) + e ⟶ Ag(s) E° = +0,80 volt
Apakah reaksi berikut : Ca2+(aq) + 2Ag+(aq)
⟶ Ca(s) + 2Ag(aq) dapat berlangsung spontan?
PENYELESAIAN
Esel = E° katoda – E°anoda
= E°Ca – E°Ag
= -2,87 – (0,80)
= -3,67 volt
Esel < 0 (negatif), berarti reaksi tersebut tidak dapat
berlangsung spontan.
CONTOH
SOAL 4
Diketahui harga potensial reduksi standar beberapa elektrolit sebagai
berikut.
Zn2+ + 2 e– ⟶ Zn E° =
0,76 volt
Pb + 2 e– ⟶ Pb E° = –0,13 volt
Ba2+ + 2 e– ⟶ Ba E° = –2,9
volt
Mn2+ + 2 e– ⟶ Mn E° = –1,03
volt
Berdasarkan harga E° tersebut, apakah reaksi berikut ini dapat
berlangsung?
1. Pb + Zn2+ ⟶ Pb2+ +
Zn
2. Ba + Pb2+ ⟶ Ba2+ +
Pb
PENYELESAIAN
1. E°sel = E°red – E°oks
= –76 volt – 0,13
volt
= –0,89 volt
(reaksi tidak dapat berlangsung)
2. E°sel = E°red – E°oks
= –0,13 – (–2,9)
= +2,77 volt
(reaksi dapat berlangsung)
CONTOH
SOAL 5
Diketahui:
Fe2+ + 2 e– ⟶ Fe E° = –0,44 V
A13+ + 3 e– ⟶ Al E° = –1,66 V
a. Tentukan E°sel dari elektrode A1 dan Fe!
b. Tentukan katode dan anode!
c. Bagaimana reaksi sel?
d. Tentukan elektrode yang bertambah dan elektrode yang
berkurang!
e. Tentukan larutan ion yang makin pekat
dan larutan ion yang makin encer!
PENYELESAIAN
E° lebih positif/lebih besar (E°(+)) = E°Fe
E° lebih negatif/lebih kecil (E°(–)) = E°Al
a. Esel = E° (+) – E° (–)
= E°Fe
– E°Al
= (–0,44)
– (–1,66)
= +
1,22 V
b. Katode = E° (+) = besi
Anode
= E° (–) = aluminium
c. Reaksi sel
Reaksi reduksi untuk E°(+), yaitu untuk Fe dan
reaksi oksidasi untuk E°(–), yaitu untuk Al.
Fe2+ + 2 e– → Fe ⇒ × 3
Al ⟶ A13+ + 3 e– ⇒ × 2
3 Fe2+ + 2 Al ⟶ 3 Fe + 2 Al3+
d. Elektrode yang bertambah pada hasil reaksi, yaitu Fe.
Elektrode
yang berkurang pada pereaksi, yaitu Al.
e. Larutan ion yang makin pekat pada hasil reaksi, yaitu
ion A13+.
Larutan
ion yang makin encer pada pereaksi, yaitu ion Fe2+.
CONTOH SOAL 6
Diketahui:
E° Ag+/Ag = + 0,80 V
E° Cu2+/Cu = + 0,34 V
E° Pb2+/Pb = – 0,13 V
E° Fe2+/Fe = – 0,44 V
E° Zn2+/Zn = – 0,76 V
Manakah dari reaksi sel berikut yang mempunyai potensial
sel terbesar?
A. Pb2+│Pb ║ Zn│Zn2+
B. Cu2+│Cu ║ Fe│Fe2+
C. Ag+│Ag ║ Fe│Fe2+
D. Ag+│Ag ║ Zn│Zn2+
E. Fe2+│Fe ║ Zn│Zn2+
PENYELESAIAN
Potensial terbesar terjadi dari potensial reduksi paling
positif (Eº Ag) dengan potensial reduksi paling negatif (E°Zn)
serta reaksi Ag harus reduksi dan reaksi Zn harus oksidasi.
E. DERET VOLTA
Penyusunan unsur-unsur berdasarkan deret kereaktifan logam dikenal dengan
deret volta. Deret volta menggambarkan urutan kekuatan pendesakan suatu logam
terhadap ion logam yang lain. Unsur yang terletak di sebelah kiri hidrogen
lebih mudah mengalami oksidasi dibanding yang terletak di sebelah kanan
hidrogen.
Logam yang memiliki sifat reduktor lebih kuat akan mendesak ion logam lain
yang sifat reduktornya kecil. Adapun unsur-unsur dalam deret volta adalah sebagai
berikut.
Li–K–Ba–Ca–Na–Mg–Al–Mn–Zn–Cr–Fe–Cd–Co–Ni–
Sn– Pb–H–Cu–Hg–Ag–Pt–Au
Logam di sebelah kiri H memiliki E° negatif, sedangkan di sebelah
kanan H memiliki E° positif. Di sebelah kiri H merupakan logam-logam
yang aktif, sedangkan di sebelah kanan H merupakan logam-logam mulia. Makin ke
kanan sifat reduktor makin lemah, makin ke kiri sifat reduktor makin kuat.
Memperkirakan berlangsungnya suatu reaksi sudah
dijelaskan, yaitu dengan menentukan tanda potensial sel. Jika tanda potensial
sel positif, maka reaksi berlangsung dan tanda potensial sel negatif, reaksi
tidak berlangsung. Dalam perkiraan berikut ini tidak menggunakan perhitungan,
tetapi hanya memperkirakan dari unsur-unsur yang terdapat dalam deret volta.
Unsur-unsur dalam deret volta hanya mampu mereduksi unsur-unsur di sebelah
kanannya, tetapi tidak mampu mereduksi unsur-unsur di sebelah kirinya. Oleh sebab
itu, deret volta dapat digunakan untuk memperkirakan berlangsug atau tidaknya
suatu reaksi.
Reaksi perkiraan:
L(s) + M+(aq) ⟶ L+(aq) + M(s)
Reaksi ini berlangsung dengan syarat logam L terletak di
sebelah kiri dari logam M. Reaksi ini disebut juga reaksi pendesakan dalam
deret volta dengan pengertian logam L yang bebas (atomik) di sebelah kiri
mendesak logam M yang terikat (bentuk ion/garam) di sebelah kanan. Logam L yang
mendesak lebih aktif dibanding logam M yang didesak.
Contoh reaksi berlangsung:
Mg(s) + Zn2+(aq) ⟶ Mg2+(aq) + Zn(s)
Ni(s) + Pb(NO3)2(aq) ⟶ Ni(NO3)2(aq) + Pb(s)
Fe(s) + 2Ag+(aq) ⟶ Fe2+(aq) + 2Ag(s)
NiSO4(aq) + Zn(s) ⟶ Ni(s) + ZnSO4(aq)
Cu2+(aq) + Ca(s) ⟶ Cu(s) + Ca2+(aq)
Perhatikan logam bebas (atomik) mendesak logam terikat
(bentuk ion/garam). Dalam deret volta semua logam bebas berada di sebelah kiri
logam terikat. Jika kelima contoh reaksi di atas dihitung potensial selnya,
maka akan bertanda positif.
Contoh reaksi tidak berlangsung:
Ni(s) + Zn2+(aq) ⟶ tidak terjadi reaksi
2 Ag(s) + FeSO4(aq) ⟶ tidak terjadi reaksi
Pb(s) + MnSO4(aq) ⟶ tidak terjadi reaksi
Ni2+(aq) + Cu(s) ⟶ tidak terjadi reaksi
ZnSO4(aq) + Sn(s) ⟶ tidak terjadi reaksi
Perhatikan logam bebas (atomik) berada di sebelah kanan
logam terikat (bentuk ion/garam) dalam deret volta. Berarti kelima reaksi di
atas tidak berlangsung (tidak terjadi reaksi). Jika dihitung potensial sel,
maka akan berharga negatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar