Antechinus - Binatang Mirip Tikus yang Mampu Kawin Selama 14 jam Tanpa Henti

Antekinus yang sedang narsis di depan kamera 

Antechinus merupakan karnivora, yang biasanya memangsa avertebrata seperti laba-laba dan kumbang. Beberapa dari mereka hanya berburu di permukaan tanah, sedangkan lainnya bisa memanjat. Sebagian besar spesies ini bersarang secara komunal di pohon yang memiliki cekungan ataupun berlubang.
Seekor bayi Antechinus yang baru lahir ketika ditimbang hanya memiliki berat (massa) sebesar 4 gram. Oleh karena itu, bayi Antechinus merupakan bayi binatang asli Australia terkecil.
Ketika musim kawin tiba, antechinus jantan mati dalam jumlah besar, setelah melakukan kawin dengan sebanyak mungkin pasangan, dalam sesi seks yang berlangsung hingga 14 jam setiap kalinya. 
Selama dua minggu masa kawin, Antechinus jantan aktif sepanjang hari, tanpa tidur. Tak ada yang namanya istirahat. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan produksi hormon testosteron dan stres.
Dr.Fisher, 46, peneliti University of Queensland, yang penelitiannya didanai oleh Australian Research Council, menemukan kunci perilaku aneh binatang ini. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa perilaku ini terletak pada cara menghasilkan sperma.
Pada saat musim kawin, Antechinus mampu memproduksi banyak sperma, sehingga testis mereka berubah menjadi sangat besar. Hal ini disebabkan mereka hanya bisa memproduksinya sekali dalam seumur hidup mereka. 
Mereka kemudian kawin dengan Antechinus betina sebanyak mungkin, sebelum mereka secara alami kehilangan semua sperma yang telah mereka hasilkan. Bahkan selama dua minggu musim kawin, kencing saja pun bisa membuat Antechinus jantan kehilangan sperma.
Antechinus jantan yang mati sebenarnya adalah keberuntungan karena mereka telah mewariskan gen mereka ke generasi berikutnya. Persaingan antara antechinuses jantan sangat baik sehingga para betina mendapatkan keuntungan dari kompetisi karena ada kemungkinan besar kebanyakan dari mereka akan hamil. 
Hormon yang dilepaskan oleh produksi sperma memungkinkan marsupial untuk tetap atau terus terjaga selama musim kawin. Hal ini yang memungkinkan mereka untuk berhubungan seks dengan lebih banyak betina.
"Mereka kawin untuk jangka waktu yang lama, dan melibatkan gigitan dan garukan" kata Dr Fisher.
Setelah kawin hingga stok spermanya hampir habis, Antechinus jantan akan mulai kehilangan semua bulu, mulai pendarahan, dan menderita bisul. Mereka kemudian mulai terkena infeksi, seperti gangren. 
Menjelang akhir musim kawin yang terjadi selama dua minggu ini, mereka akan berada dalam keadaan yang memprihatin, akhirnya mati begitu saja. Ketegangan fisik yang terjadi membuat sistem kekebalan tubuh mereka runtuh, sehingga menyebabkan pendarahan internal, infeksi, dan akhirnya mati.
Pada akhir musim kawin, Antechinus jantan secara fisik mulak hancur, sehingga mereka akan berlari dengan panik mencari peluang untuk kawin yang terakhir kalinya. Pada saat itu mereka sudah tidak berbulu dan telah terinfeksi gangren. Karena penampilannya yang sangat aneh, Antechinus betina biasanya akan berusaha menghindarinya. 
Perilaku ini telah diamati di semua 12 sub spesies Antechinus, termasuk Antropinus Agile, Antenginin Subtropis, dan Antechinus berkaki kuning. Selama bertahun-tahun para ilmuwan bingung dengan perilaku yang disebut "reproduksi bunuh diri" ini. 
Selama ini reproduksi bunuh diri yang paling umum diamati pada serangga, jarang ditemukan pada mamalia. Banyak orang percaya bahwa Antechinus jantan mati sebagai cara untuk melestarikan makanan bagi keturunannya yang baru.

Tidak ada komentar:

IKUTI

KONTAK

Nama

Email *

Pesan *