Bom hidrogen meledak di atas Atol Enewetak di Samudra Pasifik pada tahun 1952 (Sumber gambar: cdn.theatlantic.com/assets/media/img/mt/2017/09/RTR7YHQ/lead_960.jpg?1506106179)
Pada tanggal 2 Agustus 1939, tepat sebelum Perang
Dunia II dimulainya, Albert Einstein menulis kepada Presiden Franklin D.
Roosevelt. Einstein dan beberapa ilmuwan lainnya mengatakan kepada Roosevelt
tentang usaha Nazi Jerman untuk memurnikan uranium-235, yang bisa digunakan
untuk membangun bom atom. Tak lama setelah itu, Pemerintah Amerika Serikat
memulai usaha serius yang dikenal kemudian hanya sebagai "Proyek
Manhattan." Sederhananya, Proyek Manhattan berkomitmen untuk mempercepat
penelitian yang akan menghasilkan bom atom yang layak.
Saat ini beberapa negara berusaha mengembangkan
senjata menakutkan yang disebut senjata nuklir. Dua jenis senjata nuklir yang
coba dikembangkan adalah bom hidrogen dan bom atom. Bom hidrogen dan bom atom
merupakan dua jenis senjata nuklir, namun kedua perangkat itu sangat berbeda
satu sama lain. Singkatnya, bom atom adalah perangkat fisi, sementara bom
hidrogen menggunakan fisi untuk memprakarsai terjadinya reaksi fusi. Dengan
kata lain, bom atom bisa digunakan sebagai pemicu bom hidrogen.
DEFINISI BOM ATOM
Bom atom atau A-bomb adalah senjata nuklir yang
meledak akibat energi ekstrim yang dilepaskan oleh fisi nuklir . Untuk alasan
ini, jenis bom ini juga dikenal sebagai bom fisi. Istilah bom atom sebenarnya
tidak sepenuhnya akurat, karena hanya inti atom (proton dan neutronnya) yang
terlibat dalam reaksi fisi, bukan keseluruhan atom atau elektronnya.
Dalam bom atom, bahan yang mampu melakukan fisi
(bahan fisil) diberi massa superkritis. Hal ini dapat dicapai dengan mengompres
bahan subkritis menggunakan bahan peledak atau dengan menembak satu bagian dari
massa subkritis ke yang lain. Bahan fisil yang digunakan kemudian diperkaya
dengan uranium atau plutonium. Output energi dari reaksi tersebut dapat
berkisar dari setara satu ton TNT bahan peledak sampai 500 kiloton TNT. Bom
atom juga melepaskan fragmen fisi radioaktif, yang diakibatkan oleh nuklei
berat yang membelah menjadi yang lebih kecil.
DEFINISI BOM HIDROGEN
Bom hidrogen atau H-bomb adalah sejenis senjata
nuklir yang meledak dari energi yang dilepaskan oleh fusi nuklir. Bom hidrogen
bisa juga disebut bom termonuklir atau senjata termonuklir. Tes pertama senjata
termonuklir atau bom hidrogen di Amerika Serikat pada bulan November 1952
menghasilkan sebuah ledakan dengan kekuatan 10.000 kiloton TNT.
Sebuah bom hidrogen bergantung pada energi yang
dilepaskan dari reaksi fisi dan kompres hidrogen untuk memicu terjadinya reaksi
fusi. Dalam perangkat termonuklir besar, sekitar setengah dari hasil perangkat
berasal dari fisi uranium. Reaksi fusi tidak benar-benar berkontribusi ketika
digunakan, tapi karena reaksi dipicu oleh pembelahan fisi sehingga dapat
menyebabkan pembelahan lebih lanjut.
Bom termonuklir dimulai dengan reaksi fisi yang
sama yang memberi kekuatan bom atom.
Pertama, sebuah ledakan yang menyulut plutonium-239
sebagai material yang kemudian akan mengalami pembelahan. Di dalam lubang
plutonium-239 ini adalah ruang gas hidrogen. Suhu dan tekanan tinggi yang
tercipta oleh fisi plutonium-239 akan menyebabkan atom hidrogen menyatu. Proses
fusi ini melepaskan neutron, yang memberi umpan balik ke plutonium-239,
membelah lebih banyak atom dan meningkatkan reaksi fisi berantai.
Energi yang dihasilkan dari bom hidrogen bisa
memiliki hasil yang jauh lebih tinggi daripada bom atom. Tsar Bomb merupakan
senjata nuklir (bom hidrogen) terbesar yang pernah diledakkan dengan hasil 50
megaton. Bom hidrogen memiliki hasil yang berpotensi lebih tinggi dan merupakan
perangkat yang lebih rumit untuk dibangun.
PERJANJIAN UJI COBA
NUKLIR DI DUNIA
Pemerintah di seluruh dunia menggunakan sistem
pemantauan global untuk mendeteksi uji coba nuklir sebagai bagian dari upaya
untuk menerapkan Traktat Pelarangan Uji Komprehensif 1996 (Comprehensive Test Ban Treaty, CTBT). Terdapat 183 negara yang menandatangani
perjanjian ini, namun hal ini tidak berlaku karena negara-negara kunci,
termasuk Amerika Serikat, tidak meratifikasinya. Sejak tahun 1996, Pakistan,
India dan Korea Utara telah melakukan uji coba nuklir.
Namun demikian, berdasarkan perjanjian tersebut maka
ditempatkan sistem pemantauan seismik yang dapat membedakan ledakan nuklir dari
sebuah gempa. Sistem Pemantauan Internasional CTBT juga mencakup stasiun yang mampu
mendeteksi suara infrasonik ledakan yang frekuensinya terlalu rendah untuk didengar
telinga manusia.
DAFTAR PUSTAKA
-- Anne Marie Helmenstine, Ph.D. 05 Februari
2017. Hydrogen-Bomb vs Atomic Bomb.
Online. (www.thoughtco.com/hydrogen-bomb-vs-atomic-bomb-4126580)
diakses pada Senin, 07 Agustus 2017.
- Stephanie Pappas. 2017. Hydrogen Bomb vs. Atomic Bomb: What's the Difference?. Online (www.livescience.com/53280-hydrogen-bomb-vs-atomic-bomb.html)
diakses pada Minggu, 25 Februari 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar