Gambar Logam litium (Sumber gambar: www.nccp.ru/en/products/lithium_and_its_compounds/nomenclature_li_me/) |
Litium merupakan unsur kimia
golongan alkali yang terletak pada golongan 1 atau IA. Litium memiliki elektron
valensi 1 (satu) sehingga mudah membentuk ion positif.
Beberapa fakta menarik lain dari unsur ini
sebagai berikut.
1. Seperti logam alkali
lainnya, litium memiliki elektron valensi tunggal yang mudah diberikan untuk
membentuk kation (ion positif).
2. Litium merupakan
konduktor panas dan listrik yang baik serta unsur yang sangat reaktif. Walaupun
demikian litium merupakan logam alkali yang paling tidak reaktif. Reaktivitas
litium rendah karena elektron valensinya dekat ke inti atom atau nukleusnya.
Dua elektron yang tersisa berada di orbital 1s, dan tidak berpartisipasi dalam
ikatan kimia.
3. Logam litium cukup
lunak sehingga mudah dipotong dengan pisau. Saat dipotong, litium memiliki
warna putih keperakan yang dengan cepat berubah menjadi abu-abu karena
terbentuk oksida litium.
4. Meskipun memiliki
titik lebur paling rendah dibandingkan dengan semua logam (180 °C), litium
memiliki titik leleh dan titik didih tertinggi dalam kelompok logam alkali.
5. Litium memiliki
kerapatan sangat rendah (0,53 g/cm3), sebanding dengan kayu pinus. Hal ini
menyebabkan litium dapat mengapung pada minyak hidrokarbon paling ringan dan
merupakan satu dari tiga logam yang dapat mengapung di atas air. Dua logam
lainnya yang dapat mengapung di atas air adalah natrium dan kalium (potassium).
6. Litium akan menyala
dan terbakar dalam oksigen saat terkena air atau uap air. Litium mudah terbakar,
dan berpotensi meledak saat terkena udara dan terutama pada air, meski kurang
keras dibanding logam alkali lainnya.
Reaksi litium dengan air pada suhu normal sangat
cepat namun tanpa ledakan karena hidrogen yang dihasilkan tidak menyala dengan
sendirinya. Seperti halnya semua logam alkali, api yang dihasilkan dari litium
sulit untuk dipadamkan sehingga dibutuhkan alat pemadam api bubuk kering (tipe
Kelas D).
7. Litium adalah salah
satu dari sedikit logam yang dapat bereaksi dengan nitrogen dalam kondisi
normal membentuk litium nitrida (Li3N).
8. Litium mudah bereaksi
dengan air, namun intensitasnya jauh lebih sedikit daripada logam alkali
lainnya. Reaksi tersebut membentuk gas hidrogen dan litium hidroksida dalam
larutan berair. Karena reaktivitasnya dengan air, litium biasanya disimpan
dalam hidrokarbon, seperti petroleum jelly. Meskipun logam alkali yang lebih
berat dapat disimpan dalam substansi yang lebih padat, seperti minyak mineral,
litium tidak cukup padat untuk sepenuhnya untuk terendam dalam cairan ini.
9. Di udara lembab,
litium dengan cepat ternodai membentuk lapisan hitam litium hidroksida (LiOH
dan LiOH·H2O), litium nitrida (Li3N) dan litium karbonat (Li2CO3).
Litium karbonat yang terbentuk merupakan hasil reaksi sekunder antara LiOH dan
CO2.
10. Ketika ditempatkan di
atas api, senyawa litium terbakar mengeluarkan warna merah mencolok, tetapi
saat terbakar dengan kuat, warna api litium menjadi warna perak cemerlang.
11. Litium secara alami
terdiri dari dua isotop stabil yaitu Li-6 dan Li-7. Li-7 yang paling melimpah,
dengan kelimpahan alami sebesar 92,5%.
Tujuh radioisotop lainnya telah diketahui.
Radioisotop yang paling stabil adalah Li dengan waktu paruh 838 ms dan Li-9
dengan waktu paruh 178 ms. Semua sisa isotop radioaktif memiliki waktu paruh
yang lebih pendek dari 8,6 ms. Isotop litium terpendek adalah Li-4, yang
meluruh melalui emisi proton dan memiliki waktu paruh 7,6 × 10-23 s.
12. Litium adalah
satu-satunya unsur kimia dengan nomor atom rendah yang bisa menghasilkan energi
bersih melalui fisi nuklir. Kedua inti litium memiliki energi pengikat yang
lebih rendah per nukleon daripada nukleon stabil lain selain deuterium dan
helium-3. Sebagai hasil dari ini, meski sangat ringan dalam massa atom, litium
kurang umum di Tata Surya dari 25 dari 32 unsur kimia pertama.
13. Meskipun litium
didistribusikan secara luas di Bumi, namun secara alami tidak terbentuk dalam
bentuk unsur murni karena reaktivitasnya yang tinggi. Kandungan litium total
air laut sangat besar dan diperkirakan mencapai 230 miliar ton, dimana unsur tersebut
berada pada konsentrasi yang relatif konstan 0,14 sampai 0,25 bagian per juta
(ppm), atau 25 mikromolar.
14. Perkiraan kandungan
litium di kerak bumi berkisar antara 20 sampai 70 ppm.
15. Berzelius menamakan unsur alkalin ini dengan nama "lithion / lithina", dari kata
Yunani 'litos', yang berarti "batu".
16. Perkembangan baterai
ion litium meningkatkan permintaan litium pada tahun 2007. Seiring dengan
lonjakan permintaan litium di baterai pada tahun 2000-an, beberapa perusahaan
litium telah memperluas usaha ekstraksi air asin untuk memenuhi permintaan yang
terus meningkat.
17. Baterai ion litium
lebih unggul dibanding baterai yang lain. Baterai ion litium biasa dapat
menghasilkan sekitar 3 volt per sel. Sedangkan baterai sel timbal-asam
menghasil 2,1 volt dan baterai sel seng-karbon menghasilkan 1,5
volt. Selain itu, baterai ion litium dapat diisi ulang dan memiliki kerapatan
energi tinggi.
18. Baterai ion litium
tidak sama dengan baterai lithium, yaitu baterai sekali pakai (primer) dengan
litium atau senyawanya sebagai anoda. Baterai isi ulang lainnya yang
menggunakan litium meliputi baterai polimer lithium-ion, baterai fosfat lithium
iron, dan baterai nanowire.
19. Penggunaan litium
ketiga yang paling umum adalah gemuk (pelumas). Lithium hidroksida adalah basa
kuat dan bila dipanaskan dengan lemak, menghasilkan sabun yang terbuat dari
litium stearat. Sabun litium memiliki kemampuan untuk menebalkan minyak, dan
ini digunakan untuk memproduksi gemuk pelumas berteknologi tinggi serbaguna.
SUMBER REFERENSI
Wikipedia. Online. (en.m.wikipedia.org/wiki/Lithium)
diakses pada Minggu, 21 Januari 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar