1. BAHAN BAKAR FOSIL
Sampai saat ini, sumber energi primer yang digunakan oleh
sebagian besar negara di dunia adalah bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil
merupakan bahan bakar yang mengandung atom karbon (C) dan hidrogen dan terbentuk
dari organisme yang hidup pada jutaan tahun silam.
Yang termasuk bahan bakar fosil adalah batu bara, minyak
bumi, dan gas alam (alkana, alkena dan alkuna). Minyak tanah dan gas LPG biasa
digunakan untuk memasak di rumah-rumah. Gasolin (terutama bensin) digunakan
sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Bahan bakar untuk industri selain
solar, juga digunakan batubara.
Gas
alam merupakan campuran dari alkana dengan komposisi bergantung pada sumbernya.
Umumnya, mengandung 80% metana (CH4), 7% etana (C2H6),
6% propana (C3H8), 4% butana dan isobutana (C4H10),
dan 3% pentana (C5H12). Gas alam yang dipasarkan sudah
diolah dalam bentuk cair, disebut LNG (liquid
natural gas).
Minyak
bumi hasil pertambangan yang belum diolah dinamakan minyak mentah (crude oil). Minyak mentah merupakan
campuran yang sangat kompleks, yaitu sekitar 50–95% adalah hidrokarbon,
terutama golongan alkana dengan berat molekul di atas 100–an; sikloalkana;
senyawa aromatik; senyawa mikro, seperti asam-asam organik; dan unsur-unsur
anorganik seperti belerang.
Hidrokarbon
dalam minyak mentah terdiri atas hidrokarbon jenuh, alifatik, dan alisiklik.
Sebagian besar komponen minyak mentah adalah hidrokarbon jenuh, yakni alkana
dan sikloalkana. Di Indonesia, minyak bumi terdapat di bagian utara pulau Jawa,
bagian timur Kalimantan dan Sumatra; daerah Papua; dan bagian timur pulau
Seram. Minyak bumi juga diperoleh di lepas pantai utara Jawa dan pantai timur
Kalimantan.
Minyak
bumi yang ditambang di Indonesia umumnya banyak mengandung senyawa hidrokarbon
siklik, baik sikloalkana maupun aromatik. Berbeda dengan minyak dari Indonesia,
minyak bumi dari negara-negara Arab lebih banyak mengandung alkana dan minyak
bumi Rusia lebih banyak mengandung sikloalkana.
Dengan pengetahuan termokimia, kita dapat membandingkan
bahan bakar yang paling efektif dan efisien untuk digunakan sebagai alternatif
sumber energi. Untuk mengetahui jenis bahan bakar yang efektif sesuai
kebutuhan, dapat dilakukan pengujian dengan cara membakar bahan bakar tersebut.
Kalor yang dilepaskan dipakai untuk memanaskan air dan kalor yang diserap air
dihitung.
Selain manfaatnya yang besar dalam kehidupan,
bahan bakar fosil memiliki dampak yang merugikan, terutama bila terjadi pembakaran yang
kurang sempurna antara atom karbon dengan udara, sehingga bereaksi sebagai
berikut.
C(s) + ½ O2(g) → CO(g)
(pembakaran tidak sempurna)
C(s) + O2(g) → CO2(g) (pembakaran
sempurna)
Baik karbon monoksida maupun karbon
dioksida, keduanya memiliki efek samping merugikan bagi manusia dan lingkungan.
Gas CO, bila terhirup manusia dan masuk ke paru-paru, akan tersebar ke seluruh
tubuh mengikuti aliran darah bersama-sama dengan oksigen. Di dalam darah gas CO
akan bereaksi dengan hemoglobin (Hb) darah. Reaksi antara Hb darah dengan gas
CO dan O2 sebagai berikut.
Hb + CO → HbCO (karboksihemoglobin)
Hb + O2 → HbO2 (oksihemoglobin)
Daya gabung (afinitas) gas CO terhadap hemoglobin
darah kurang lebih 200 kali lebih kuat dibanding afinitas O2. Hal
ini menyebabkan, di dalam tubuh HbCO lebih banyak daripada HbO2
sehingga tubuh akan kekurangan oksigen. Hal ini akan mengakibatkan kantuk,
lemas, pusing, sesak nafas, bahkan kematian jika melebihi ambang batas. Perlu
diketahui bahwa kadar CO udara di atas 250 ppm dapat menyebabkan pingsan dan 1600 ppm dalam waktu kurang dari dua jam
dapat menyebabkan kematian. Di lampu
merah kadar CO dapat melebihi 100 ppm. Keracunan gas karbon monoksida dapat
dicegah menggunakan detektor karbon monoksida.
Kelebihan gas CO2 yang jauh
melebihi nilai ambang batas akan mengakibatkan “Efek Rumah Kaca” atau Green
House Effect, yaitu meningkatnya
suhu bumi menjadi lebih tinggi dan bumi
semakin panas. Panas matahari yang turun ke bumi sebagian diserap oleh bumi dan
sebagian lagi dipantulkan ke atas permukaan bumi. Karena di atas permukaan bumi
terakumulasi/terkumpul gas CO2, maka penyebaran panas ke berbagai penjuru
terhalang. Hal ini mengakibatkan panas terkumpul di sekitar permukaan bumi,
hingga menyebabkan suhu bumi meningkat.
2. SUMBER ENERGI BARU
Bahan bakar minyak bumi, dan gas alam, masih merupakan
sumber energi utama dalam kehidupan sekarang. Akan tetapi, hasil pembakarannya
menjadi masalah besar bagi lingkungan. Di samping itu, sumber energi tersebut
tidak terbarukan dan dalam beberapa puluh tahun ke depan akan habis.
Berdasarkan permasalahan lingkungan dan tidak dapat
diperbaharuinya sumber energi, para ilmuwan berupaya memperoleh sumber energi masa
depan dengan pertimbangan aspek lingkungan, ekonomi, dan bahan dasar.
Terdapat beberapa sumber energi potensial yang dapat
dimanfaatkan diantaranya sinar matahari, reaksi nuklir (fusi dan fisi),
biomassa tanaman, biodiesel, dan bahan bakar sintetis.
a. Energi
Matahari
Pemanfaatan langsung sinar matahari sebagai sumber energi
bagi rumah tangga, industri, dan transportasi tampaknya menjadi pilihan utama
untuk jangka waktu panjang, dan sampai saat ini masih terus dikembangkan.
Dengan menggunakan teknologi sel surya, energi
matahari diubah menjadi energi listrik. Selanjutnya, energi listrik ini dapat
dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi, baik kendaraan bertenaga surya maupun
untuk peralatan rumah tangga. Dewasa ini penggunaan
energi surya yang komersial adalah untuk pemanas
air rumah tangga (solar water heater).
b. Pemanfaatan
Batubara
Deposit batubara di Indonesia masih cukup melimpah.
Deposit terbesar berada di Pulau Kalimantan. Pada dasarnya, kandungan utama batubara
adalah karbon dalam bentuk karbon bebas maupun hidrokarbon. Batubara banyak
dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar, baik di rumah tangga maupun industri.
PLTU menggunakan batubara sebagai sumber energi arus listrik untuk menggerakkan
turbin.
Kelemahan dari pembakaran batubara adalah dihasilkannya
gas SO2. Gas SO2 merupakan hasil reaksi antara kandungan
belerang yang terdapat di dalam batu bara dengan O2 di udara pada
saat pengolahan batu bara menjadi bahan bakar. Efek negatif keberadaan gas SO2
adalah merangsang saluran pernafasan, menyebabkan iritasi atau peradangan pada
saluran pernafasan, yang dikenal sebagai ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan
Atas).
Gas SO2 dapat dihilangkan melalui diterapkan
proses desulfurisasi. Proses ini menggunakan serbuk kapur (CaCO3)
atau spray air kapur (Ca(OH)2) dalam alat scrubers. Reaksi
yang terjadi:
CaCO3(s) + SO2(g) → CaSO3(s) + CO2(g)
Ca(OH)2(aq) + SO2(g) → CaSO3(s) + H2O(l)
Namun, biaya operasional desulfurisasi dan pembuangan
deposit padatan kembali menjadi masalah baru. Untuk meningkatkan nilai dari
batubara dan menghilangkan pencemar SO2, dilakukan rekayasa
batubara, seperti gasifikasi dan reaksi karbon-uap. Pada gasifikasi, molekul-molekul
besar dalam batubara dipecah melalui pemanasan pada suhu tinggi (600-800 °C)
sehingga dihasilkan bahan bakar berupa gas. Reaksinya adalah sebagai berikut.
Batubara
(s) → Batubara Cair (mudah menguap) → CH4(g) + C(s)
Arang yang terbentuk direaksikan dengan uap air
menghasilkan campuran gas CO dan H2, yang disebut gas sintetik.
Reaksinya:
C(s) + H2O(l) →
CO(g) + H2(g) ΔH
= 175 kJ mol-1
Untuk meningkatkan nilai gas sintetik, gas CO diubah
menjadi bahan bakar lain. Misalnya, gas CO direaksikan dengan uap air menjadi
CO2 dan H2. Reaksinya:
CO(g) + H2O(g) → CO2(g)
+ H2(g) ΔH = -41
kJ mol-1
Gas CO2 yang dihasilkan selanjutnya
dipisahkan. Campuran gas CO dan H2 yang telah diperkaya akan
bereaksi membentuk metana dan uap air. Reaksinya:
CO(g) + 3H2(g) → CH4(g)
+ H2O(g) ΔH = -206
kJ mol-1
Setelah H2O diuapkan, akan diperoleh CH4
yang disebut gas alam sintetik. Dengan demikian, batubara dapat diubah menjadi
metana melalui proses pemisahan batubara cair.
c. Bahan Bakar
Hidrogen
Salah satu sumber energi baru adalah hasil reaksi dari
gas H2 dan O2. Di laboratorium, reaksi ini dapat
dilakukan dalam tabung eudiometer, yang dipicu oleh bunga api listrik
menggunakan piezoelectric. Ketika tombol piezoelectric ditekan
akan terjadi loncatan bunga api listrik dan memicu terjadinya reaksi H2
dan O2. Persamaan termokimianya :
H2(g) + ½ O2(g) → H2O(l) ΔH°
= -286 kJ
Untuk jumlah mol yang sama, kalor pembakaran gas H2
sekitar 2,5 kali lebih besar dari kalor pembakaran gas alam. Di samping itu, pembakaran
gas H2 menghasilkan air sebagai produk yang lebih ramah lingkungan
dibanding bahan bakar fosil.
Masalah yang mengemuka dari sumber energi ini adalah
aspek ekonomi, terutama dalam biaya produksi dan penyimpanan gas H2
serta transportasi gas H2. Walaupun gas hidrogen melimpah di alam,
tetapi jarang terdapat sebagai gas H2 bebas, melainkan bersenyawa
dengan berbagai unsur. Untuk memperoleh sumber utama gas hidrogen, salah satunya
adalah pengolahan gas metana dengan uap air :
CH4(g) + H2O(g) → 3H2(g)
+ CO(g) ΔH° =
+206 kJ mol-1
Reaksi tersebut sangat endotermik sehingga pengolahan
metana dengan uap air tidak efisien untuk memperoleh gas H2 sebagai
bahan bakar. Dengan kata lain, lebih ekonomis menggunakan metana langsung sebagai
bahan bakar.
3. Sumber Energi
Terbaharui
Sumber energi terbaharui yang berasal dari tanaman atau
makhluk hidup dinamakan bioenergi. Biodiesel adalah bahan bakar diesel (fraksi
diesel) yang diproduksi dari tumbuh-tumbuhan. Salah satu sumber energi terbaharui
adalah alkohol, yakni etanol (C2H5OH) dan metanol (CH3OH).
Etanol dapat diproduksi melalui fermentasi pati, yaitu pengubahan karbohidrat
menjadi alkohol dengan bantuan ragi (enzim). Sumber karbohidrat dapat diperoleh
dari buah-buahan, biji-bijian, dan tebu.
(C6H10O5)x
+ xH2O →
xC6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2
Metanol diproduksi langsung dari gas alam dengan
proses dua langkah.
Pertama, metana direaksikan dengan uap air (steam) dengan
katalis nikel pada ada tekanan sekitar 10-20 atm dan temperatur 850 °C. Reaksi yang terjadi sebagai berikut.
CH4(g)
+ H2O(l) → CO(g) + 3H2(g)
Kedua, reaksi antara gas CO
dan H2 pada tekanan sekitar 50-100 atm dan temperatur 250
°C. Reaksi ini terjadi di ruang yang berbeda dengan tahap
pertama dan biasanya menggunakan katalis campuran tembaga, seng oksida, dan
alumina. Berikut reaksi yang terjadi.
CO(g) + 2H2(g) → CH3OH(l)
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa mesin mobil
yang menggunakan bahan bakar gasohol (campuran bensin dan etanol 10%) sangat
baik, apalagi jika alkohol yang digunakan kemurniannya tinggi.
Salah satu kelemahan metanol adalah sifat korosif terhadap
beberapa logam, termasuk aluminium, jika digunakan dalam konsentrasi tinggi.
Metanol, walaupun asam lemah tetapi dapat menyerang lapisan oksida yang
biasanya melindungi aluminium dari korosi.
6CH3OH(l)
+ Al2O3(s) → 2Al(OCH3)3(aq) + 3H2O(l)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar