1.
HUKUM KEKEKALAN MASSA
Gambar Antonie Laurent Lavoisier yang dijuluki sebagai bapak kimia modern (Sumber gambar : Alamy.com) |
Antonie Laurent
Lavoisier (1743-1794) ahli kimia asal Perancis dan disebut sebagai bapak kimia
modern karena beliau adalah orang pertama yang melakukan percobaan secara
ilmiah. Selain itu Lavoisier juga merupakan orang pertama yang menyatakan reaksi kimia analog dengan
persamaan aljabar.
Hukum kekekalan massa atau hukum
Lavoisier diformulasikan oleh Lavoisier
pada tahun 1789, berbunyi:
“dalam
sistem tertutup massa zat sebelum dan setelah reaksi adalah tetap”.
Untuk membuktikan hukum kekekalan massa
perhatikan data percobaan reaksi antara serbuk besi dengan serbuk belerang
membentuk besi(II)
sulfida berikut.
Fe(s)
|
+
|
S(s)
|
⟶
|
FeS(s)
|
7 g
14 g
28 g
56 g
|
4 g
8 g
16 g
32 g
|
11 g
22 g
44 g
88 g
|
Tahap-tahap reaksi yang terjadi ditunjukan
menggunakan Gambar berikut ini.
Gambar
Tahap-Tahap Reaksi:
(a) serbuk
besi dan belerang dicampur menggunakan spatula
(b) kawat
platina dibakar sampai bersih dan berwarna merah membara
(c) kawat
platina masih membara dimasukan ke dalam campuran serbuk besi dan belerang
(d) besi
dan belerang bereaksi menghasilkan FeS
(sumber
gambar : www.jce.divched.org)
Sebelum diketahui hukum kekekalan massa
para kimiawan menemukan keanehan
dalam mempelajari pembakaran dan kalor. Misalnya sisa pembakaran kayu ternyata
massanya lebih kecil dibanding massa kayu sebelum dibakar. Namun pada logam
terjadi hal sebaliknya, yakni sisa pembakaran logam massanya lebih besar
dibanding massa logam sebelum dibakar. Karena hal tersebut Lavoisier bersama
rekan-rekannya mengembangkan metode eksperimen tertutup yang dapat mengukur
massa zat yang berwujud gas, cair maupun padat. Berdasarkan eksperimen tersebut
diperoleh fakta bahwa massa zat sebelum dan setelah reaksi adalah sama atau
tetap. Karena hasil tersebut Lavoisier menyatakan“massa zat tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan dalam perubahan materi
apapun”.
Pada reaksi pembakaran kayu dan pembakaran logam di
atas, sebenarnya massa zat sebelum dan sesudah dibakar adalah tetap. Namun
karena proses pembakaran biasanya dilakukan di tempat terbuka, maka massa
zat-zat yang berwujud gas seperti oksigen terabaikan. Pada pembakaran logam,
massa bertambah karena ada tambahan dari zat yang awalnya berwujud gas.
Contoh
Soal
Reaksi antara serbuk besi (Fe) dengan
serbuk belerang (S) membentuk besi(II)
sulfida (FeS) sebagai berikut.
Fe(s) + S(s) ⟶ FeS(s)
Jika Fe yang digunakan sebanyak 21 gram dan FeS yang dihasilkan sebanyak 33 gram. Hitunglah massa belerang (S) yang digunakan.
Penyelesaian
Persamaan reaksi:
Fe(s) + S(s) ⟶ FeS(s)
21 g
? 33 g
Massa Fe + massa S = massa FeS
21 g + massa S = 33 g
massa S = 33 g
– 21 g
massa S = 12 g
Uji
Kompetensi
Dalam
sebuah wadah tertutup, 5 gram
logam kalsium (Ca) dibakar dengan oksigen (O2), menghasilkan kalsium
oksida (CaO) sesuai persamaan berikut.
2Ca(s) + O2(g) ⟶ 2CaO(s)
Jika massa kalsium oksida (CaO) yang
dihasilkan adalah 5,6 gram,
berapa massa oksigen (O2) yang diperlukan?
2.
HUKUM PERBANDINGAN TETAP (HUKUM PROUST)
Salah satu sifat yang membedakan senyawa dengan
campuran yaitu massa unsur-unsur dalam senyawa selalu tetap. Artinya senyawa
yang sama akan memiliki perbandingan unsur-unsur yang sama walaupun senyawa
tersebut diambil dari daerah yang berbeda ataupun dibuat dengan cara yang
berbeda. Hal ini dijelaskan oleh Proust melalui hukum perbandingan tetap, berbunyi: “perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa
murni adalah selalu tetap”.
Contohnya perbandingan Fe dan S dalam
FeS berturut-turut adalah 7:4. Hal ini menunjukan bahwa perbandingan Fe dan S
untuk senyawa FeS selalu 7:4 tidak peduli FeS tersebut diambil dari daerah yang
berbeda atau dibuat dengan cara yang berbeda.
Untuk
senyawa-senyawa yang sudah diketahui rumus kimianya, perbandingan massa unsur-unsur
penyusun senyawa ditentukan dengan cara mengalikan
jumlah atom dengan atom relatif (Ar) masing-masing unsur.
Massa unsur = Jumlah atom x Ar
unsur
Untuk
memperjelas hal ini, perhatikan perhitungan perbandingan unsur-unsur dalas FeS
berikut.
Contoh
Soal
Rumus kimia besi sulfida adalah FeS. Jika
diketahui Ar.Fe = 56 dan Ar.S= 32 tentukan perbandingan Fe dan S dalam FeS.
Penyelesaian
Massa unsur Fe : massa unsur S = (1 x Ar.Fe)
: (1 x Ar.S)
= (1 x 56) : (1 x 32)
= 56
: 32
= 7 : 4
Jadi
perbandingan Fe dan S dalam FeS adalah FeS.
Perbandingan
massa unsur-unsur dalam senyawa dapat digunakan untuk memprediksi reaktan yang
habis bereaksi, massa reaktan yang tersisa, dan jumlah produk yang dihasilkan.
Hal ini disebabkan jumlah reaktan yang bereaksi sesuai dengan perbandingan
massa unsur-unsur penyusun senyawa.
Contoh
Soal
Perbandingan
massa Fe dan S dalam FeS adalah 7 : 4. Jika direaksikan 35 gram besi dan 16
gram belerang. Tentukan:
a.
Reaktan yang habis bereaksi
b.
Reaktan yang tersisa
c.
Massa reaktan yang tersisa
d.
Massa FeS yang terbentuk
Penyelesaian
Massa besi dan
belerang yang harus tersedia agar semua reaktan habis bereaksi adalah sebagai
berikut.
Massa besi = 7 g
/ 4 g x 16 g
= 112 g / 4
= 28 g
Massa belerang =
4 g / 7 g x 35 g
= 140 g / 7
= 20 g
a. Reaktan
yang habis bereaksi
Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa jumlah belerang
yang dibutuhkan adalah 20 g. Namun belerang yang tersedia hanya 16 g. Jadi
Reaktan yang habis bereaksi adalah belerang (S).
b. Reaktan
yang tersisa
Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa besi
yang tersedia adalah 35 g, sedangkan yang dibutuhkan hanya 20 g. Jadi reaktan
yang tersisa adalah besi (Fe)
c. Massa
reaktan yang tersisa = 35 g – 28 g = 7
g.
d. Massa
FeS yang terbentuk = 20 + 16 g = 36 g.
Uji
Kompetensi
1. Rumus
kimia dinitrogen
monoksida adalah N2O. Jika diketahui Ar.N = 14
dan Ar.O = 16 tentukan perbandingan massa unsur-unsur penyusun dinitrogen monoksida.
2. Perbandingan massa
karbon dan oksigen dalam karbon dioksida adalah 3 : 8. Jika 27 gram karbon
direaksikan dengan 76 gram oksigen. Tentukan:
a.
Reaktan yang habis bereaksi
b.
Reaktan yang tersisa
c.
Massa reaktan yang tersisa
d.
Massa karbon dioksida yang terbentuk
3. Try Out Propinsi 2014/2015 Dinas P dan K
Nusa Tenggara Timur, SMA Bina Karya Atambua
Data percobaan
reaksi tembaga dengan sulfur membentuk tembaga(II) sulfida sebagai berikut:
No
|
Massa
tembaga (gram)
|
Massa
sulfur (gram)
|
Massa
tembaga(II) sulfida (gram)
|
1
|
64
|
32
|
96
|
2
|
34
|
16
|
48
|
3
|
16
|
10
|
24
|
4
|
9
|
4
|
12
|
Tentukan
perbandingan massa tembaga dan sulfur dalam tembaga(II) sulfida.
3. HUKUM GAY LUSSAC DAN
HIPOTESIS AVOGADRO
Pada Tahun
1808 Joseph Louis Gay Lussac melakukan berbagai percobaan pada suhu dan tekanan
yang sama untuk mengukur volume dari gas-gas yang bereaksi. Beberapa contoh
percobaan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel.
No
|
Volume gas yang bereaksi
|
Hasil reaksi
|
Perbandingan volume
|
1
|
Hidrogen +
Oksigen
2L +
1L
10L +
5L
|
Uap air
2L
10L
|
2:1:2
|
2
|
Nitrogen + Hidrogen
2L +
6L
9L +
3L
|
Amonia
4L
6L
|
1 : 3 : 2
|
3
|
Hidrogen +
Klor
1L +
1L
4L +
4L
|
Hidrogen
klorida
2L
8L
|
1 : 1 : 2
|
Dari berbagai
eksperimen yang dilakukan, Gay Lussac mendapatkan hukum perbandingan volum.
Hukum perbandingan volum atau hukum Gay Lussac :
pada
suhu dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas-gas yang bereaksi dan
volume gas-gas hasil reaksi merupakan perbandingan bilangan bulat dan sederhana.
Awalnya para
ahli kimia bahkan Gay Lussac sendiri tidak dapat menjelaskan hukum perbandingan
volume. Hal ini disebabkan, pada saat itu para ahli kimia menganggap partikel
suatu unsur adalah atom dan partikel-partikel penyusun atom belum diketahui.
Masalah ini terjawab pada tahun 1811 ketika Amadeo Avogadro ahli fisika Italia
mengatakan partikel penyusun suatu unsur tidak harus berupa atom yang berdiri
sendiri, tetapi dapat berupa gabungan dari beberapa atom yang sama dan disebut
sebagai molekul unsur. Contoh molekul unsur yaitu H2, N2, P4,
dan F2. Dengan dasar ini Avogadro mengajukan sebuah hipotesis yang
kemudian dinamakan hipotesis Avogadro.
Hipotesis Avogadro : “pada
suhu dan tekanan yang sama gas-gas yang volumenya sama mengandung jumlah
molekul yang sama pula”.
Sebelum teori
Avogadro lahir,
ada paradigma bahwa zat-zat yang
bereaksi berupa atom-atom
(bukan molekul). Jika paradigma itu benar, NO2 dibentuk dari
1 atom O dan ½ atom N. Hal ini tidak
sesuai dengan model atom. Tidak mungkin atom berupa pecahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar