Lithops julii - Tanaman Kaktus yang Bentuknya Mirip Batu



Gambar Lithops julii. Ciri-ciri fisik tumbuhan Lithops selain menyerupai batu yaitu ada pemisah garis tepat di bagian tengahnya, jadi seakan-akan seperti membelah dua.  Bagian kiri dan kanan adalah daun Lithops yang menonjolkan sisi ketebalannya. Corak warna setiap spesies atau jenis berbeda-beda dan tergolong tidak beraturan. Hal mungkin pengaruh iklim pada daerah asalnya. Sesuai dengan kondisi tempat hidup yang kering, tumbuhan Lithops termasuk kategori jenis tumbuhan kuat, bahkan mampu tetap bertahan hidup meskipun dalam kurun waktu berbulan-bulan tidak menerima curah hujan. Sama seperti kaktus, Lithops menyesuaikan kedua sisi daunnya yang tebal untuk dimanfaatkan sebagai tempat cadangan air. (http://www.llifle.com/Encyclopedia/SUCCULENTS/Family/Aizoaceae/13042/Lithops_julii_f._reticulata)

WANIBESAKc - Di Namibia dan Afrika Selatan terdapat kaktus yang diberi julukan si batu hidup. Kaktus ini bernama Lithops julii. Nama ini diambil dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu dari kata lithos dan opsLithos artinya batu, sedangkan ops artinya seperti atau mirip.
Oleh karena itu, sesuai dengan namanya Lithops julii merupakan tanaman kaktus yang bentuknya mirip batu atau kerikil. Tanaman kaktud ini bisa mentolerir suhu tinggi dan hanya suhu yang melebihi 60 ° C yang mematikan.
Kaktus yang dijuluki batu hidup ini memiliki bentuk bulat dengan warna putih, abu-abu atau cokelat krem, menyerupai warna batu. Karena biasa hidup di tempat yang kering dan berbatu serta warnanya yang mirip batu, keberadaan kaktus ini  bisa tersamarkan. Itulah cara tanaman ini melindungi diri hewan dan manusia.

Masing-masing tanaman Lithops terdiri dari satu atau lebih pasang daun bulat yang hampir menyatu. Selain itu, tanaman ini hampir tidak memiliki batang. Celah antara daun berisi meristem dan menghasilkan bunga dan daun baru. Daun Lithops sebagian besar terkubur di bawah permukaan tanah, dengan permukaan atas sebagian atau seluruhnya tembus pandang yang dikenal sebagai jendela daun. Jendela daun yang dimiliki memungkinkan cahaya memasuki bagian dalam daun untuk fotosintesis.


Gambar Lithops sp. yang mekar di antara daun di musim gugur. Beberapa spesies memiliki bunga yang cukup besar untuk mengaburkan daunnya. Mereka biasanya terbuka di sore hari dan menutup di malam hari. (Sumber gambar https://en.wikipedia.org/wiki/Lithops)

Selama musim dingin sepasang daun baru, atau kadang-kadang lebih dari satu, tumbuh di dalam pasangan daun yang menyatu. Di musim semi bagian pasangan daun tua mengungkap daun baru dan daun tua kemudian akan mengering. Daun Lithops mungkin menyusut dan hilang di bawah permukaan tanah selama kekeringan.  Lithops di habitat hampir tidak pernah memiliki lebih dari satu pasang daun per kepala, mungkin sebagai adaptasi terhadap lingkungan yang gersang. Bunga kuning atau putih muncul dari celah antara daun setelah pasangan daun baru telah matang penuh, satu per pasang daun.

Lithops berkembang biak dengan menggunakan biji dan stek. Stek hanya bisa digunakan untuk menghasilkan tanaman baru setelah tanaman secara alami terbagi membentuk beberapa kepala. Karena hal inilah maka sebagian besar lithops dikembangkanbiakan dengan menggunakan biji. Lithops dapat segera diserbuki dengan tangan jika dua klon terpisah dari spesies bunga pada saat bersamaan, dan benih akan matang sekitar 9 bulan kemudian. Benih mudah untuk berkecambah, namun bibitnya yang kecil, sangat rentan dalam waktu satu atau dua tahun pertama, dan tidak akan berbunga sampai setidaknya berumur dua atau tiga tahun.

Saat ini Lithops menjadi tanaman rumah baru yang populer dan banyak petani sukulen spesialis mulai memelihara tanaman ini sebagai koleksi. Oleh sebab itu, kini banyak tersedia biji dan tanaman di toko-toko dan di Internet. Hal ini disebabkan, mereka relatif mudah tumbuh jika diberi sinar matahari yang cukup dan tanah yang dikeringkan dengan baik.

Deskripsi ilmiah pertama Lithops dibuat oleh ahli botani dan seniman William John Burchell, penjelajah Afrika Selatan, meskipun ia menyebutnya Mesembryanthemum turbiniforme. Pada tahun 1811 ia secara tidak sengaja menemukan spesimen saat memungut dari tanah sebuah "kerikil berbentuk aneh".  Sayangnya, deskripsinya tidak cukup rinci untuk memastikan Lithops yang telah ditemukannya dan nama Lithops turbiniformis tidak lagi digunakan, walaupun selama bertahun-tahun diterapkan pada apa yang sekarang dikenal dengan istilah Lithops hookeri.


Tidak ada komentar:

IKUTI

KONTAK

Nama

Email *

Pesan *