Mengapa Air Laut Terasa Asin?

Laut indah
Laut dan Kenangan (Sumber Gambar:  Dimitris Vetsikas di Pixabay)


Anda mungkin sudah tahu bahwa samudra menutupi sekitar 70 persen permukaan bumi, dan sekitar 97 persen dari semua air di bumi berada dalam bentuk air asin- ada banyak air asin di planet kita.

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa air laut rasanya sangat asin? Sedangkan sebagian besar air di sungai dan danau tidak asin? Pada artikel ini, kita akan melihat lebih dekat apa yang membuat lautan menjadi asin dan mengapa air sungai dan danau tidak asin seperti air laut.

Sangat mudah untuk mengerti mengapa air laut terasa asin. Lautan telah berada di sekitar kita dalam kurun waktu yang sangat lama, sehingga sejumlah garam terus masuk ke dalamnya. Garam dapat masuk ke lautan melalui sungai, saat gas larut ke dalam air, dan muntahan lahar dari aktivitas vulkanik yang meningkat.

Hujan yang jatuh mengandung sejumlah karbon dioksida (CO2) terlarut dari udara sekitarnya. Hal ini menyebabkan air hujan menjadi sedikit asam, karena terbentuknya asam karbonat (H2CO3). Asam karbonat ini terbentuk dari reaksi antara karbon dioksida dan air.

Ketika hujan yang asam ini sampai ke darat, maka air hujan yang telah bersifat asam akan mengikis dan memecah batu secara perlahan. Proses pengikisan mineral batu oleh air hujan disebut sebagai proses pelapukan. Proses tersebut menciptakan ion atau partikel atom yang bermuatan listrik. Ion-ion yang terbentuk kemudian terbawa arus sungai dan pada akhirnya sampai ke laut.

Sebenarnya ion-ion yang berasal dari mineral bebatuan ini terdapat juga di dalam air alami yang kita konsumsi. Namun kita tidak bisa merasakan kehadiran ion garam tersebut karena konsentrasinya terlalu rendah. Setelah tiba di lautan, air akan menguap dari lautan –nanti akan turun lagi sebagai hujan– sedangkan garamnya tetap tertinggal. Selama ratusan juta tahun, garam-garam yang tertinggal akan membuat air laut terasa asin seperti saat ini.

Rasa asin lautan, atau salinitas lautan, cukup stabil yakni sekitar 35 bagian per seribu (parts per thousand). Dengan kata lain, sekitar 35 dari 1.000 (3,5%) berat air laut terdapat garam terlarut.

Agar saya dan anda tidak penasaran dengan angka 35 bagian per seribu, mari kita lakukan seperti ini. Jika Anda mengeluarkan semua garam dari laut dan menyebarkannya ke atas permukaan tanah, maka garam tersebut akan membentuk lapisan yang lebarnya lebih dari 166 meter. Jika kita bandingkan dengan ketinggian gedung perkantoran, maka itu setara dengan gedung 40 lantai.

Kita mungkin berpikir bahwa lautan akan menjadi semakin asin dari waktu ke waktu karena terjadinya penumpukan ion. Ternyata alasannya bukan karena banyak ion di lautan yang diambil oleh organisme hidup lautan. Faktor lain yang membuat keasinan laut tidak bertambah adalah adanya pembentukan mineral baru atau koral yang berada di dasar samudera.

Petunjuk kedua bagaimana laut menjadi asin adalah adanya danau garam, seperti Great Salt Lake dan Laut Mati. Keduanya sekitar 10 kali lebih asin dari air laut. Mengapa danau ini asin sementara sebagian besar danau di dunia tidak?

Danau adalah tempat penyimpanan sementara air. The Great Salt Lake, Laut Mati, dan danau garam lainnya tidak memiliki gerai. Semua air yang mengalir ke danau ini hanya lolos atau keluar dengan cara penguapan. Saat air menguap, garam terlarut akan tetap tertinggal. Setelah bertahun-tahun, kadar garam dalam danau semakin banyak, sehingga pada akhirnya menjadi asin. Jadi beberapa danau terasa asin, karena sungai membawa garam ke danau, air di danau menguap dan garamnya tetap tertinggal.

Perlu diperhatikan bahwa air akan terasa asin jika mengandung ion natrium dan ion klorida. Dua ion ini membentuk lebih dari 90% dari semua ion terlarut dalam air laut.  Jika danau tidak mengandung banyak ion natrium, maka airnya tidak akan terlalu asin. Alasan lain mengapa beberapa danau cenderung tidak asin adalah karena air meninggalkan danau untuk melanjutkan perjalanannya menuju laut.

Menurut sebuah artikel di Science Daily, setetes air akan tetap berada di salah satu Great Lakes selama sekitar 200 tahun. Di sisi lain, tetesan air dan garamnya mungkin akan tertinggal di laut selama 100-200 juta tahun.

 


SUMBER PUSTAKA

- Anne Marie Helmenstine, Ph.D. Why is the Ocean Salty. (www.thoughtco.com/why-is-the-ocean-salty-609421) diakses pada Senin, 11 September 2017.

- Anonim. WHY IS THE SEA SALTY? (www.utdallas.edu/~pujana/oceans/why.html) diakses pada Rabu, 22 Februari 2018.

Tidak ada komentar:

IKUTI

KONTAK

Nama

Email *

Pesan *