Apa itu Resistensi Antibiotik?

1. Pendahuluan

Antibiotik adalah berbagai jenis obat-obatan yang digunakan untuk mengobati atau mencegah infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik bekerja dengan menghambat pertumbuhan atau menghancurkan bakteri. Hal ini dapat dilakukan melalui salah satu mekanisme berikut:

- Menghambat sintesis dinding sel bakteri.

- Menghambat sintesis protein bakteri.

- Menghambat replikasi DNA bakteri.

- Menghambat metabolisme asam folat..


Tak bisa dipungkiri bahwa antibiotik telah menyelamatkan jutaan nyawa - namun penyalahgunaan dan penggunaan berlebihan, membuat mereka kurang efektif saat bakteri mengembangkan resistensi. Meskipun telah ada peringatan dari para ilmuwan, resep antibiotik di banyak negara terus melambung.

Resistensi antibiotik yaitu suatu keadaan dimana bakteri mengembangkan kemampuan bertahan hidup, terhadap antibiotik yang dirancang untuk membunuh atau menghentikan pertumbuhannya. Hal ini bisa terjadi karena perubahan, atau mutasi, atau perolehan gen resistensi antibiotik dari spesies bakteri lain melalui transfer gen horizontal.


Resistensi antibiotik akan membuat semua bakteri yang belum mengalami mutasi akan terbunuh ketika antibiotik digunakan. Sementara bakteri yang telah mengalami mutasi, akan kebal terhadap antibiotik, sehingga mereka tidak akan terpengaruh. 

Resistensi antibiotik, telah menjadi hambatan utama dalam pengobatan penyakit menular, yang disebabkan oleh bakteri. Hal ini disebabkan antibiotik yang awalnya bisa digunakan, menjadi tidak bermanfaat karena resistensi. 

Bakteri yang telah mengalami resisten terhadap antibiotik, akan bebas tumbuh, berkembang biak, dan menyebabkan infeksi di dalam tubuh kita. 


Untuk mengatasi hal ini, maka para ilmuwan perlu mengembangkan antibiotik baru, yang bisa membunuh strain bakteri resisten tersebut.  

Antibiotik baru demi mencegah pengembangan dan penyebaran bakteri yang telah resisten terhadap antibiotik, hanya akan diperoleh dengan cara memahami mekanisme bakteri menjadi resisten.


2. Sejarah dan Evolusi Perlawanan Antibiotik

Ketika kita menggunakan antibiotik, bakteri akan mengeluarkan kemampuannya, untuk melawan obat-obatan, yang dimaksudkan untuk membunuh mereka. Pikirkan antibiotik sebagai medan perang bagi bakteri, di mana bakteri yang lemah akan rentan musnah, sedangkan yang lain bertahan.

Beberapa bakteri dapat muncul lebih kuat dan bereplikasi lebih cepat, setelah bersentuhan dengan antibiotik. Hal ini bisa terjadi, karena bakteri telah beradaptasi dan mengembangkan berbagai strategi bertahan hidup.


Penisilin adalah antibiotik pertama yang ditemukan oleh Sir Alexander Fleming pada tahun 1928. Sejak penemuannya, penisilin banyak digunakan untuk mengobati prajurit yang menderita infeksi bakteri selama Perang Dunia II. Namun, pada 1950-an, resistensi penisilin menjadi masalah besar. Ini mengarah pada pengembangan antibiotik beta-laktam. 

Tetapi sayangnya, kasus pertama Staphylococcus aureus yang resisten methicillin (MRSA), telah diidentifikasi selama tahun 1960-an. Vancomycin, antibiotik lain, diperkenalkan pada 1970-an untuk mengatasi MRSA, tetapi itu juga menunjukkan resistensi pada 1980-an. Munculnya bakteri resisten terjadi di seluruh dunia dan secara serius membahayakan kemanjuran antibiotik.


3. Solusi Mengatasi Resistensi Antibiotik

Resistensi antibiotik adalah masalah serius dan berkembang dalam pengobatan modern. Penggunaan antibiotik yang berlebihan dalam beberapa tahun terakhir telah memainkan peran penting dalam meningkatkan jumlah bakteri resisten antibiotik.

Saat ini, resistensi antibiotik telah dinyatakan sebagai krisis global oleh Organisasi Kesehatan Dunia, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Institute of Medicine, the Infectious Diseases Society of America, dan hampir semua organisasi terkait lainnya. Demi membantu mencegah munculnya resistensi antibiotik lebih lanjut, langkah-langkah tertentu perlu diambil, untuk memastikan antibiotik hanya diberikan bila ada kebutuhan yang jelas.


a. Menjaga Efisiensi Antibiotik

Untuk menjaga efisiensi obat-obatan yang ada, pedoman pengelolaan antibiotik yang baik perlu dikembangkan. Berbagai pedoman telah dikembangkan di beberapa negara, walaupun implementasinya belum berjalan sempurna.

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengendalikan resistensi di rumah sakit dan rumah masyarakat adalah penggunaan antibiotik berdasarkan resep dokter, penggunaan hanya pada infeksi bakteri, serta menekankan pentingnya pemberian antibiotik, dosis, dan durasinya.

Tentu saja, beberapa prosedur, seperti transplantasi organ, kemoterapi untuk kanker dan bedah ortopedi, akan memerlukan risiko tinggi tanpa ketersediaan antibiotik yang efektif. Oleh karena itu, akses terhadap antibiotik yang efisien, sangat penting bagi masyarakat.


b. Menghentikan Penggunaan Antibiotik di Peternakan

80% penggunaan antibiotik di Amerika Serikat adalah untuk meningkatkan pertumbuhan dan pencegahan penyakit pada hewan ternak. Bakteri yang lebih kuat karena gen resistensi, dapat ditelusuri dari ayam ke daging ayam, dan akhirnya, ditemukan pada kultur darah pasien. Karena hal inilah, praktik antibiotik untuk meningkatkan pertumbuhan, telah dihentikan di Denmark bertahun-tahun yang lalu.


c. Mengurangi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Rawat Jalan

Selama ini, antibiotik sering diresepkan untuk kondisi ringan, yang sebenarnya bisa dengan mudah sembuh sendiri. 

Jadi jangan heran, jika banyak pasien tidak mengkonsumsi antibiotik hingga habis, karena gejalanya membaik dengan cepat.

Penyalahgunaan antibiotik sudah lama diketahui. Namun para dokter sering kebingungan menghadapi permintaan pasien. Sebagian besar pasien, selalu mengharapkan untuk membawa obat (minimal resep obat) dari dokter, ketika mereka keluar dari klinik, puskesmas, ataupun rumah sakit. 

Jika dokter tidak memberikan obat, maka mereka akan mengatakan dokter itu tidak baik. Bagi mereka, dokter yang baik adalah dokter yang memberi banyak obat.  


Pada akhirnya, satu-satunya metode untuk mengurangi penyalahgunaan antibiotik dengan keberhasilan yang terdokumentasi adalah metode resep 3 hari. Hal ini dilakukan dengan cara, memberitahu pasien bahwa mereka mungkin memiliki infeksi virus yang kemungkinan akan membaik dalam 3 hari. Jadi resep yang diberikan hanya untuk 3 hari. Jika tidak sembuh dalam 3 hari, maka bisa kembali lagi ke klinik, puskesmas, ataupun rumah sakit.


d. Mengadopsi Tes Diagnostik Cepat

Tes diagnostik cepat, dapat dilakukan dengan metode molekuler. Sekarang telah tersedia tes reaksi berantai polimerase untuk mendeteksi MRSA, Enterococcus resisten vankomisin, Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, kelompok B Streptococcus, tuberkulosis, Candida albicans, dan banyak lainnya.

Mungkin diwaktu yang akan datang, segera hadir tes yang mampu mendeteksi hampir semua bakteri serta patogen lainnya. Hadirnya tes diagnostik cepat memudahkan pembuatan keputusan penggunaan antibiotik yang tepat hanya dalam waktu 1-2 jam.



SUMBER RUJUKAN

- Dr Maneka Vig. 26 Jan 2019. Antibiotic Resistance Definition. (www.scienceabc.com/humans/antibiotic-resistance-definition.html)  diakses pada 24 Mei 2020

- Anonim. What is antibiotic resistance? (www.yourgenome.org/facts/what-is-antibiotic-resistance)  diakses pada 10 Agustus 2019.

- WHO. 5 February 2018. Antibiotic resistance. (www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antibiotic-resistance)  diakses pada 10 Agustus 2019.

Tidak ada komentar:

IKUTI

KONTAK

Nama

Email *

Pesan *