Hati-Hati! Terdapat Amoeba Pemakan Otak Manusia di Dalam Air

Pada tahun 2014, Hally Yust yang berusia sembilan tahun meninggal dunia setelah terjangkit infeksi amoeba di otaknya ketika ia berenang di dekat rumah keluarganya di Kansas.
Organisme yang bertanggung jawab atas peristiwa tersebut adalah amoeba Naegleria fowleri yang biasanya mendiami danau dan sungai air tawar yang hangat. 
Karena sasaran yang diinfeksi adalah otak, maka Amoeba Naegleria fowleri disebut juga sebagai "ameba pemakan otak" dan masuk ke dalam grup Percolozoa atau Heterolobosea.
Organisme tersebut secara resmi ditemukan di Australia pada tahun 1965 oleh Drs. M. Fowler (maka nama ilmiahnya fowleri) dan R. Carter. Di duga, Amoeba ini mungkin telah menginfeksi manusia selama berabad-abad, namun manusia tidak menyadarinya.
Diagram siklus hidup dan jalur infeksi manusia dari Naegleria fowleri adalah sebagai berikut.

Gambar Diagram siklus hidup dan jalur infeksi manusia oleh Naegleria fowleri (Gambar milik CDC, Career Development Center)


Begitu tiba di otak manusia, organisme tersebut akan menyebabkan bengkak yang disebut meningoencephalitis primer. Infeksi ini hampir fatal secara universal karena telah membunuh lebih dari 97% korbannya hanya dalam beberapa hari.

1. Hidup di Perairan Panas
Amoeba Naegleria fowleri biasanya hidup di perairan hangat atau panas seperti danau, sungai, atau kolam mata air panas. Dalam beberapa kasus, amoeba ini bahkan dapat  ditemukan di kolam renang yang tidak diberikan klorin atau diberikan klorin namun dilakukan tidak dengan baik. 
Lembaga pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika Serikat (CDC) mengatakan, amoeba Naegleria fowleri bisa bertahan hidup di air yang memiliki suhu mencapai 46 °C.

2. Masuk ke Otak melalui Hidung
Amoeba ini masuk ke dalam otak melalui hidung. Jika seseorang minum air yang mengandung amoeba maka orang tersebut tidak akan mengalami sakit, karena ia akan berakhir di pencernaan. Namun akan bermasalah jika tanpa sengaja air masuk melalui hidung. Ketika air yang mengandung amoeba masuk ke hidung, amoeba akan menempel pada selaput lendir di rongga hidung. Setelah itu, Naegleria fowleri akan masuk ke saraf penciuman, kemudian langsungn mengarah ke otak. 
Ternyata istilah "pemakan otak" adalah deskripsi yang cukup akurat untuk apa yang lakukan amoeba ini. Setelah mencapai saraf penciuman, Naegleria fowleri menggunakan struktur seperti hisap-cangkir (suction-cup-like structures), untuk merusak jaringan. 
Kerusakan tersebut menyebabkan gejala pertama - hilangnya bau dan rasa - sekitar lima hari setelah terjadi infeksi. Gejala awal ketika seseorang diserang oleh amoeba ini diantaranya sakit kepala, demam, dan muntah-muntah yang terjadi sejak hari pertama hingga hari ke sembilan setelah infeksi.
Dari situlah organisme berpindah ke bagian otak yang lain, pertama-tama melahap penutup pelindung yang mengelilingi sistem saraf pusat. Ketika tubuh mengetahui ada sesuatu yang salah, ia mengirimkan antibody untuk melawan infeksi, yang menyebabkan daerah di sekitar infeksi meradang. Peradangan ini, bukan hilangnya jaringan otak, ditandai dengan beberapa gejala awal seperti sakit kepala, demam, mual, muntah, leher kaku, dan kejang-kejang. 
Kekakuan leher terutama disebabkan oleh peradangan, karena pembengkakan di sekitar sumsum tulang belakang membuat tidak mungkin melenturkan otot. Infeksi ini hampir fatal secara universal karena telah membunuh lebih dari 97 persen korbannya hanya dalam beberapa hari. 
Lobus frontal otak, yang terkait dengan perencanaan dan pengendalian emosional, cenderung paling banyak dipengaruhi oleh jalur saraf olfasius. Tapi setelah itu semua bagian otak bisa terpengaruh saat infeksi berlangsung.
Pembengkakan karena peradangan disebut meningoencephalitis primer. Karena Naegleria fowleri mengkonsumsi lebih banyak jaringan dan menembus lebih dalam ke otak, gejala sekunder terbentuk. Termasuk delirium, halusinasi, kebingungan, dan kejang. 
Pada akhirnya apa yang menyebabkan kematian bukanlah hilangnya materi abu-abu (otak), namun tekanan ekstrem di tengkorak dari peradangan dan pembengkakan terkait dengan pertarungan tubuh terhadap infeksi.  Sebagian besar pasien meninggal akibat gagal pernapasan – kurang dari dua minggu setelah gejala dimulai.

3. Hampir Selalu Fatal
Infeksi akibat amoeba Naegleria fowleri hampir semuanya berujung pada kematian hanya dalam beberapa hari. CDC mengatakan, mulai dari tahun 1962 sampai 2015, sekitar 138 orang yang tercatat mengalami infeksi. Dari semuanya, hanya tiga di antaranya yang mampu bertahan hidup. Ini artinya tingkat mortalitas ada di angka 98%.
Orang terakhir yang diketahui selamat dari serangan amoeba Naegleria fowleri adalah seorang gadis manis berusia 12 tahun dari Arkansas pada tahun 2013. Saat itu dokter memberikannya berbagai macam obat antifungi dan juga obat eksperimen bernama miltefosine yang awalnya dikembangkan sebagai obat kanker (untuk kanker payudara). Puji Tuhan, dengan obat-obat tersebut ia berhasil selamat.

4. Sulit Dibasmi
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membasmi amoeba Naegleria fowleri ini. Namun hingga sekarang belum ditemukan cara melenyapkan amoeba Naegleria fowleri, yang muncul secara natural di sungai, danau, atau sumber air tawar lainnya ini. Oleh karena itu orang-orang yang ingin mandi atau berenang di tempat seperti itu harus selalu ekstra hati-hati.
CDC menyarankan apabila memang ingin berenang, sebaiknya menggunakan penjepit hidung, menutup hidung ketika akan menyelam, atau menjaga kepala agar selalu berada di atas permukaan air, guna mencegah kemungkinan air dan amoeba masuk ke hidung.

5. Diagnosis
Diagnosis dapat dilakukan dengan memeriksa cairan CSF menggunakan visualisasi mikroskopis dan dengan teknik kultur khusus. Namun, kebanyakan pasien yang masih hidup memiliki penyakit lanjutan, sehingga kelangsungan hidupnya jarang terjadi.


SUMBER RUJUKAN
- Roni Jacobson. 2014. What Happens When an Amoeba “Eats” Your Brain? (www.scientificamerican.com/article/what-happens-when-an-amoeba-eats-your-brain/) diakses pada Selasa, 17 Oktober 2017.
- Charles Patrick Davis, MD, PhD. 2016. Brain Eating Amoeba: Naegleria fowleri. (www.medicinenet.com/script/main/mobileart.asp?articlekey=148383)  diakses pada Selasa, 17 Oktober 2017.

Tidak ada komentar:

IKUTI

KONTAK

Nama

Email *

Pesan *