Unsur Astatin atau Astatine: Informasi dan Fakta-Fakta Menakjubkan

Spektrum gas mulia (labroots.com/trending/chemistry-and-physics/14921/reactions-impossible-chemists-strived-noble-gas-compounds)


Astatin merupakan unsur kimia paling langka di Bumi; Diperkirakan hanya sekitar 25 gram yang terbentuk secara alami di planet ini pada waktu tertentu. Keberadaannya yelah diprediksi ditahun 1800-an, tetapi baru ditemukan sekitar 70 tahun kemudian. Setelah beberapa dekade ditenemukan, sangat sedikit informasi yang diketahui tentang astatine. Walaupun demikian, para fisikawan dan kimiawan selalu mencoba menyimpulkan banyak sifatnya - seperti sifat radioaktif, konduksi dan warna - didasarkan pada anggota kelompok halogen lainnya.

SEJARAH PENEMUAN
Dmitri Mendeleyev, ahli kimia Rusia yang pada tahun 1869 mengatur unsur-unsur kimia menjadi tabel periodik unsur yang masih digunakan sampai sekarang, memperkirakan sifat-sifat bagi unsur yang belum ditemukan seperti unsur dengan nomor atom 85. Mendeleyev menamai unsur ini eka-iodin karena posisinya langsung di bawah yodium dalam kelompok unsur halogen.
Selagi pencarian unsur baru dimulai, beberapa laporan diterbitkan tentang unsur kimia dengan nomor atom 85, menurut sebuah artikel 2010 yang diterbitkan dalam Buletin Sejarah Kimia oleh Brett F. Thornton dan Shawn C. Burdette, periset di Swedia dan Amerika Serikat. Laporan-laporan ini termasuk klaim bahwa unsur tersebut tidak dapat ada, sehingga peneliti menemukan bahwa unsur tersebut tidak dapat diisolasi, dan sifat yang dilaporkan tidak sesuai dengan eksperimen.
Ada banyak ambiguitas tentang siapa yang pertama kali menemukan astatine, menurut Thornton dan Burdette. Penemuan ini bisa dikaitkan dengan beberapa penelitian.
Klaim pertama bahwa unsur misterius ini telah ditemukan terjadi pada tahun 1931 oleh Fred Allison di Institut Politeknik Alabama. Allison menyarankan nama "alabamine" untuk unsur radioaktif baru yang telah dia temukan. Namun, karena tidak ada peneliti lain yang dapat meniru eksperimennya, dan karena beberapa kesalahan ditemukan pada peralatannya, maka pencarian unsur yang sulit dipahami ini terus berlanjut.
Pada tahun 1939, Horia Hulubei dan Yvetter Cauchois, periset di Sorbonne di Paris, menerbitkan hasil penemuan unsur kimia dengan nomor atom 85. Mereka menggunakan pemisahan kimia dan menerbitkan bahwa mereka menemukan tiga garis spektrum sinar-X untuk unsur yang sesuai dengan prediksi sebelumnya. Sayangnya, Perang Dunia II mengganggu penelitian mereka dan juga mengganggu komunikasi antar ilmuwan di seluruh dunia.
Penemuan astatine pertama yang berhasil diketahui dunia ditemukan pada tahun 1940 oleh Dale R. Coson, Kenneth Ross Mackenzie, dan Emilio Segrè, periset di University of California Berkeley. Karena tidak ada yang bisa menemukan unsur langka ini di alam, maka kelompok ilmuwan-ilmuwan ini memproduksinya secara artifisial dengan membombardir bismuth-209 menggunakan partikel alfa dalam akselerator partikel. Reaksi ini menciptakan astatine-211 serta dua neutron bebas. Unsur ini sangat radioaktif dan tidak stabil, sehingga nama unsur tersebut adalah 'astatine' dari kata Yunani yang berarti "tidak stabil."
Namun pada awal 1940_an kelompok peneliti lain secara independen mengidentifikasi dan mencirikan unsur dengan nomor atom 85. Berta Karlik dan Traude Bernert pada tahun 1942 melaporkan hasil penelitian mereka, termasuk nama yang diusulkan "viennium." Namun, karena Perang Dunia ke II, berita tersebut hanya diketahui di dalam wilayah Jerman dan berita sains dari wilayah lain di dunia tidak dibawa masuk, Karlik dan Bernert tidak mengetahui hasil serupa dari kelompok Berkeley. Ketika Karlik dan Bernert menyadari hasil yang dipublikasikan dari kelompok di Berkeley, mereka masih terus mempelajari elemen unsur astatine dan menambahkan pengetahuan tentang rantai peluruhan yang membentuk unsur tersebut.

FAKTA-FAKTA KEREN
1. Astatine dinamakan menurut kata Yunani 'astatos', yang berarti tidak stabil (Jefferson Laboratory).
2. Hanya ada sekitar 25 gram astatine alami di kerak bumi pada waktu tertentu (Chemicool).
3. Menurut Lenntech, astatine adalah unsur kimia halogen terberat yang pernah diketahui. Menurut Elemental Matter, unsur halogen, termasuk astatine, memiliki sifat serupa. 
Sifat-sifatnya antara lain:
- termasuk unsur golongan nonlogam
- memiliki titik leleh dan titik didih yang rendah
- rapuh saat padat
- konduktor panas dan listrik yang buruk
- bersifat diatomik (molekulnya mengandung dua atom).
4. Astatine paling tidak reaktif dan memiliki sifat logam paling banyak dibandingkan kelompok unsur halogen lainnya (Chemicool).
5. Isotop astatine dengan waktu paruh terpanjang adalah astatine-210 dengan waktu paruh 8,1 jam (Laboratorium Jefferson).
6. Banyak sifat fisik astatine masih belum diketahui, termasuk warnanya. Berdasarkan pola warna yang ditunjukkan oleh anggota keluarga halogen lainnya, diyakini astatine itu gelap, mungkin hampir hitam (menurut sebuah artikel tahun 2013 oleh D. Scott Wilbur yang terbit di Nature).
7. Astatine sangat radioaktif namun hampir tidak menimbulkan efek kesehatan atau lingkungan sama sekali karena kelangkaan dan waktu paruh yang sangat singkat (Lenntech).
8. Meskipun jika seseorang bersentuhan dengannya, astatine diperkirakan menumpuk di kelenjar tiroid serupa dengan yodium.

PENELITIAN UNTUK ASTATINE
Kelangkaan astatine membuatnya menjadi unsur kimia yang sangat sulit untuk dipelajari. Meskipun demikian, beberapa peneliti menganggap astatine mungkin digunakan untuk pengobatan kanker. Astatine mungkin berperilaku seperti yodium, yang cenderung terkumpul di kelenjar tiroid. Oleh sebab itu, astatine juga bisa masuk ke tiroid, dan radiasi yang dihasilkan bisa membunuh sel kanker di kelenjar.
Dalam makalah tahun 2015 yang diterbitkan dalam International Journal of Molecular Sciences, sekelompok peneliti Prancis yang dipimpin oleh Françoise Kraeber-Bodéré menjelaskan metode terapi radioimunoterapi (RIT) terhadap kanker yang menggunakan radionuklida untuk menghasilkan partikel beta atau alfa. Astatine-211 merupakan salah satu isotop yang bisa bermanfaat bagi terapi alfa karena memiliki waktu paruhnya lebih lama daripada bismut-213 yang digunakan secara tradisional, dan dapat pula diproduksi di akselerator partikel.
Astatine-211 telah dipelajari untuk penggunaan ini setidaknya sejak 1989 dan telah terbukti memiliki hasil yang menjanjikan, termasuk uji coba dengan transplantasi sumsum tulang pada pasien leukemia, studi transplantasi sel punca pada tikus, dan dalam perawatan kemoterapi terhadap pasien yang memiliki tumor otak.
Kesimpulan yang dicapai oleh para peneliti menunjukkan bahwa menggunakan isotop radioaktif, seperti astatine-211, dapat memperbaiki efisiensi radioimunoterapi (RIT) untuk mengobati tumor dan kanker lainnya, terutama jika pengobatan dimulai pada awal penyakit. Metode RIT ini juga berpotensi membunuh sel tumor yang tersisa yang biasanya tahan terhadap terapi kemo dan radioaktif.

SUMBER BACAAN
Rachel Ross, Live Science Contributor | May 23, 2017. Facts About Astatine. Online. (www.livescience.com/39514-facts-about-astatine.html) diakses pada Kamis, 11 Desember 2018



Tidak ada komentar:

IKUTI

KONTAK

Nama

Email *

Pesan *