Gambar Catatumbo lighting (Sumber gambar: pinterest.com) |
Beberapa orang mengatakan bahwa petir tidak pernah menyerang tempat yang sama dua kali. Tapi alam menunjukkan pada kita, bahwa itu tidak benar. Di wilayah kecil barat laut Venezuela, di mana Sungai Catatumbo bertemu dengan Danau Maracaibo, kita akan menemukan salah satu fenomena alam yang paling spektakuler yang disebut petir Catatumbo atau yang dikenal sebagai Relámpago del Catatumbo, atau "the everlasting storm".
Petir catatumbo merupakan sebuah pertunjukan kilatan cahaya alami yang menakjubkan. Percikan cahaya yang terjadi bagaikan amukan cahaya di langit. Amukan cahaya ini terjadi selama 260 malam dalam setahun. Setiap hari terjadi selama 10 jam dan rata-rata setiap jam bisa terjadi 280 kali petir. Oleh sebab itu, dalam setahun bisa terjadi petir sebanyak 1,2 juta kali.
Fenomena ini menjadi sangat terkenal sehingga digambarkan dalam bendera dan lambang negara Zulia, yang berisi Danau Maracaibo, dan disebutkan dalam lagu kebangsaan negara bagian tersebut.
Badai yang paling spektakuler terjadi di puncak musim hujan sekitar bulan Oktober, dan mulai berkurang pada bulan-bulan Januari dan Februari yang kering. Petir yang terjadi di sana berkedip terus-menerus dan sangat terang sehingga bisa terlihat hingga 250 mil.
Selama berabad-abad, cahaya terang dari petir Catatumbo digunakan oleh navigator Karibia pada zaman kolonial dan diberi julukan "Lighthouse of Catatumbo". Karena adanya jumlah partikel debu atau uap air yang bervariasi di atmosfer, kilatan yang terbentuk memiliki beragam warna mencolok, mulai dari merah, orange, hingga biru dan ungu.
Ada yang mengatakan bahwa petir Catatumbo itu unik karena tidak menghasilkan guntur, tetapi itu hanya mitos belaka. Badai terjadi begitu jauh dari pengamat, sekitar 50-100 km dari Danau Maracaibo sehingga guntur tidak dapat didengar. Sangat jarang bisa mendengar guntur atau petir, jika kita berada sejauh 25 km.
Petir Catatumbo juga telah muncul dalam sejarah beberapa kali. Penyair Spanyol Lope de Vega menulis sebuah puisi di tahun 1597 berjudul "The Dragontea" yang menggambarkan bagaimana upaya Sir Francis Drake pada 1595 untuk mengambil alih kota Maracaibo pada malam hari, namun digagalkan oleh "flames, which the wings of night cover ". Pada saat itu petir menyinari Kapal Inggris, sehingga para tentara mulai disiagakan menanti serangan yang akan datang.
Situasi serupa, terjadi lagi pada tahun 1823, selama Perang Kemerdekaan Venezuela. Kala itu, tentara Spanyol mencoba menyelinap ke pantai di Maracaibo dalam upaya merebut kembali negara tersebut, namun usaha mereka dikhianati oleh kilatan terang sang petir.
Pasukan Spanyol kemudian dikalahkan oleh armada pahlawan kemerdekaan Venezuela, Simon Bolivar, dalam pertempuran penting pada perang final Amerika Spanyol.
Petir juga dianggap sebagai penghasil ozon troposfer terbesar di seluruh dunia. Beberapa ilmuwan percaya bahwa, peristiwa ini membantu mengisi lapisan ozon; Namun, sebagian besar berpendapat bahwa ozon yang dihasilkan tidak pernah mencapai tingkat setinggi ini.
Meski terkenal, sangat sedikit informasi tentang mekanisme yang tepat di balik fenomena ini. Orang Yukpa kuno, sebuah komunitas adat yang masih ditemukan saat ini di kedua sisi perbatasan antara Kolombia dan Venezuela, percaya bahwa petir dipicu saat kunang-kunang menemui roh leluhur. Ide yang sedikit lebih modern melibatkan berbagai hal termasuk metana, topografi wilayah, dan uranium.
Sejumlah ilmuwan melakukan perjalanan ke daerah tersebut pada abad 20 dan awal abad 21, untuk menyelidiki mekanisme yang terjadi di balik petir.
Pada tahun 1911, Melchor Bravo Centeno, mendalilkan bahwa badai petir kemungkinan disebabkan oleh sirkulasi angin tertutup di wilayah tersebut. Sebagian besar orang menganggap inilah penjelasan yang paling masuk akal.
Topografi daerah ini unik karena dua dinding pegunungan mengelilingi Danau Maracaibo dari tiga sisi. Ketika udara panas dan lembab dari Karibia mengalir ke lembah Maracaibo dari satu sisi yang bebas dari pegunungan, maka udara tersebut akan bertemu dengan udara yang lebih dingin dari Andes dan dipaksa naik ke atas.
Uap yang terbentuk kemudian mulai mengembun, membentuk awan yang mengeluarkan listrik dan akhirnya, menghasilkan kilat. Seluruh proses ini didorong oleh pasokan konstan udara hangat dan lembab di cekungan, yang dihasilkan dari penguapan danau oleh sinar matahari khatulistiwa yang terik.
Ilmuwan Venezuela, Andrew Zavrotsky, juga mengunjungi daerah itu beberapa kali untuk menyelidiki petir tersebut. Beliau menemukan tiga epikenter, yakni rawa-rawa Taman Nasional Juan Manuel de Aguas, Claras Aguas Negras, dan sebuah lokasi di sebelah barat dari danau. Dia juga percaya bahwa uranium di batuan dasar mungkin berkontribusi terhadap petir, namun sejauh ini belum ada bukti untuk mendukung hipotesis ini.
Gagasan lain yang populer adalah bahwa metana berkontribusi terhadap badai. Cekungan Maracaibo bertengger di atas salah satu ladang minyak terbesar di Amerika Selatan. Beberapa orang percaya bahwa gas metana yang naik melalui rawa mungkin memainkan peran kunci dalam menghasilkan petir, mungkin dengan meningkatkan konduktivitas udara.
Hipotesis kehadiran metana, ini telah ditolak oleh ilmuwan atmosfer. Mereka menolak karena model metana harus didasarkan pada sifat simetri metana. Studi yang berbeda telah mengindikasikan bahwa, model ini tidak sesuai dengan perilaku petir Catatumbo yang diamati.
Jika petir yang terjadi karena metana, maka petir yang terjadi harus lebih banyak di musim kemarau (Januari-Februari), dan kurang pada Musim hujan (April-Mei dan September-Oktober). Namun kenyataannya tidak demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar