1. Pendahuluan
Di Indonesia sangat banyak minuman beralkohol yang beredar luas. Bahkan masing-masing daerah mempunyai minuman khas daerah dengan nama yang berbeda. Contohnya di pulau Timor, provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki minuman beralkohol yang dinamakan Sopi.
Saking banyaknya minuman beralkohol di Indonesia, setiap daerah hampir mempunyai julukan tersendiri untuk minuman pembakar semangat ini. Semua Minuman alkohol sering disebut sebagai 'air kata-kata' oleh orang Kabupaten Malaka. Hal ini disebabkan, orang yang mengkonsumsi minuman ini biasanya akan menjadi cerewet. Cerewet dadakan.
Lalu bagaimana jika berbagai minuman keras beralkohol itu dikonsumsi dengan obat-obatan? Apakah berbahaya bagi kesehatan? Temukan jawabannya pada pembahasan berikut ini.
Ketika mengambil obat, perawat atau dokter selalu memberi pesan kepada kita untuk tidak boleh minum alkohol saat minum obat. Hal ini tentu membuat kita bertanya, mengapa harus seperti itu dan apa yang akan terjadi jika kita melakukannya?
Minum alkohol saat minum obat, sepenuhnya tergantung pada obat apa yang diminum. Untuk beberapa jenis obat, bisa minum alkohol namun dalam jumlah sedikit.
Berdasarkan berbagai eksperimen, ditemukan bahwa terdapat dua alasan utama mengapa dokter menyarankan pasien untuk tidak minum alkohol ketika minum obat yakni sebagai berikut.
Pertama, karena alkohol adalah obat depresi, yang mempengaruhi cara kerja otak dan membuat naluri indera tidak beroperasi dengan benar. Beberapa jenis obat juga mempengaruhi cara kerja otak. Jika seseorang minum alkohol, maka akan ada "konflik" antara obat dengan alkohol. Alkohol akan meningkatkan efek sedatif dari keduanya, menyebabkan kantuk dan pusing. Ini juga bisa mengubah cara otak merespons pengobatan, sehingga kurang efektif.
Jika Anda minum alkohol, saat sedang memakai obat penenang, seperti diazepam/Valium, atau obat lain yang dapat membuat mengantuk, maka waktu reaksi bisa berkurang dan Anda akan cepat lelah. Jika Anda mengemudi atau mengoperasikan mesin, ini bisa sangat berbahaya.
Kedua, alkohol dapat mempengaruhi cara obat diserap oleh tubuh dan dipecah dalam hati. Jika seseorang minum alkohol secara teratur dan terutama jika minum dalam jumlah berlebihan, hati akan menghasilkan lebih banyak enzim agar bisa menghilangkan alkohol lebih cepat. Enzim yang sama mungkin memecah obat yang diminum sehingga tidak lagi memiliki efek yang sama. Contoh dari hal ini adalah obat untuk epilepsi.
2. Alkohol dan Antibiotik
Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa orang yang menggunakan obat penenang (seperti diazepam/Valium) atau antidepresan (seperti fluoxetine/Prozac) harus menghindari alkohol.
Demikian juga beberapa antibiotik. Mereka tidak boleh dicampur dengan alkohol. Tetapi untuk antibiotik yang paling sering diresepkan, minum alkohol tidak mungkin menimbulkan masalah asalkan berada dalam pedoman unit alkohol dengan risiko rendah.
Terdapat beberapa antibiotik, seperti Metronidazole dan Tinidazole, yang tidak boleh diminum dengan alkohol. Mencampurnya dengan alkohol bisa menyebabkan mual, muntah, mempercepat denyut jantung, atau sesak napas. Hal ini terjadi karena mereka dapat mengganggu pemecahan alkohol, yang menyebabkan produksi efek samping yang buruk.
Ada berbagai macam antibiotik yang tersedia. Penisilin dan amoksisilin adalah jenis antibiotik yang paling banyak digunakan. Ini dapat memiliki interaksi yang berbeda dengan alkohol, dan seperti halnya pengobatan lain, seseorang harus selalu berkonsultasi dengan dokter atau apoteker tentang panduan mengenai konsumsi obat tersebut.
Orang yang memakai obat jangka panjang, harus berhati-hati minum alkohol. Alkohol dapat membuat beberapa obat kurang efektif dan kondisi jangka panjang bisa memburuk. Contoh obat jangka panjang termasuk obat untuk epilepsi, diabetes, atau obat-obatan seperti warfarin.
3. Statin dan Alkohol
Statin adalah obat yang dikonsumsi untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Kadar kolesterol jahat yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular akibat pembentukan timbunan lemak di arteri.
Sebenarnya tidak ada interaksi yang diketahui antara statin dan alkohol. Namun, konsumsi statin kadang-kadang dapat menghasilkan peningkatan enzim hati, yang jika dibiarkan tidak diperiksa dapat menyebabkan kerusakan hati. Oleh karena itu, bagi mereka yang memakai statin sebaiknya tidak perlu minum alkohol. Selain itu, fungsi hati juga harus diuji secara berkala.
4. Alkohol dan Sistem Kekebalan Tubuh
Tidak ada bukti kuat tentang efek alkohol pada sistem kekebalan tubuh. Jadi bukan ide yang bagus untuk minum alkohol saat seseorang merasa sakit. Kemungkinan besar, hanya akan membuat Anda merasa lebih buruk.
5. Saran
Jika Anda memakai obat, dan tidak yakin aman atau tidak jika minum alkohol, maka sebaiknya jangan pernah minum alkohol. Saran terbaik adalah selalu berkonsultasi atau memeriksa kesehatan diri ke dokter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar