Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita melihat, bahwa buah apel, pir, kentang atau salak, yang baru saja dikupas, daging buah atau umbinya menjadi berwarna coklat.
Apa sebenarnya yang terjadi di balik semua itu?
Apakah gejala itu menguntungkan, atau sebaliknya, merugikan?
Dalam ilmu pangan, gejala itu dinamai browning
atau reaksi pencoklatan. Reaksi pencoklatan yaitu terbentuknya warna coklat
pada bahan pangan secara alami atau karena proses tertentu, yang pasti bukan
akibat zat warna.
Reaksi pencoklatan terbagi menjadi dua jenis
yakni :
1. Reaksi pencoklatan
enzimatik; dan
2. Reaksi pencoklatan
nonenzimatik.
Reaksi pencoklatan sebagian memang sengaja
dilakukan dan sebagian tidak disengaja. Reaksi pencoklatan yang tidak
disengaja biasanya terjadi secara enzimatik dan selalu terjadi dengan
bantuan suatu enzim.
Pada reaksi pencoklatan yang disengaja, misalnya
pada kelompok makanan tertentu, seperti kacang-kacangan, kopi, dan teh,
browning umumnya diminati karena dapat menambah cita rasanya. Sebaliknya rekasi
pencoklatan yang tidak disengaja, misalnya pada kelompok sayur-sayuran dan
buah-buahan seperti apel, pir, salak dan juga kentang, proses pencoklatan
itu nampaknya tak dikehendaki.
Enzim yang bertanggung jawab dalam reaksi
pencoklatan enzimatis adalah oksidase yang disebut fenolase, fenoloksidase,
tirosinase, polifenolase, atau katekolase. Dalam tanaman, enzim ini disebut
Polifenol Oksidase (PolyPhenol Oksidase, PPO). Dengan bantuan oksigen, enzim
Polypenol Oxidase akan mengubah gugus monophenol menjadi O-hidroksi phenol,
yang selanjutnya diubah lagi menjadi O-kuinon. Gugus O-kuinon inilah yang
menyebabkan terbentuknya warna coklat pada pada sayur/sayuran dan
buah-buahan seperti apel, pir, salak, dan juga kentang.
Aktivitas PPO berada pada pH 5 sampai 7. Pada pH
mendekati 3, enzim akan terinaktivasi secara irreversible. Suhu optimum enzim
PPO adalah 21 - 30 °C.
Selain karena aktifitas enzim, perlakuan pemotongan
buah-buahan dengan menggunakan pisau berkarat juga dapat mempercepat terjadinya
reaksi pencoklatan. Hal ini disebabkan karena terdapat ion logam Fe pada karat
yang akan mengkatalisis reaksi dengan oksigen.
Reaksi pencoklatan enzimatis ini juga memiliki
kerugian yaitu hilangnya nilai gizi pada produk pangan dan dapat merusak flavor
dari bahan pangan itu sendiri. Dalam industri pangan perlu dilakukan
langkah-langkah untuk mengendalikan reaksi pencoklatan enzimatis agar
bisa meminimalisasi adanya penurunan mutu produk maka diperlukan
cara-cara atau langkah-langkah tertentu.
Beberapa cara yang
biasanya dilakukan adalah sebagai berikut:
- blanching atau
pemanasan
- pendinginan
- pembekuan
- mengubah pH
- dehidrasi
- iradiasi
- HPP (High Pressure Processing)
- penambahan inhibitor
- ultrafiltrasi
- ultrasonikasi.
BLANCHING ATAU PEMANASAN
Untuk mencegah terbentuknya warna coklat pada
buah apel dapat dilakukan dengan cara blanching atau
pemanasan kemudian direndam dengan menggunakan vitamin C. Pemanasan
dapat menyebabkan enzim PPO rusak pada permukaan buah rusak, sehingga enzim
tidak aktif lagi.
Cara melakukannya pemanasan yaitu setelah buah
dikupas dan dipotong-potong, buah (apel atau buah lainnya) direndam dalam air
panas yang memiliki suhu kurang lebih 82 - 93 °C atau dikenai uap air
panas selama 3 menit. Selanjutnya buah direndam dalam larutan vitamin C, dengan
takaran 200 miligram vitamin C per satu liter, artinya dalam 1 liter air diberi
satu tablet kecil vitamin C.
Tujuan dilakukan hal tersebut yaitu untuk
menonaktifkan enzim penyebab pencoklatan. Dengan cara ini maka kita akan
mendapatkan buah apel yang tetap segar penampilannya dan mendapatkan tambahan
vitamin C dalam buah apel.
Selain itu, blanching juga dapat membunuh
mikroba-mikroba yang berbahaya bagi kesehatan terutama mikroba-mikroba yang
tidak tahan terhadap suhu panas.
MENGGUNAKAN LARUTAN GULA
Larutan gula atau larutan sirup gula juga dapat
menghambat terjadinya pencoklatan enzimatik karena larutan gula dapat
memberikan lapisan atau mantel sehingga mencegah permukaan buah kontak dengan
oksigen. Cara ini merupakan cara tertua yang digunakan untuk mencegah reaksi
pencoklatan.
Di samping itu, larutan gula dapat menurunkan pH
lingkungan sehingga enzim PPO menjadi tidak aktif. pH lingkungan semakin
menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi gula. Hal ini disebabkan karena
gula mempunyai sifat coolingeffect.
MENGGUNAKAN ASAM SITRAT
DAN ASAM ASETAT
Asam sitrat merupakan senyawa intermediet dari
asam organik yang berbentuk kristal atau serbuk putih.
Asam sitrat merupakan agen pengkelat. Asam sitrat
menghambat terjadinya pencoklatan karena dapat mengkompleks ion tembaga yang
dalam hal ini berperan sebagai katalis dalam reaksi pencoklatan. Selain
itu, asam sitrat juga dapat menghambat pencoklatan dengan cara menurunkan
pH seperti halnya pada asam asetat sehingga enzim PPO menjadi tidak
aktif.
Asam asetat merupakan asam organik kuat. Asam
asetat dapat menghambat reaksi pencoklatan dengan cara menurunkan pH lingkungan
sampai pH-nya di bawah 3. pH yang rendah akan membuat enzim PPO menjadi tidak
aktif.
Artikel Menarik Lainnya:
- Sabun Gliserin: Fakta dan Manfaat
- Nikotin: Sejarah, Efek Ketergantungan, dan Info Lainnya
- Penjelasan Mengapa Apel Berubah Menjadi Coklat dan Percobaan Cara Mencegahnya
- Mengapa Matahari Sangat Panas?
- Mengapa inti Bumi sangat panas?
- Pengaruh Ikatan Hidrogen Terhadap Kelarutan Zat dalam Air dan Titik Didih suatuZat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar