Litium: 19 Fakta, Sumber, Kelimpahan, dan Kegunaan

Gambar Logam litium (Sumber gambar: www.nccp.ru/en/products/lithium_and_its_compounds/nomenclature_li_me/) 



Litium merupakan unsur kimia golongan alkali yang terletak pada golongan 1 atau IA. Litium memiliki elektron valensi 1 (satu) sehingga mudah membentuk ion positif.
Beberapa fakta menarik lain dari unsur ini sebagai berikut.
1. Seperti logam alkali lainnya, litium memiliki elektron valensi tunggal yang mudah diberikan untuk membentuk kation (ion positif).
2. Litium merupakan konduktor panas dan listrik yang baik serta unsur yang sangat reaktif. Walaupun demikian litium merupakan logam alkali yang paling tidak reaktif. Reaktivitas litium rendah karena elektron valensinya dekat ke inti atom atau nukleusnya. Dua elektron yang tersisa berada di orbital 1s, dan tidak berpartisipasi dalam ikatan kimia.
3. Logam litium cukup lunak sehingga mudah dipotong dengan pisau. Saat dipotong, litium memiliki warna putih keperakan yang dengan cepat berubah menjadi abu-abu karena terbentuk oksida litium.
4. Meskipun memiliki titik lebur paling rendah dibandingkan dengan semua logam (180 °C), litium memiliki titik leleh dan titik didih tertinggi dalam kelompok logam alkali.
5. Litium memiliki kerapatan sangat rendah (0,53 g/cm3), sebanding dengan kayu pinus. Hal ini menyebabkan litium dapat mengapung pada minyak hidrokarbon paling ringan dan merupakan satu dari tiga logam yang dapat mengapung di atas air. Dua logam lainnya yang dapat mengapung di atas air adalah natrium dan kalium (potassium).
6. Litium akan menyala dan terbakar dalam oksigen saat terkena air atau uap air. Litium mudah terbakar, dan berpotensi meledak saat terkena udara dan terutama pada air, meski kurang keras dibanding logam alkali lainnya. 
Reaksi litium dengan air pada suhu normal sangat cepat namun tanpa ledakan karena hidrogen yang dihasilkan tidak menyala dengan sendirinya. Seperti halnya semua logam alkali, api yang dihasilkan dari litium sulit untuk dipadamkan sehingga dibutuhkan alat pemadam api bubuk kering (tipe Kelas D).
7. Litium adalah salah satu dari sedikit logam yang dapat bereaksi dengan nitrogen dalam kondisi normal membentuk litium nitrida (Li3N).
8. Litium mudah bereaksi dengan air, namun intensitasnya jauh lebih sedikit daripada logam alkali lainnya. Reaksi tersebut membentuk gas hidrogen dan litium hidroksida dalam larutan berair. Karena reaktivitasnya dengan air, litium biasanya disimpan dalam hidrokarbon, seperti petroleum jelly. Meskipun logam alkali yang lebih berat dapat disimpan dalam substansi yang lebih padat, seperti minyak mineral, litium tidak cukup padat untuk sepenuhnya untuk terendam dalam cairan ini.
9. Di udara lembab, litium dengan cepat ternodai membentuk lapisan hitam litium hidroksida (LiOH dan LiOH·H2O), litium nitrida (Li3N) dan litium karbonat (Li2CO3). Litium karbonat yang terbentuk merupakan hasil reaksi sekunder antara LiOH dan CO2.
10. Ketika ditempatkan di atas api, senyawa litium terbakar mengeluarkan warna merah mencolok, tetapi saat terbakar dengan kuat, warna api litium menjadi warna perak cemerlang.
11. Litium secara alami terdiri dari dua isotop stabil yaitu Li-6 dan Li-7. Li-7 yang paling melimpah, dengan kelimpahan alami sebesar 92,5%.
Tujuh radioisotop lainnya telah diketahui. Radioisotop yang paling stabil adalah Li dengan waktu paruh 838 ms dan Li-9 dengan waktu paruh 178 ms. Semua sisa isotop radioaktif memiliki waktu paruh yang lebih pendek dari 8,6 ms. Isotop litium terpendek adalah Li-4, yang meluruh melalui emisi proton dan memiliki waktu paruh 7,6 × 10-23 s.
12. Litium adalah satu-satunya unsur kimia dengan nomor atom rendah yang bisa menghasilkan energi bersih melalui fisi nuklir. Kedua inti litium memiliki energi pengikat yang lebih rendah per nukleon daripada nukleon stabil lain selain deuterium dan helium-3. Sebagai hasil dari ini, meski sangat ringan dalam massa atom, litium kurang umum di Tata Surya dari 25 dari 32 unsur kimia pertama.
13. Meskipun litium didistribusikan secara luas di Bumi, namun secara alami tidak terbentuk dalam bentuk unsur murni karena reaktivitasnya yang tinggi. Kandungan litium total air laut sangat besar dan diperkirakan mencapai 230 miliar ton, dimana unsur tersebut berada pada konsentrasi yang relatif konstan 0,14 sampai 0,25 bagian per juta (ppm), atau 25 mikromolar.
14. Perkiraan kandungan litium di kerak bumi berkisar antara 20 sampai 70 ppm.
15. Berzelius menamakan unsur alkalin ini dengan nama "lithion / lithina", dari kata Yunani 'litos', yang berarti "batu".
16. Perkembangan baterai ion litium meningkatkan permintaan litium pada tahun 2007. Seiring dengan lonjakan permintaan litium di baterai pada tahun 2000-an, beberapa perusahaan litium telah memperluas usaha ekstraksi air asin untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.
17. Baterai ion litium lebih unggul dibanding baterai yang lain. Baterai ion litium biasa dapat menghasilkan sekitar 3 volt per sel. Sedangkan baterai sel timbal-asam menghasil 2,1 volt dan baterai sel seng-karbon menghasilkan 1,5 volt. Selain itu, baterai ion litium dapat diisi ulang dan memiliki kerapatan energi tinggi.
18. Baterai ion litium tidak sama dengan baterai lithium, yaitu baterai sekali pakai (primer) dengan litium atau senyawanya sebagai anoda. Baterai isi ulang lainnya yang menggunakan litium meliputi baterai polimer lithium-ion, baterai fosfat lithium iron, dan baterai nanowire.
19. Penggunaan litium ketiga yang paling umum adalah gemuk (pelumas). Lithium hidroksida adalah basa kuat dan bila dipanaskan dengan lemak, menghasilkan sabun yang terbuat dari litium stearat. Sabun litium memiliki kemampuan untuk menebalkan minyak, dan ini digunakan untuk memproduksi gemuk pelumas berteknologi tinggi serbaguna.

SUMBER REFERENSI
Wikipedia. Online. (en.m.wikipedia.org/wiki/Lithium) diakses pada Minggu, 21 Januari 2018.

Tidak ada komentar:

IKUTI

KONTAK

Nama

Email *

Pesan *